Newsletter

'Tarik Tambang' Penentu Nasib IHSG

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
01 August 2018 05:36
Cermati Sentimen Penggerak Bursa Hari Ini (3)
Foto: Muhammad Sabki
Sentimen keempat adalah dari dalam negeri, yaitu rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi Juli 2018 pada pukul 11:00 WIB. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,25%. Sementara secara tahunan ada di 3,2%, dan inflasi inti YoY sebesar 2,73%. Sebagai informasi, inflasi MtM pada Juni 2018 adalah 0,59%, sedangkan inflasi YoY sebesar 3,12% dan inflasi inti YoY di 2,72%. 


Bila realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka data inflasi bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan. Peningkatan laju inflasi secara YoY baik umum maupun inti menunjukkan konsumsi masyarakat tumbuh cukup baik. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi juga tidak menyebabkan inflasi yang berlebihan, masih relatif stabil, sehingga bisa dipersepsikan pasokan pun memadai dan tidak ada kelangkaan. 

Inflasi di Indonesia sepertinya sudah memasuki keseimbangan baru, new normal, yaitu stabil di level yang relatif rendah. Inflasi dengan model seperti inilah yang dicita-citakan oleh Bank Indonesia (BI). Oleh karena itu, inflasi sepertinya sudah tidak menjadi isu besar bagi Indonesia karena masalah ini sudah mampu teratasi.  

Namun bukan berarti Indonesia bisa bersantai. Potensi percepatan laju inflasi masih ada, terutama yang disebabkan oleh faktor eksternal.

Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah cukup dalam terhadap dolar AS yaitu mencapai 5,8%. Ini membuat harga produk-produk impor menjadi lebih mahal. Apalagi dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi biasanya impor akan meningkat.

Dampaknya tentu adalah inflasi impor alias imported inflation. Risiko ini patut diwaspadai karena bisa mempengaruhi inflasi umum.

Kemudian, harga minyak juga cenderung naik tahun ini. Harga minyak jenis brent sejak awal tahun sudah melesat 10,09%. Ini memunculkan risiko kenaikan harga energi yaitu Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik.

Pemerintah memang sudah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga keduanya. Namun jika harga minyak dunia makin melambung, ditambah dengan rupiah yang bisa semakin lemah, maka kemungkinan kemampuan pemerintah (maupun BUMN yang menanggung yaitu Pertamina dan PLN) akan mencapai batasnya. Saat batas itu tersentuh, maka harga BBM dan tarif listrik listrik mau tidak mau harus naik. Akibatnya, ada risiko tekanan inflasi.

Oleh karena itu, Indonesia masih perlu waspada. Saat ini inflasi boleh saja terlihat seperti kucing yang jinak. Namun di balik itu ada sosok harimau yang siap menerkam kapan saja.

Bagaimanapun, perdagangan hari ini sepertinya akan menarik dan berlangsung dinamis. Sentimen positif dari Wall Street dan data inflasi domestik (bila sesuai harapan) akan 'tarik tambang' melawan sentimen negatif keperkasaan dolar AS dan penurunan harga minyak. Siapa yang akan unggul dan menentukan nasib IHSG?


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular