Newsletter

The Fed Kian Hati-hati dan Pertemuan Trump-Xi Jadi Kunci

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
30 November 2018 06:10
Notulensi Rapat The Fed Bikin Wall Street Terpeleset
Perdagangan Saham di Wall Street (REUTERS/Andrew Kelly)
Dari Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi tipis setelah melonjak pada perdagangan kemarin. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,11%, S&P 500 turun 0,22%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,25%. 

Kemarin, tiga indeks ini menguat di kisaran 2%. Lagi pula bursa saham New York sudah menguat selama 4 hari beruntun sehingga koreksi yang sehat memang dibutuhkan. 

Selain itu, pelaku pasar juga merespons rilis notuensi rapat (minutes of meeting) The Fed episode November 2018. Dalam rapat tersebut, mayoritas pengambil kebijakan di bank sentral Negeri Paman Sam sepakat bahwa kenaikan suku bunga berikutnya sepertinya akan terjadi dalam waktu dekat. 

"Hampir semua peserta rapat menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga acuan secara gradual adalah kebijakan yang konsisten dengan tujuan mencapai pasar tenaga kerja yang maksimal dan kestabilan harga. Konsisten dengan pandangan bahwa kenaikan suku bunga secara bertahap adalah kebijakan yang masih layak ditempuh, hampir seluruh peserta rapat menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan sepertinya akan dilakukan dalam waktu dekat, jika data ketenagakerjaan dan inflasi senada atau lebih kuat dari ekspektasi," papar notulensi tersebut. 

Akibat rilis data ini, pelaku pasar semakin meyakini bahwa Powell dan kolega akan menaikkan Federal Funds Ratw pada rapat 19 Desember. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) adalah 82,7%. Naik dibandingkan posisi sepekan sebelumnya yaitu 75,8%. 

Akan tetapi, tetap ada aura dovish dalam notulensi rapat ini. Para peserta rapat semakin menggarisbawahi bahwa ada risiko yang menghantui perekonomian AS. "Ada pertanda perlambatan di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga," sebut notulensi itu. 

Kemudian, para peserta rapat juga menekankan pentingnya berkaca kepada data (data dependent) dalam pengambilan keputusan. Kalimat ini menjadi semakin kuat, yang menunjukkan The Fed mulai berhati-hati dan bisa berujung pada penurunan agresivitas. 

"Para peserta menyiratkan bahwa sepertinya dalam rapat-rapat ke depan perlu ada perubahan bahasa penyampaian, di mana ada kalimat yang menyatakan pentingnya evaluasi terhadap berbagai data dalam menentukan arah kebijakan. Perubahan ini akan membantu memandu Komite dalam situasi perekonomian yang dinamis," tulis notulensi tersebut. 

Sikap The Fed yang mulai dovish mendapat justifikasi dari rilis data ekonomi AS teranyar. Personal Comsumption Expenditure (PCE) inti atau Core PCE, yang menjadi prefensi The Fed dalam mengukur inflasi, mengalami perlambatan. 

Pada Oktober, Core PCE tercatat 1,8% secara year-on-yar (YoY). Melambat dibandingkan September yaitu 1,9%. Pencapaian Oktober menjadi yang paling rendah sejak Februari.  

Data ekonomi lainnya yang mengecewakan adalah jumlah klaim pengangguran AS yang naik 10.000 ke 234.000 pada pekan lalu, lebih tinggi dari konsensus Reuters yang memperkirakan penurunan ke angka 220.000. Capaian pekan lalu juga menjadi yang tertinggi sejak pertengahan Mei. 

Artinya bisa dikatakan menaikkan suku bunga acuan secara agresif mungkin sudah tidak diperlukan. Sebab perekonomian memang sudah menunjukkan tanda-tanda perlambatan, jadi apa lagi yang mau diperlambat? 

Perkembangan ini membuat Wall Street hanya terkoreksi terbatas. Padahal biasanya kenaian suku bunga acuan adalah sentimen negatif yang luar biasa bagi pasar saham. Sebab saham adalah instrumen yang tidak bisa bekerja optimal di lingkungan suku bunga tinggi. 

Namun Wall Street masih bisa sedikit bernafas karena ternyata The Fed mulai hati-hati, kadar hawkish sudah berkurang. Masih ada optimisme di benak investor, sehingga Wall Street tidak mengalami koreksi yang terlalu dalam.

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular