Newsletter

Trump Makin Beringas, China Tambah Panas

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 September 2018 04:57
Perang Dagang Jadi Penyebab Koreksi di Wall Street
Donald Trump, Presiden AS (REUTERS/Leah Millis)
Dari Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi pada perdagangan perdana pekan ini. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,36%, S&P 500 turun 0,56%, dan Nasdaq Composite jatuh 1,47%. 

Situasi perang dagang AS-China yang memanas membuat investor di bursa saham New York kalang-kabut. Pernyataan terbaru dari Trump menambah suasana semakin tegang. 

"Akan ada banyak uang yang diterima AS. Saya sangat menghormati Presiden China Xi Jinping, tetapi defisit perdagangan AS dengan China sudah sangat besar dan kami tidak bisa terus seperti ini," tegasnya di hadapan para jurnalis di Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Perwakilan Perdagangan AS mengusulkan bea masuk sebesar 10% bagi lebih dari 6.000 produk made in China senilai US$ 200 miliar. Apabila kebijakan ini jadi diterapkan, maka situasi akan semakin tegang dan nasib perundingan dagang AS-China menjadi penuh tanda tanya. 

Pekan lalu, pasar dibuat berbunga-bunga karena AS siap berunding dengan China seputar isu-isu perdagangan. Perundingan ini dikabarkan melibatkan para pejabat tingkat tinggi seperti Steven Mnuchin (Menteri Keuangan AS) dan Liu He (Wakil Perdana Menteri China). 

"Kami siap bernegosiasi dan berbicara dengan China kapan saja jika mereka siap dan serius untuk menerapkan perdagangan bebas, mengurangi hambatan tarif dan non-tarif, serta membuka pasarnya dan mengizinkan kami untuk mengekspor produk ke sana," tutur Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters. 

Namun dengan munculnya kemungkinan bea masuk baru membuat China geram. Beijing bersumpah akan melakukan serangan balasan jika Washington mengeksekusi kebijakan tersebut.  

"Jika AS meluncurkan bea masuk baru, China akan mengambil tindakan balasan untuk memastikan hak dan kepentingan kami yang sah," kata Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dilansir dari AFP. 

Sebelumnya, dikutip dari Reuters, China juga mempertimbangkan untuk menolak berunding dengan AS jika situasinya masih seperti ini. Seorang pejabat senior di pemerintahan menyatakan, Beijing tidak akan bernegosiasi dengan todongan pistol di kepala. 

Tindakan balasan China bukan hanya mengenakan bea masuk bagi produk-produk AS. Lou Jiwei, Ketua Dewan Nasional Jaminan Sosial China yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, mengungkapkan Negeri Tirai Bambu bisa menghambat ekspor bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan industri manufaktur AS.

Dengan begitu, rantai pasok (supply chain) di AS bisa terganggu. Jika diterapkan, maka ini adalah senjata terbaru dalam perang dagang AS-China yang dampaknya mungkin lebih signifikan karena langsung memukul industri. 

Tensi perang dagang yang meninggi membuat investor tidak mau mengambil risiko. Saham adalah instrumen investasi yang mengandung risiko tinggi, sehingga cenderung dilepas pada saat situasi tidak menentu. Ini yang menjadi penyebab koreksi massal di Wall Street. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular