Newsletter

Dolar AS Tak Lagi Jadi Safe Haven?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 December 2018 05:27
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Thomas White)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya adalah kejatuhan Wall Street. Meski lebih disebabkan faktor domestik, koreksi Wall Street yang mencapai kisaran 1% tentu bisa membuat pasar keuangan Asia gentar dan kemungkinan mendorong investor untuk bermain aman. 

Faktor kedua adalah perkembangan nilai tukar dolar AS, yang sepertinya semakin terpuruk. Pada pukul 04:19 WIB, Dollar Index menunjukkan pelemahan sebesar 0,67%. Dollar Index berada di 96,385, menjauh dari level 97. 

The Fed yang kurang hawkish, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, membuat dolar AS menjadi kurang seksi dalam jangka menengah-panjang. Selain itu, risiko resesi di AS juga semakin hari kian nyata, yang terbaca dari perkembangan pasar obligasi. 

Pada pukul 04:24 WIB, imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 2 tahun berada di 2,6706% atau berselisih 13,06 bps dengan tenor 10 tahun. Pada 19 Desember, selisih yield dua instrumen ini sempat menipis ke 12,2 bps. 

Padahal dalam kondisi normal, jarak antara keduanya begitu lebar. Misalnya pada 20 Juni, selisih yield ada di 36,6 bps. 

Perbandingan yield tenor 2 dan 10 tahun kerap kali menjadi indikator untuk melihat pertanda awal terjadinya resesi. Jika yield tenor 2 tahun mempersempit jarak dengan yang 10 tahun, apalagi kalau berhasil melampaui, maka itu disebut inverted.  

Inverted yield merupakan tanda-tanda awal dari resesi, yang biasanya terjadi sekitar setahun sesudahnya. Sebab, investor melihat risiko jangka pendek lebih besar ketimbang jangka panjang, sehingga meminta 'jaminan' yang lebih tinggi untuk tenor jangka pendek. 

Data domestik di AS juga kurang mendukung keperkasaan greenback. Jumlah warga yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran meningkat 8.000 orang menjadi 214.000 dalam sepekan hingga 15 Desember. Padahal pekan sebelumnya jumlah klaim turun ke 206.000, nyaris menyentuh menyentuh level terendah dalam 49 tahun terakhir.  

Rilis data tenaga kerja AS ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam mulai bergejolak. Sebagai informasi, penciptaan lapangan kerja non-pertanian AS juga hanya bertambah 155.000 pada November, turun dari bulan sebelumnya yaitu 237.000. 

Perkembangan ini membuat dolar AS perlahan kehilangan status sebagai safe haven. Kini investor memburu safe haven lainnya untuk menyelamatkan diri, salah satunya ke yen Jepang. Sejak awal pekan ini, yen menguat 1,9% di hadapan dolar AS. 

Tekanan yang dihadapi dolar AS membuat peluang rupiah untuk menguat menjadi terbuka. Kemarin, rupiah mampu menipiskan pelemahan meski belum bisa keluar dari zona merah. Siapa tahu hari ini rupiah bisa lebih beruntung dengan mencatatkan apresiasi. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular