
Newsletter
Siap-siap, Banyak Sentimen Banjiri Pasar
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 November 2018 06:24

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah perkembangan kemungkinan damai dagang AS-China.
Akhir pekan lalu, Presiden Trump mengungkapkan bahwa Washington sudah menerima surat dari Beijing yang berisi 142 poin reformasi ekonomi yang telah dilakukan di Negeri Tirai Bambu. Meski ada beberapa hal yang belum dicantumkan, tetapi secara umum Trump cukup puas.
Bahkan bisa saja AS akan membatalkan sejumlah rencana pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk made in China. "Kami mungkin tidak akan melakukan itu, China ingin adanya kesepakatan," ujar Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Kabar ini bisa membuat investor di pasar keuangan Asia berbunga-bunga. Risk appetite akan meningkat dan permintaan terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang Asia bisa membludak. Jika ini terjadi, maka menjadi kabar baik buat pasar keuangan Indonesia.
Kedua adalah nilai tukar dolar AS. Akhir pekan lalu, greenback melemah terhadap berbagai mata uang dunia akibat komentar Richard Clarida, Wakil Gubenur The Fed yang baru.
Menurut Clarida, suku bunga acuan di AS sudah semakin mendekati titik netral, di mana suku bunga tidak lagi mendorong laju perekonomian maupun mengeremnya. Saat ini median Federal Funds Rate adalah 2,125% sementara preferensi inflasi The Fed yaitu Core Personal Consumption Expenditure ada di 1,97% YoY per September. Sebenarnya sekali lagi kenaikan suku bunga 25 bps sudah cukup membuatnya menjadi netral, karena akan senada dengan laju inflasi.
Mengutip Reuters, Clarida menyatakan bukan berarti The Fed menaikkan suku bunga terlalu tinggi, terlalu cepat, atau terlalu agresif. Namun kenaikan suku bunga berikutnya sebaiknya lebih mengacu kepada data (data dependent) karena saat ini Federal Funds Rate semakin dekat ke target 2,5-2,5% yang disebut netral.
"Kami sudah dalam titik di mana harus benar-benar data dependent. Suku bunga kebijakan yang netral adalah sesuatu yang masuk akal," tutur Clarida.
Pernyataan Clarida ini bisa membuat pelaku pasar berpersepsi masih ada kemungkinan The Fed akan menahan laju kenaikan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps pada dalam The Fed 19 Desember adalah 65,4%. Turun cukup jauh dibandingkan seminggu sebelumnya yaitu 75,8%.
Tanpa kabar kenaikan suku bunga acuan, dolar AS akan lesu. Sebab selama ini tingginya permintaan terhadap greenback didorong oleh kenaikan suku bunga acuan. Apabila pelemahan dolar AS berlanjut, maka rupiah dkk di Asia bisa memanfaatkannya dengan mencetak penguatan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Akhir pekan lalu, Presiden Trump mengungkapkan bahwa Washington sudah menerima surat dari Beijing yang berisi 142 poin reformasi ekonomi yang telah dilakukan di Negeri Tirai Bambu. Meski ada beberapa hal yang belum dicantumkan, tetapi secara umum Trump cukup puas.
Bahkan bisa saja AS akan membatalkan sejumlah rencana pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk made in China. "Kami mungkin tidak akan melakukan itu, China ingin adanya kesepakatan," ujar Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Kabar ini bisa membuat investor di pasar keuangan Asia berbunga-bunga. Risk appetite akan meningkat dan permintaan terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang Asia bisa membludak. Jika ini terjadi, maka menjadi kabar baik buat pasar keuangan Indonesia.
Kedua adalah nilai tukar dolar AS. Akhir pekan lalu, greenback melemah terhadap berbagai mata uang dunia akibat komentar Richard Clarida, Wakil Gubenur The Fed yang baru.
Menurut Clarida, suku bunga acuan di AS sudah semakin mendekati titik netral, di mana suku bunga tidak lagi mendorong laju perekonomian maupun mengeremnya. Saat ini median Federal Funds Rate adalah 2,125% sementara preferensi inflasi The Fed yaitu Core Personal Consumption Expenditure ada di 1,97% YoY per September. Sebenarnya sekali lagi kenaikan suku bunga 25 bps sudah cukup membuatnya menjadi netral, karena akan senada dengan laju inflasi.
Mengutip Reuters, Clarida menyatakan bukan berarti The Fed menaikkan suku bunga terlalu tinggi, terlalu cepat, atau terlalu agresif. Namun kenaikan suku bunga berikutnya sebaiknya lebih mengacu kepada data (data dependent) karena saat ini Federal Funds Rate semakin dekat ke target 2,5-2,5% yang disebut netral.
"Kami sudah dalam titik di mana harus benar-benar data dependent. Suku bunga kebijakan yang netral adalah sesuatu yang masuk akal," tutur Clarida.
Pernyataan Clarida ini bisa membuat pelaku pasar berpersepsi masih ada kemungkinan The Fed akan menahan laju kenaikan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps pada dalam The Fed 19 Desember adalah 65,4%. Turun cukup jauh dibandingkan seminggu sebelumnya yaitu 75,8%.
Tanpa kabar kenaikan suku bunga acuan, dolar AS akan lesu. Sebab selama ini tingginya permintaan terhadap greenback didorong oleh kenaikan suku bunga acuan. Apabila pelemahan dolar AS berlanjut, maka rupiah dkk di Asia bisa memanfaatkannya dengan mencetak penguatan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular