Newsletter

Kalau Tidak Ada Kabar Baik dari China, Bisa Bahaya...

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 February 2019 05:54
Banjir Sentimen Positif, Wall Street Lanjutkan Penguatan
Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)
Dari Wall Street, tiga indeks utama melanjutkan perjalanan di jalur pendakian. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,46%, S&P 500 naik 0,3%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,08%. 

Penguatan Wall Street didorong oleh harapan damai dagang AS-China. Presiden Trump kembali mengeluarkan pernyataan bernada positif. 

"Tim kami sedang melakukan negosiasi di China. Semuanya berjalan baik. Kita lihat saja nanti, tetapi semuanya baik. China sangat menunjukkan rasa hormatnya," kata Trump, mengutip Reuters. 

Harapan semakin membumbung tinggi kala Trump dikabarkan bakal bertemu dengan Presiden Xi pada Maret, tetapi tanggalnya belum dipastikan. "Saya harap kedua pemimpin bisa bertemu untuk memfinalkan kesepakatan," ungkap Stephen Censky, Deputi Menteri Pertanian AS, dikutip dari Reuters. 

Selain sentimen damai dagang, pelaku pasar juga menyambut gembira kemungkinan pemerintahan AS bisa menghindari penutupan sebagian (partial shutdown) setelah anggaran sementara yang berlaku sekarang berakhir pada 15 Februari. Sebab, Trump disebut-sebut bisa menerima usulan anggaran dari Kongres. 

"Saya tidak mau ada shutdown. Poin saya sudah tersampaikan kala shutdown beberapa waktu lalu, yaitu betapa buruknya perbatasan kita, betapa tidak amannya perbatasan kita. Sekarang beberapa perbaikan sudah dilakukan," kata Trump, mengutip Reuters. 

Dalam rancangan anggaran yang akan diajukan Kongres, memang tidak ada pembangunan tembok senilai US$ 5,7 miliar di perbatasan AS-Meksiko seperti yang diinginkan Trump. Namun Kongres merestui pembangunan pagar tinggi di sepanjang perbatasan dengan anggaran US$ 1,37 miliar. 

Jika berjalan lancar, maka Trump sepertinya akan meneken rancangan anggaran baru pada akhir pekan ini. Dengan begitu, AS bisa terhindar dari shutdown

Sentimen positif lainnya bagi bursa saham New York adalah laju inflasi AS yang masih 'jinak'. Pada Januari 2019, laju inflasi Negeri Paman Sam tercatat 1,6% year-on-year (YoY). Ini merupakan laju paling lambat sejak Juni 2017. Sementara inflasi inti berada di angka 2,2% YoY, tidak berubah selama 3 bulan terakhir. 

Laju inflasi yang mild itu membuat pelaku pasar menduga The Federal Reserves/The Fed tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Ini adalah kabar gembira bagi pasar saham, karena saham adalah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga rendah. 

"The Fed baru akan bereaksi saat inflasi sudah tinggi. Sekarang kita belum melihat itu," ujar Mohammed Kazmi, Portfolio Manager di UBP yang berbasis di Jenewa (Swiss), mengutip Reuters. 

Sentimen positif yang berlimpah membuat Wall Street tidak punya pilihan selain menguat. Semoga hal serupa bisa menular ke pasar keuangan Asia hari ini, termasuk Indonesia. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular