Newsletter

Wall Street Lolos dari 'Maut', IHSG Bagaimana?

Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2018 06:41
Dolar AS Dipukul Mundur, Saatnya Rupiah Bersinar?
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Pasca-melemah tiga hari beruturut-turut, mungkin hari ini waktunya rupiah untuk bersinar. Hingga pukul 5:47 WIB hari ini, Jumat, indeks dolar AS melemah sebesar 0,31%.

Dolar AS dipukul mundur seiring dengan adanya peluang bahwa The Fed tak akan terlalu injak gas dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 6 Desember 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada tahun 2019 (dengan asumsi ada kenaikan pada bulan ini) hanya sebesar 3,9%, jauh di bawah posisi 1 bulan lalu yang berada di level 20,5%.

Sepanjang tahun ini, dolar AS mendapatkan bensin dari normalisasi suku bunga acuan The Fed. Kala kini pelaku pasar meragukan bahwa normalisasi secara agresif akan berlanjut, dolar AS menjadi tak lagi menarik di mata mereka.

Ada kemungkinan rupiah mengakhiri perdagangan pekan ini dengan senyuman.

Apalagi, harga minyak mentah juga mendukung bagi mata uang Garuda. Hingga pukul 5:54 WIB, harga minyak WTI melemah 2,21% ke level US$ 51,76/barel, sementara brent juga melemah 2,21% ke level US$ 60,2/barel.

Harga minyak anjlok setelah Menteri Energi Arab Saudi mengatakan pemotongan suplai 1 juta barel per hari akan cukup bagi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Kerajaan kaya minyak itu awalnya mengindikasikan ingin OPEC dan sekutunya menahan pasokan paling tidak 1,3 juta barel per hari. Namun, Menteri Energi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan hari Kamis pagi bahwa pemangkasan 1 juta barel sudah cukup, dilansir dari CNBC International.

Keputusan mengenai besaran pemotongan produksi akan diumumkan setelah OPEC berbicang dengan Rusia pada hari ini.

Harga minyak mentah yang rendah akan memunculkan harapan bahwa defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) akan menipis pada kuartal-IV 2018. Sebelumnya pada kuartal-II dan III, CAD membengkak di atas 3% dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas.

Ketika rupiah menguat, pelaku pasar akan memiliki optimisme untuk mengoleksi aset-aset berbasis rupiah seperti saham. Walaupun ada sentimen negatif yang menghantui (indikasi resesi di AS dan perkembangan perang dagang AS-China yang tak positif), IHSG masih punya amunisi untuk menguat.

BERLANJUT KE HALAMAN LIMA

(ank/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular