Newsletter

The Fed Tahan Bunga Acuan, Rupiah Siap Bangkit?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2019 05:14
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia)
Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang mengesankan. Diharapkan bursa saham Asia dapat mencatatkan pencapaian serupa, atau bahkan lebih baik. 

Kedua adalah nilai tukar dolar AS yang anjlok karena keputusan The Fed menahan suku bunga. Pada pukul 04:28 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,39%. 

Berkebalikan dengan saham, mata uang sangat diuntungkan dengan kenaikan suku bunga. Sebab, kenaikan suku bunga akan menjangkar ekspektasi inflasi sehingga nilai mata uang tidak tergerus. 

Jika dolar AS terus tertekan sepanjang hari ini, maka rupiah punya peluang untuk bangkit. Setelah melemah 2 hari beruntun, rupiah sepertinya punya kesempatan untuk keluar dari zona merah. 

Namun rupiah perlu hati-hati dengan sentimen ketiga yaitu harga minyak. Pada pukul 04:30 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,7% dan light sweet melonjak 1,88%. 

Kenaikan harga minyak disebabkan oleh penambahan stok di AS yang tidak sebanyak perkiraan. Pada pekan yang berakhir 25 Januari, cadangan minyak AS bertambah 919.000 barel. Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu naik 3,2 jta barel. 

Ketika harga minyak naik, biaya impornya tentu bakal lebih mahal. Ini akan menambah beban di neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan (current account). Tanpa dukungan pasokan devisa yang memadai dari ekspor-impor barang dan jasa, rupiah akan kesulitan bermanuver sehingga berpotensi melemah. 


Sentimen keempat, investor wajib memantau perkembangan dialog dagang AS-China. Liu He sudah tiba di Washington dan langsung melakukan pembicaraan dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

AS dan China sepakat untuk melakukan 'gencatan senjata' selama 90 hari, yang akan berakhir awal Maret. Pelaku pasar berharap Washington dan Beijing bisa menyelesaikan segala perbedaan di antara mereka dalam waktu sebulan ini, sehingga ancaman perang dagang lanjutan bisa dihindari. 

Sebab jika masa 'gencatan senjata' selesai dan belum ada kesepakatan, maka AS akan menaikkan tarif bea masuk bagi impor produk-produk made in China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kalau AS sampai melakukannya, maka kemungkinan besar China bakal membalas. Perang dagang pun kembali berkobar. 

Oleh karena itu, mari berdoa dialog dagang di Washington ini berjalan lancar dan membuahkan hasil positif. Bukan apa-apa, damai dagang AS-China adalah faktor signifikan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular