
Newsletter
Sip! AS-China Gencatan Senjata, Inflasi Sepertinya 'Jinak'
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 December 2018 07:02

Sedangkan dari dalam negeri, pelaku pasar juga perlu mencermati rilis data inflasi periode November 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-to-month/MtM) di 0,19%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year) di 3,15% dan inflasi inti YoY 2,97%.
Pada Oktober, BPS mencatat inflasi bulanan sebesar 0,28%. Kemudian inflasi tahunan adalah 3,16% dan inflasi inti tahunan 2,94%. Artinya inflasi pada bulan lalu diperkirakan akan melambat dibandingkan Oktober, masih 'jinak'.
Penurunan harga minyak membantu meredam gejolak harga, paling mudah terlihat dengan tidak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi sepanjang November. Selain itu, nilai tukar rupiah yang menguat 6,02% dalam sebulan terakhir membantu menstabilkan inflasi inti.
Meski demikian, apabila inflasi inti ternyata melambat cukup signifikan atau lebih rendah dari ekspektasi pasar, maka pelaku pasar perlu waspada. Hal ini bisa menjadi sinyal bahwa ada perlambatan permintaan akibat lesunya daya beli.
Daya beli masyarakat yang mulai tertekan sebelumnya diindikasikan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober yang sebesar 119,2, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 122,4. IKK bulan Oktober bahkan menjadi yang terendah dalam 20 bulan terakhir, atau sejak Februari 2017.
Namun bila data inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar, maka tentu lagi-lagi akan menjadi sentimen positif bagi IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah. Ditambah dengan damai dagang AS-China, bisa jadi laju pasar keuangan Indonesia sulit terbendung.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Pada Oktober, BPS mencatat inflasi bulanan sebesar 0,28%. Kemudian inflasi tahunan adalah 3,16% dan inflasi inti tahunan 2,94%. Artinya inflasi pada bulan lalu diperkirakan akan melambat dibandingkan Oktober, masih 'jinak'.
Penurunan harga minyak membantu meredam gejolak harga, paling mudah terlihat dengan tidak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi sepanjang November. Selain itu, nilai tukar rupiah yang menguat 6,02% dalam sebulan terakhir membantu menstabilkan inflasi inti.
Meski demikian, apabila inflasi inti ternyata melambat cukup signifikan atau lebih rendah dari ekspektasi pasar, maka pelaku pasar perlu waspada. Hal ini bisa menjadi sinyal bahwa ada perlambatan permintaan akibat lesunya daya beli.
Daya beli masyarakat yang mulai tertekan sebelumnya diindikasikan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober yang sebesar 119,2, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 122,4. IKK bulan Oktober bahkan menjadi yang terendah dalam 20 bulan terakhir, atau sejak Februari 2017.
Namun bila data inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar, maka tentu lagi-lagi akan menjadi sentimen positif bagi IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah. Ditambah dengan damai dagang AS-China, bisa jadi laju pasar keuangan Indonesia sulit terbendung.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular