
Newsletter
Awas, Tariff Man Tebar Ancaman
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
05 December 2018 06:01

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu adalah 'kebakaran' yang terjadi di Wall Street. Dikhawatirkan 'kebakaran' itu merambat sampai ke Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah kekhawatiran terhadap hubungan dagang AS-China yang masih bisa kembali memanas. Kembalinya Trump si Tariff Man bisa membuat pelaku pasar mundur teratur dan memilih bermain aman. Keraguan pun merebak.
"Hari ini adalah badai yang sempurna. Sebenarnya memang mungkin tidak ada apa-apa yang dihasilkan dari pertemuan Trump dan Xi di G20," ujar RJ Grant, Head of Trading di Keefe, Bruyette & Woods yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Jika mode bermain aman terpasang, maka tujuan pelaku pasar biasanya adalah dolar AS. Dari sini kita akan masuk ke sentimen ketiga.
Ada kemungkinan dolar AS bangkit setelah tertekan sejak awal pekan. Tidak hanya karena preferensi investor yang memilih bermain aman, greenback juga bisa mendapat energi dari pernyataan John Williams, Presiden The Federal Reserve/The Fed New York.
"Saat saya berkaca ke belakang dan melihat ekonomi dalam kondisi yang kuat dan memiliki banyak momentum (pertumbuhan), maka kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut pada tahun depan masih masuk akal. Waktu untuk menentukan kapan harus menyesuaikan kebijakan tentu akan kami diskusikan," jelas Williams, dikutip dari Reuters.
"Kami memperhatikan dengan seksama sisi-sisi yang mengalami perlambatan atau tanda-tanda munculnya risiko. Namun perkiraan saya adalah tetap positif," tambah Williams.
Pernyataan ini menghapus pandangan bahwa The Fed mulai dovish. Williams menegaskan bahwa stance The Fed masih cenderung hawkish, setidaknya sampai tahun depan.
Suku bunga acuan masih akan naik secara gradual, dan itu mendukung penguatan dolar AS. Oleh karena itu, mata uang Asia (terutama rupiah) harus waspada.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah kekhawatiran terhadap hubungan dagang AS-China yang masih bisa kembali memanas. Kembalinya Trump si Tariff Man bisa membuat pelaku pasar mundur teratur dan memilih bermain aman. Keraguan pun merebak.
"Hari ini adalah badai yang sempurna. Sebenarnya memang mungkin tidak ada apa-apa yang dihasilkan dari pertemuan Trump dan Xi di G20," ujar RJ Grant, Head of Trading di Keefe, Bruyette & Woods yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Jika mode bermain aman terpasang, maka tujuan pelaku pasar biasanya adalah dolar AS. Dari sini kita akan masuk ke sentimen ketiga.
Ada kemungkinan dolar AS bangkit setelah tertekan sejak awal pekan. Tidak hanya karena preferensi investor yang memilih bermain aman, greenback juga bisa mendapat energi dari pernyataan John Williams, Presiden The Federal Reserve/The Fed New York.
"Saat saya berkaca ke belakang dan melihat ekonomi dalam kondisi yang kuat dan memiliki banyak momentum (pertumbuhan), maka kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut pada tahun depan masih masuk akal. Waktu untuk menentukan kapan harus menyesuaikan kebijakan tentu akan kami diskusikan," jelas Williams, dikutip dari Reuters.
"Kami memperhatikan dengan seksama sisi-sisi yang mengalami perlambatan atau tanda-tanda munculnya risiko. Namun perkiraan saya adalah tetap positif," tambah Williams.
Pernyataan ini menghapus pandangan bahwa The Fed mulai dovish. Williams menegaskan bahwa stance The Fed masih cenderung hawkish, setidaknya sampai tahun depan.
Suku bunga acuan masih akan naik secara gradual, dan itu mendukung penguatan dolar AS. Oleh karena itu, mata uang Asia (terutama rupiah) harus waspada.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular