Newsletter

Trump Ingin Dialog dengan China, Tapi Ada 'Pistol' di Meja

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 October 2018 05:54
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ketiga adalah dari perang dagang AS vs China. Presiden Trump mengonfirmasi bahwa Washington sudah menyiapkan bea masuk baru jika dialog dengan China nir-hasil. 

"Saya rasa kami akan punya kesepakatan dengan China, dan saya berharap itu akan menjadi kesepakatan yang bagus karena mereka telah menghisap kami. Saya punya US$ 267 miliar (bea masuk baru) yang sudah menunggu kalau tidak ada kesepakatan," tegas Trump dalam wawancara dengan FOX News, mengutip Reuters. 

Dinamika perang dagang AS vs China memang masih ngeri-ngeri sedap. Di satu sisi, Trump sudah siap berdialog dengan China dan ingin ada kesepakatan untuk mengakhiri 'balas pantun' bea masuk Washington-Beijing. Namun di sisi lain, Trump juga ibarat terang-terangan menaruh 'pistol' di atas meja yang siap ditembakkan jika tidak ada kesepakatan. 

Apakah China nyaman berdialog dengan ancaman pistol seperti ini? Apakah pembicaraan dengan ancaman pistol layak disebut dialog, bukan pemerasan?

Beijing belum memberikan respons. Namun Lu Kang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menyatakan jika AS tidak siap dengan negosiasi yang saling menguntungkan, maka Negeri Tirai Bambu akan mengembangkan ekonominya sendiri. 

Perang dagang AS vs China bagai bara dalam sekam, padam di permukaan tetapi masih panas di bawah. Bara ini bisa muncul sewaktu-waktu, dan mampu membakar perekonomian dunia. 

Selama belum ada penyelesaian, perang dagang AS vs China masih menjadi sentimen negatif di pasar keuangan. Investor tentu akan mencari aman jika risiko besar terhadap perekonomian dunia masih menghantui. Mencari aman artinya belum akan menyentuh instrumen berisiko di negara berkembang, kabar yang kurang enak buat IHSG dan rupiah. 

Keempat adalah harga minyak, di mana pada pukul 05:22 WIB harga minyak jenis brent anjlok 1,68%. Perang dagang As vs China menjadi biang kerok koreksi harga si emas hitam. 

AS dan China adalah dua perekonomian terbesar di dunia. Kala mereka saling hambat perdagangan, akibatnya adalah gangguan rantai pasok (supply chain) dunia. Hasilnya adalah perlambatan arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. 

Perdagangan dan aktivitas ekonomi yang melambat tentu akan menurunkan permintaan terhadap energi. Kalau permintaan energi turun, maka harganya juga akan turun. 

Penurunan harga minyak bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG, karena membuat emiten migas dan pertambangan kurang mendapat apresiasi. Namun hal ini justru positif buat rupiah, karena meringankan tekanan impor migas yang menjadi biang keladi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular