Newsletter

The Fed Tahan Bunga Acuan, Rupiah Siap Bangkit?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2019 05:14
The Fed dan Apple Angkat Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham New York (REUTERS/Brendan McDermid)
Dari Wall Street, tiga indeks utama membukukan lesatan signifikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,77%, S&P 500 terdongkrak 1,57%, dan Nasdaq Composite melambung 2,18%. 

Bursa saham New York mendapatkan dorongan dari keputusan rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. Sesuai dengan ekspektasi pasar. 

Selain itu, lagi-lagi sesuai ekspektasi pasar, The Fed juga mengeluarkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan. 

"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed. 

"Pasar mendapat apa yang mereka inginkan dari The Fed. Termasuk kesabaran dalam menaikkan suku bunga," ujar Mohammed El-Erian, Chief Economic Advisor di Allianz yang berbasis di California, mengutip Reuters. 

Saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah, karena kenaikan suku bunga akan mendongrak biaya emiten sehingga laba tergerus. Oleh karena itu, hasil rapat FOMC kali ini betul-betul positif buat Wall Street. 

Kemudian, faktor lain yang melambungkan Wall Street adalah laporan keuangan Apple. Investor begitu menanti laporan ini, karena sebelumnya sudah ada firasat buruk seperti penurunan penjualan, pengurangan produksi, dan sebagainya. 

Namun ternyata hasilnya bertolak belakang, laporan keuangan Apple justru memuaskan. Pada kuartal IV-2018, Apple membukukan pendapatan bersih US$ 84,3 miliar. Jumlah ini di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 84 miliar. 

Sedangkan laba per saham (Earnings per Share/EPS) Apple berada di US$ 4,18. Juga di atas konsensus pasar yang memperkirakan US$ 4,17. 

Namun memang penjualan iPhone pada kuartal IV-2018 anjlok 15% YoY menjadi US$ 51,9 miliar. Tim Cook, CEO Apple, menyebutkan perlambatan ekonomi di China menjadi faktor yang sangat mempengaruhi hal tersebut. Oleh karena itu, Cook mempertimbangkan untuk memangkas harga jual iPhone di luar AS. 

"Di negara dengan mata uang yang melemah terhadap dolar AS, harga iPhone tentu akan semakin naik. Jadi, setelah kita semua memasuki tahun yang baru dan kami mengkaji kondisi makroekonomi di negara-negara tersebut, kami akan menyesuaikan harga agar mampu menaikkan penjualan di sana," ungkap Cook dalam wawancara dengan Reuters. 

Langkah ini sepertinya mendapat apresiasi dari investor. Ditambah dengan laporan keuangan yang ciamik, saham Apple diborong sehingga harganya melonjak 6,83%.  

Lonjakan saham Apple kemudian mengerek saham-saham teknologi lainnya. Facebook naik 4,32%, Amazon menguat 4,8%, Netflix menguat 3,58%, Alphabet (induk usaha Google) bertambah 2,61%, Mirosoft melesat 3,34%, dan Intel melonjak 2,15%. Tidak heran Nasdaq mampu menguat lebih tajam dibandingkan DJIA dan S&P 500. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular