Newsletter

Harpitnas Boleh, Lengah Jangan

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 February 2019 05:50
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah hasil dialog dagang AS-China di Washington yang agak mixed. Ini bisa menciptakan kegalauan di pasar, seperti yang terjadi pada akhir pekan lalu. 

Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyebutkan perundingan berjalan baik dan arahnya positif. Bahkan dia mengungkapkan China akan kembali membeli kedelai AS setidaknya 1 juta ton dalam waktu dekat. Seorang pejabat pemerintah AS kemudian menyebutkan jumlahnya bisa mencapai 5 juta ton. 

Usai dialog di Washington, Lighthizer dan Mnuchin dijadwalkan untuk berkunjung ke Beijing pada pertengahan bulan ini. Pertemuan ini semakin melapangkan jalan menuju damai dagang.   

Presiden Trump juga menebarkan optimisme bahwa Washington dan Beijing akan dapat mencapai sebuah kesepakatan yang bersejarah. Dia menyebutkan bahwa China siap untuk lebih membuka perekonomiannya. "China akan membuka pasarnya, tidak hanya di sektor keuangan tetapi juga manufaktur, pertanian, dan berbagai industri," cuitnya di Twitter. 

Bahkan Trump berencana menggelar pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping. Belum ada kabar yang lebih spesifik mengenai pertemuan ini, tetapi Trump mengungkapkan pertemuan bisa berlangsung lebih dari sekali. 

Namun di tengah situasi yang sedang kondusif dan harmonis ini, AS masih saja bersikap keras terhadap China. Gedung Putih menegaskan bahwa tenggat waktu 'gencatan senjata' selama 90 hari akan selesai pada 1 Maret. Jika tidak ada kesepakatan, maka mulai 2 Maret akan terjadi kenaikan bea masuk terhadap impor produk-produk made in China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. 

"Saat ini, masih mustahil bagi saya untuk memperkirakan (dialog dagang dengan China) akan menghasilkan kesuksesan. Namun jika berjalan baik, maka itu bisa terjadi. Apakah kami bisa mencapai kesepakatan? Saya tidak tahu," kata Lighthizer, mengutip Reuters. 

Pernyataan-pernyataan tersebut memberi sinyal yang agak mixed. Di satu sisi ada optimisme, tetapi di sisi lain muncul kehati-hatian. Sembari menunggu pertengahan Februari, di mana delegasi AS melakukan kunjungan balasan ke Beijing, sepertinya pasar akan dibiarkan menebak-nebak.

Ketidakjelasan ini bisa berujung pada pola permainan yang cenderung bermain aman. Investor yang memilih bermain aman artinya tidak akan melirik aset-aset berisiko di negara berkembang untuk sementara waktu. Ini tentu bukan kabar baik bagi IHSG dan rupiah. 

Sentimen kedua adalah perkembangan dari Venezuela. Menghadapi tekanan yang semakin besar, Presiden Nicolas Maduro memutuskan untuk menggelar pemilihan parlemen.

Ini dilakukan setelah puluhan ribu massa menggelar aksi menentang pemerintahannya dan mendukung Presiden Interim Juan Guaido. Tidak hanya itu, seorang jenderal militer juga sudah membelot dan menyeberang ke kubu sebelah. 

"Anda mau pemilu? Ada mau pemilu yang lebih awal? Kami akan menggelar pemilihan parlemen," tegas Maduro dalam pidato aksi pendukung pemerintah, mengutip Reuters. 

Situasi di Venezuela yang masih panas bisa berdampak terhadap harga minyak. Harga si emas hitam berpotensi naik karena gangguan produksi dan ekspor negara ini. Maklum, Venezuela adalah salah satu pemasok minyak utama di pasar global.

Data Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) menyebutkan, produksi minyak Venezuela mencapai 2,03 juta barel/hari. Sementara cadangan minyaknya adalah yang terbesar di dunia yaitu mencapai 302,82 miliar barel.  

Sepekan lalu, harga minyak sudah bergerak ke utara alias naik. Dalam seminggu terakhir, harga minyak jenis brent naik 1,8% dan loght sweet melesat 2,73%. 

Kenaikan harga minyak bukan berita bagus buat rupiah. Sebab, kenaikan harga komoditas ini akan membuat biaya impornya semakin mahal. Defisit di neraca migas bakal semakin melebar. 

Kala defisit neraca migas memburuk, maka neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan semakin parah. Ini membuat fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh karena minimnya pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Rupiah pun berisiko melemah. 

Mengingat hari ini adalah Hari Kejepit Nasional (Harpitnas) karena besok libur Tahun Baru Imlek, maka sepertinya perdagangan hari ini akan kurang semarak. Namun di tengah perdagangan yang kemungkinan kurang bergairah, investor tetap perlu waspada karena masih ada risiko yang menghantui. Jangan lengah, jangan terbuai!

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular