Newsletter

Kemarin Wall Street Bikin Gara-gara, Hari Ini Lain Ceritanya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 December 2018 06:06
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kabar gembira dari seberang Samudera Atlantik yaitu kebangkitan Wall Street.

Jika kemarin virus koreksi Wall Street menumbangkan bursa saham Asia, maka hari ini bisa lain ceritanya. Ada harapan pulihnya Wall Street akan ikut membuat bursa saham Asia kembali perkasa.

Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS yang masih menguat. Pada pukul 02:50 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,43%.

Sepertinya kebangkitan Wall Street ikut membuat dolar AS pede. Lagipula, Dollar Index masih tercatat melemah 0,33% sejak awal Desember, sehingga dolar AS memang masih murah. Ini tentu berakibat aksi perburuan terhadap dolar AS terjadi lagi.

Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung oleh data ekonomi yang positif. Sentimen konsumen periode Desember yang dirilis University of Michigan menunjukkan angka 98,3, lebih baik dibandingkan pembacaan awal yaitu 97,5. Angka Desember juga lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 97,5.

Artinya, masih ada ruang bagi ekonomi AS untuk tumbuh walau agak melambat. Jadi, masih ada alasan pula bagi The Fed untuk melanjutkan siklus kenaikan suku bunga acuan sampai tahun depan, meski mungkin tidak seagresif tahun ini yang mencapai empat kali.

Walau Federal Funds Rate diperkirakan hanya naik dua kali pada 2019, kenaikan tetap kenaikan. Powell dan kawan-kawan tidak bisa dibilang dovish, mereka masih hawkish walau mungkin kadarnya berkurang. Ini masih bisa memberi dorongan bagi dolar AS, meski tidak sekuat tahun ini.

Apabila penguatan dolar AS secara global bertahan sepanjang hari ini, maka rupiah berpotensi kembali terancam. Strong dollar akan menekan mata uang Asia, termasuk rupiah, seperti yang terjadi kemarin.

Sentimen ketiga, yang masih negatif buat rupiah, adalah harga minyak. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, harga minyak 'balas dendam' dengan menguat sangat tajam.

Bagi rupiah, ini adalah sinyal bahaya. Kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor membengkak, sehingga memperparah defisit transaksi berjalan (current account). Ketika defisit transaksi berjalan semakin lebar, maka rupiah akan sulit menguat karena kekurangan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular