Newsletter

Investor Pilih AS, Indonesia Cuma Kebagian Remah Rengginang?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 August 2018 05:31
Notulensi Rapat The Fed Bebani Wall Street
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,34%, S&P 500 melemah 0,04%, tetapi Nasdaq Composite naik 0,37%. 

Koreksi yang dialami DJIA dan S&P 500 tidak lepas dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Fed edisi Agustus 2018. Rilis ini sepertinya semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan bulan depan. 

"Para peserta rapat menyatakan bahwa jika data-data ke depan mendukung proyeksi ekonomi, maka sudah saatnya menempuh langkah lanjutan untuk menghilangkan kebijakan yang akomodatif," sebut notulensi itu. 

Saat ini, The Fed melihat perekonomian AS naik itu dari sisi pengusaha maupun rumah tangga sedang dalam momentum yang baik. Oleh karena itu, ekonomi akan tumbuh dan menciptakan dampak inflasi. Melihat hal tersebut, The Fed tidak akan lagi menyebut kebijakan moneter sebagai instrumen untuk mendorong perekonomian. 

Namun, The Fed tetap melihat ada risiko bagi perekonomian AS. Salah satunya adalah perang dagang. "Para peserta rapat menggarisbawahi bahwa perselisihan dagang merupakan sumber ketidakpastian dan risiko," tegas notulensi rapat The Fed. 

Mengenai arah kebijakan moneter ke depan, apakah kenaikan suku bunga jadi empat kali sepanjang 2018 atau hanya tiga kali, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan hal itu akan dibahas pada musim gugur. Sepertinya pelaku pasar masih harus menunggu. 

Secara umum, hasil rapat The Fed tetap menunjukkan nada yang hawkish. Potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat bulan depan pun kian besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% mencapai 96%. 

Kenaikan suku bunga acuan tentu bukan kabar baik bagi pasar saham. Sebab, saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah.

Sebaliknya, kenaikan suku bunga acuan disambut bahagia oleh pasar obligasi. Terlihat bahwa ada aliran modal menuju pasar obligasi pemerintah AS, ditunjukkan oleh penurunan imbal hasil (yield) karena harga sedang naik. Yield obligasi AS seri acuan tenor 10 tahun turun 2,3 basis poin menjadi 2,8207%. 

Selain dari notulensi rapat The Fed, faktor pemberat Wall Street lainnya adalah gaduh politik di lingkaran Gedung Putih. Paul Manafort, mantan manajer kampanye Trump, dinyatakan bersalah atas penipuan dan penggelapan pajak. Sedangkan Michael Cohen, mantan pengacara Trump, divonis bersalah atas sejumlah tindak pidana yang menurutnya dilakukan atas suruhan sang presiden. 

"Banyak berita negatif bagi Trump. Kabar ini memunculkan ketidakpastian baru di pasar," tutur Robert Phipps, Direktur di Per Stirling Capital yang berbasis di Texas, seperti dikutip Reuters. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular