Newsletter

Harga Minyak Anjlok, Awas 'Terpeleset'

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 November 2018 05:45
Wall Street 'Terpeleset' Harga Minyak
Perdagangan Saham di Wall Street (REUTERS/Brendan McDermid)
Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup variatif cenderung melemah. DJIA turun 0,4%, S&P 500 terkoreksi 0,15%, tetapi Nasdaq menguat tipis 0,03%. 

Saham-saham sektor energi menjadi biang keladi koreksi DJIA dan S&P 500. Indeks sektor energi di DJIA anjlok 2,07% sementara di S&P 500 jatuh 2,34%. Sektor ini menjadi yang terlemah baik di DJIA maupun S&P 500. 

Kalau melihat perkembangan harga minyak, wajar saham sektor energi begitu terpukul. Pada pukul 04:51 WIB, harga minyak jenis brent amblas 7,06% dan light sweet jeblok 7,83%. Ini adalah koreksi terdalam dalam hampir 3 tahun terakhir. 

"Ini seperti nasabah yang berbondong-bondong menarik uang mereka di bank. Sepertinya investor sudah tidak peduli ke fundamental," tegas Phil Flynn, Analis di Price Futures Group yang berbasis di Chicago, dikutip dari Reuters. 

Koreksi harga si emas hitam sepertinya masih disebabkan oleh sentimen sebelumnya, yaitu penolakan Presiden AS Donald Trump terhadap rencana Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi pada 2019. Sebelumnya, Menteri Energi Arab Saudi Khalid el-Falih mengungkapkan OPEC siap mengurangi produksi hingga 1 juta barel/hari, tetapi Trump menentangnya.  

"Berharap Arab Saudi dan OPEC tidak mengurangi produksi minyak. Harga minyak seharusnya lebih rendah karena (tingginya) pasokan," cuit Trump. 

Selain itu, investor juga melihat ada risiko ketidakseimbangan di pasar minyak dunia. Dalam laporan edisi November 2018, OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia naik 1,29 juta barel/hari menjadi 31,54 juta barel/hari. Sedangkan produksi minyak tahun depan diperkirakan naik 127.000 barel/hari menjadi 32,9 juta barel/hari. Artinya ada potensi kelebihan pasokan (over supply) sebesar 1,36 juta barel/hari.  

"Meski pasar minyak dunia telah lebih seimbang, tetapi pertumbuhan pasokan mengindikasikan volume yang lebih tinggi melebihi permintaan yang berujung pada ekses yang membesar. Kemudian revisi ke bawah dari pertumbuhan ekonomi global menyebabkan tekanan terhadap permintaan minyak dalam beberapa bulan terakhir," sebut laporan OPEC yang menyinggung risiko terhadap harga minyak. 

Akibat anjloknya harga minyak, harga saham emiten migas di AS ikut amblas. Harga saham Exxon Mobil jatuh 2,29% sementara Chevron ambrol 1,74%. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular