Newsletter

Kalau Tidak Ada Kabar Baik dari China, Bisa Bahaya...

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 February 2019 05:54
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan dialog dagang AS-China di Beijing. Setelah dimulai dengan pembicaraan tingkat wakil menteri mulai awal pekan, hari ini dialog berlanjut dengan pembicaraan tingkat menteri selama 2 hari. 

Menteri Keuangan Mnuchin sudah menerima laporan mengenai perkembangan negosiasi yang akan menjadi bekal diskusi hari ini. "Sejauh ini bagus," ujarnya, mengutip Reuters. 

Semoga kabar baik terus bermunculan dari arena perundingan dagang AS-China. Berbagai berita positif dari sana akan menjadi obat kuat yang ampuh bagi pasar keuangan Asia, tidak terkecuali Indonesia. 

Namun Indonesia perlu mewaspadai sentimen kedua yaitu keperkasaan dolar AS yang masih berlanjut. Pada pukul 05:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat hingga 0,5%. Dalam sebulan terakhir, penguatan indeks ini mencapai 1,65%. 

Ternyata ada multitafsir terhadap data inflasi. Di satu sisi, inflasi umum yang tergolong 'jinak' dinilai membatasi ruang kenaikan Federal Funds Rate, setidaknya dalam waktu dekat. Namun di sisi lain, inflasi inti yang stabil di kisaran 2% dianggap menunjukkan konsumsi masyarakat sudah kuat dan mantap sehingga menambah probabilitas Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk menaikkan suku bunga acuan. 

Apapun itu, yang jelas hasilnya adalah dolar AS kembali menguat. Rupiah dkk di Asia perlu waspada, karena dolar AS bisa menerkam kapan saja. 

Sentimen ketiga juga tidak suportif terhadap Indonesia, khususnya rupiah, yaitu tren kenaikan harga minyak yang masih berlangsung. Pada pukul 05:15 WIB, harga minyak jenis brent melonjak 1,97% dan light sweet melesat 1,6%. Dalam sebulan terakhir, harga brent dan light sweet meroket masing-masing 7,98% dan 6,85%. 

Seperti kemarin, kenaikan harga minyak akan menimbulkan kecemasan terhadap nasib transaksi berjalan Indonesia. Harga minyak yang semakin mahal akan membuat defisit transaksi berjalan semakin dalam, sehingga rupiah kehilangan keseimbangan karena fondasinya begitu rapuh. 

Defisit transaksi berjalan sudah menjadi penyakit menahun yang tidak kunjung sembuh. Sebelum masalah ini selesai, rupiah memang akan selalu dihantui oleh risiko depresiasi karena fundamentalnya memang tidak mendukung penguatan. 

Sentimen keempat, yang juga bisa membebani pasar keuangan Indonesia, adalah risiko ambil untung (profit taking). Kekhawatiran ini beralasan, karena rupiah dan IHSG sudah melonjak tajam sejak awal tahun. 

IHSG melonjak 3,85% sementara rupiah terapresiasi 2,23%. Kenaikan yang sudah tinggi ini membuka peluang terjadinya koreksi teknikal, Indonesia harus hati-hati. 

Oleh karena itu, sepertinya Indonesia sangat membutuhkan kabar baik dari negosiasi dagang AS-China di Beijing. Sebab sentimen lainnya tidak bisa diandalkan, dan malah berbahaya karena bisa membawa ke arah koreksi.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular