Newsletter

Waspada Bara di Ankara

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 August 2018 04:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street akhir pekan lalu yang kurang mengesankan. Biasanya, dinamika di Wall Street akan memberi warna signifikan bagi bursa saham Asia, termasuk Indonesia. 

Kedua adalah situasi di Turki yang masih tidak kondusif. Presiden Erdogan menyerukan agar rakyat Turki menjual dolar AS dan emas mereka untuk menguatkan nilai tukar lira. Sesuatu yang mengingatkan kita kepada gerakan Aku Cinta Rupiah di Indonesia pada 1998, karena annjloknya nilai tukar mata uang Tanah Air. 

"Kalau ada seseorang yang menyimpan dolar AS atau emas di bawah bantalnya, maka mereka seharusnya menukarkan itu dengan lira. Ini adalah pertempuran demi negara. Ada negara yang mencoba melindungi pelaku kudeta dan tidak mengerti hukum!" tegas Erdogan dalam pidato di Bayburt, mengutip Reuters. 

Kekhawatiran investor mengenai perkembangan di Turki membuat bursa saham dan mata uang global anjlok pada akhir pekan lalu. Sebab dalam situasi 'huru-hara' seperti ini, investor lebih memilih bermain aman dengan tidak mengambil risiko. Instrumen high risk seperti saham (apalagi di negara berkembang) dilepas untuk kemudian masuk ke mana lagi kalau bukan dolar AS. Inilah yang menyebabkan Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat sampai 0,8% pada akhir pekan lalu.

Penguatan dolar AS juga mendapat momentum dari rilis data inflasi. Pada Juli 2018, inflasi di Negeri Paman Sam tercatat 2,9% YoY. Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya tetapi merupakan laju tercepat sejak Februari 2012. 

Laju inflasi yang semakin cepat akan menjadi pembenaran bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. Pasar kini berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan total empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak ketimbang proyeksi awal yaitu tiga kali. Jika data-data ekonomi Negeri Adidaya terus positif, maka kemungkinan ke arah sana akan semakin tinggi. 

Ditopang potensi kenaikan suku bunga, laju dolar AS bisa kian tidak tertahankan. Kenaikan suku bunga akan membuat instrumen berbasis greenback menjadi menarik karena menawarkan imbalan lebih. Arus modal masuk ini kemudian akan memupuk kekuatan dolar AS. 

Keperkasaan dolar AS akan berdampak kepada tekanan terhadap mata uang lain, bukan tidak mungkin rupiah menjadi salah satunya. Potensi pelemahan rupiah akan membuat investor menjauh, sebab depresiasi kurs akan membuat nilai investasi menjadi turun pada masa depan. Jika sampai terjadi aksi jual (terutama oleh Investor asing), maka IHSG pun terancam. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular