Newsletter

Dolar AS Tak Lagi Jadi Safe Haven?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 December 2018 05:27
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen ketiga adalah harga minyak yang masih melanjutkan tren negatif. Pada pukul 04:43 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 4,33% sedangkan light sweet jatuh 2,12%. Harga brent menyentuh titik terendah sejak September 2017. 

Hantu kelebihan pasokan (oversupply) masih bergentayangan. Sebab, permintaan diperkirakan melandai seiring perlambatan ekonomi global. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini di 3,7% dan melambat ke 3,5% pada 2019. 

Saat ekonomi melambat, permintaan energi tentu akan lebih sedikit. Akibatnya, harga minyak mengalami koreksi. 

Bagi rupiah, ini lagi-lagi menjadi sentimen positif. Penurunan harga minyak akan mengurangi beban di neraca migas, dan kemudian bisa menekan defisit transaksi berjalan (current account). Dengan begitu, rupiah bisa lebih punya pijakan untuk menguat,. 

Sentimen keempat adalah Bank Sentral Inggris (BoE) yang menahan suku bunga acuan di 0,75%. Perlambatan ekonomi di Negeri Ratu Elizabeth membuat Mark Carney dan kolega belum mengeksekusi pengetatan kebijakan moneter. 

Laju inflasi di Inggris melambat sejak Agustus, dari 2,7% year-on-year (YoY) menjadi 2,3% YoY pada November. BoE juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 hanya 0,2%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,3%. 

"Ketidakpastian Brexit telah meningkat tinggi sejak pertemuan komite terakhir. Ketidakpastian ini membebani pasar finansial," ujar anggota Monetary Policy Committee (MPC) dalam ringkasan rapat BoE. 

Sentimen kelima adalah dari perkembangan hubungan AS-China. Ada kabar yang kurang sedap, di mana Kementerian Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan tuntutan kepada dua warga negara China, Zhu Hua dan Zhang Shilong, terkait usaha peretasan untuk mencuri rahasia teknologi dan hak kekayaan intelektual dari sejumlah perusahaan dan instansi pemerintahan AS. Lebih parahnya lagi, AS juga mendakwa bahwa dua orang tersangka tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.  

"China akan sulit untuk berpura-pura bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam jumpa pers, seperti dikutip dari CNBC International. 

Kejadian ini bisa jadi penghalang besar bagi negosiasi dagang Washington-Beijing yang sebenarnya sedang berlangsung. Terlebih, sebelumnya negosiasi tersebut sudah cukup terancam oleh kasus penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou.  

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular