Polling CNBC Indonesia

Konsensus Pasar: September Terjadi Deflasi 0,02%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 September 2018 17:58
Konsensus Pasar: September Terjadi Deflasi 0,02%
Iliustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar memperkirakan Indonesia akan kembali mengalami deflasi secara bulanan pada September 2018. Sementara secara tahunan, laju inflasi masih terkendali di kisaran 3%. 

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data Indeks Harga Konsumen edisi September 2018 pada awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan secara bulanan atau month-to-month (MtM) terjadi deflasi 0,02%. 

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) akan terjadi inflasi 3,055%. Kemudian inflasi inti tahunan berada di 2,86%. 

InstitusiInflasi MtM (%)Inflasi YoY (%)Inflasi Inti (% YoY)
Bank Danamon-0.013.062.86
ING0.43.1-
Danareksa Research Institute-0.082.99-
BCA0.053.122.65
CIMB Niaga0.023.09-
Bank Mandiri-0.053.022.87
Maybank Indonesia-0.033.042.87
Bank Permata-0.053.022.74
BTN-0.023.052.82
Barclays-3.392.95
MEDIAN-0.023.0552.86
 
Pada Agustus, BPS mencatat terjadi deflasi 0,05% secara bulanan. Kemudian inflasi tahunan berada di 3,2% dan inflasi inti tahunan sebesar 2,9%. 

Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan ada deflasi secara bulanan pada September, dengan besaran 0,06%. Ini membuat inflasi tahunan berada di 3,02%. 

Perry Warjiyo, Gubernur BI, mengatakan bahwa harga bahan pangan masih turun di antaranya bawang merah dan cabai merah. Selain itu, tarif angkutan umum juga turun karena sudah melewati puncak masa liburan. 

Sejauh ini, BI menilai depresiasi rupiah belum terlalu banyak mempengaruhi inflasi. Sebagai informasi, rupiah melemah 0,61% selama 1-28 September. Namun dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya, rupiah anjlok 11,69%. 



"Kami tidak melihat dampak exchange rate passthrough ke inflasi karena permintaan domestik kita masih di bawah tingkat output potensialnya. Inflasi dari sisi permintaan masih rendah, ekspektasi inflasi juga terjaga rendah," papar Perry. 

Selain itu, sambung Perry, sejauh ini pengusaha juga masih belum terlalu membebankan dampak pelemahan kurs ke harga jual. Pengusaha lebih memilih melakukan efisiensi ketimbang harus menaikkan harga. 

"Survei kami kepada para pengusaha menunjukkan ada sebagian yang tidak mau menaikkan harga. Sebagian besar pengusaha memilih mengurangi margin atau meningkatkan efisiensi," ungkapnya. 

Hingga 9 bulan pertama 2018, inflasi domestik nyaris tidak mengalami masalah berarti. Laju inflasi masih sehat, bergerak tanpa lonjakan-lonjakan dan tidak ada perlambatan signifikan. Stabil saja. 

Perkembangan ini bisa ditinjau dari dua perspektif. Pertama, situasi 2017 yang agak kelam di mana konsumsi dan daya beli masyarakat agak tertekan sepertinya sudah berlalu. Konsumsi masyarakat sudah pulih, dan pemulihan ini berlangsung mulus. 

Ini terlihat dari inflasi inti yang sejak awal tahun mulai terakselerasi secara gradual. Percepatan laju inflasi inti berlangsung lancar, mencerminkan konsumsi yang meningkat tetapi masih sehat.

Inflasi inti yang terjaga juga menunjukkan ekspektasi inflasi dan pelemahan rupiah belum terlalu berdampak terhadap konsumsi masyarakat. Sepertinya apa yang dikatakan Gubernur Perry memang benar adanya.  

Namun, ada perspektif kedua yaitu stagnasi konsumsi dan daya beli. Inflasi inti yang stabil boleh juga dibilang stagnan, berarti tidak ada perkembangan positif. 

Peluang ke arah stagnasi ini ada, karena optimisme konsumen memang agak melambat. Sepanjang Juni sampai Agustus, angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terus menurun. Angkanya memang masih di atas 100, artinya konsumen masih percaya diri, tetapi kepercayaan diri itu menipis. 

 

Tidak hanya IKK, penjualan ritel pun mulai agak lesu. Pada Juli, Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat 216. Turun cukup drastis dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 237,8. 

Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh berpuasa diri dengan pencapaian inflasi ini. Memang ada sisi positifnya, tetapi ada pula risiko yang harus diwaspadai.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/dru) Next Article Konsensus Pasar: Inflasi Agustus 0,07% MtM, 3,33% YoY

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular