Newsletter

Hari Ini Harinya Bank Sentral

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
20 December 2018 05:28
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya perkembangan di Wall Street. Dampak dari hasil rapat The Fed sudah membuat Wall Street terpukul, dan dikhawatirkan bursa saham Asia (termasuk Indonesia) akan mengalami hal yang sama. 

Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS yang berpotensi masih melemah. Pada pukul 04:40 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,07%. 

Kenaikan suku bunga acuan pada 2019 yang lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya membuat dolar AS masih lesu dan belum mampu bangkit. Situasi ini lagi-lagi bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia untuk mencatatkan apresiasi. 

Sentimen ketiga adalah harga minyak. Setelah sempat anjlok, harga di emas hitam bangkit dan terus naik sejak kemarin. 

Pada pukul 04:47 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,3% dan light sweet melonjak 3,72%. Setelah anjlok cukup dalam, memang wajar jika harga minyak rebound

Selain itu, kenaikan harga minyak juga disebabkan oleh penurunan cadangan minyak AS. US Energy Information Administration mencatat cadangan minyak Negeri Paman Sam pada pekan lalu turun 497.000 barel. 

Jika kenaikan harga minyak terus berlanjut, maka bisa menjadi kabar baik bagi IHSG karena saham-saham emiten energi dan pertambangan akan diapresiasi oleh investor. Namun bagi rupiah ceritanya agak berbeda. 

Indonesia adalah negara net importir migas. Impor migas yang tinggi berperan besar dalam menciptakan defisit di neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan. 

Pada Januari-November 2018, neraca perdagangan migas Indonesia mencatat defisit US$ 12,15 miliar. Akibatnya, neraca perdagangan secara keseluruhan menjadi minus US$ 7,51 miliar karena surplus neraca perdagangan non-migas yang sebesar US$ 4,64 tidak mampu menambal. 

Ketika neraca perdagangan defisit, maka transaksi berjalan (yang mencerminkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa) tentu akan ikut defisit. Tekornya transaksi berjalan membuat rupiah sulit menguat, karena tidak punya modal devisa yang memadai. 

Sentimen keempat adalah pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 Day Reverse Repo Rate hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%.  

Dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, 11 di antaranya memperkirakan suku bunga acuan tidak berubah. Hanya satu yang memperkirakan ada kenaikan 25 bps ke 6,25%. 


Dengan posisi The Fed yang agak dovish pada tahun depan, semakin ada alasan bagi BI untuk tidak lagi terlalu hawkish. Pelaku pasar pun sepertinya bisa memahami jika BI tidak menaikkan suku bunga hari ini, meski Federal Funds Rate dinaikkan. 

Lagipula, BI sudah menaikkan suku bunga acuan bulan lalu, langkah yang di luar ekspektasi pasar. Kenaikan tersebut sepertinya sudah memberi bekal yang cukup untuk menghadapi kenaikan Federal Funds Rate hari ini.  

Rupiah menguat di kisaran 5% selama November, dan terapresiasi selama 3 hari terakhir. Dolar AS juga masih dalam posisi defensif, karena sentimen negatif kebijakan moneter AS yang sedikit dovish pada 2019. Oleh karena itu, BI mungkin tidak perlu terlalu mencemaskan rupiah dan ikut menaikkan 7 Day Reverse Repo Rate hari ini. 

Jadi selalin memantau dampak hasil rapat The Fed, investor juga harus menyimak dengan seksama hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bi. Sepertinya hari ini adalah harinya bank sentral...

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular