
Newsletter
Habis Perang Dagang, Terbitlah Perang Mata Uang
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2018 05:37

Keempat, investor juga perlu memonitor perkembangan harga minyak. Pada pukul 04:31 WIB, harga minyak jenis light sweet dan brent masing-masing melemah 0,67% dan 0,15%.
Kemarin, harga minyak terkerek ke atas karena meningkatnya tensi AS dan Iran. Seperti diketahui, AS sudah keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran dan kemungkinan akan menjatuhkan sanksi bagi Teheran. Iran pun semakin lama semakin keras menghadapi ancaman AS.
"Tuan Trump, tolong jangan bermain-main dengan ekor singa karena hanya akan membawa penyesalan. AS harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah biangnya damai, sementara peperangan dengan Iran adalah biangnya perang," tegas Hassan Rouhani, Presiden Iran, dalam acara pembekalan kepada para diplomat, dikutip dari Reuters.
Trump membalas pernyataan itu melalui cuitan di Twitter. Bukan cuitan sembarang cuitan, karena ditulis dalam huruf kapital yang menandakan kemarahan.
"JANGAN PERNAH LAGI MENGANCAM AS ATAU ANDA AKAN MENGALAMI KONSEKUENSI YANG BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA. KAMI BUKAN LAGI NEGARA YANG BISA BERDIAM ATAS PERKATAAN ANDA YANG MENYEBARKAN KEKERASAN DAN KEMATIAN. WASPADALAH!" tegas Trump.
Namun sentimen memanasnya hubungan Washington-Teheran tidak bertahan lama. Kini investor lebih fokus ke isu kelebihan pasokan, yang akhirnya membuat harga minyak turun.
Arab Saudi dan sejumlah negara produsen minyak lainnya sedang menggiatkan produksi sebagai kompensasi jika pasokan dari Iran berkurang seiring sanksi yang kemungkinan dijatuhkan pada November. Kemudian cadangan minyak As juga diperkirakan naik, meski data resmi baru keluar pada Rabu waktu setempat. Menurut Genscape, salah satu trader minyak di AS, pasokan minyak ke penampungan Cushing (Oklahoma) terus meningkat sepanjang pekan lalu.
Persepsi kenaikan pasokan membuat harga si emas hitam merosot. Penurunan harga minyak juga bukan hal positif bagi IHSG. Sebab, emiten migas dan pertambangan akan kurang diapresiasi kala harga minyak turun.
(aji/aji)
Kemarin, harga minyak terkerek ke atas karena meningkatnya tensi AS dan Iran. Seperti diketahui, AS sudah keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran dan kemungkinan akan menjatuhkan sanksi bagi Teheran. Iran pun semakin lama semakin keras menghadapi ancaman AS.
"Tuan Trump, tolong jangan bermain-main dengan ekor singa karena hanya akan membawa penyesalan. AS harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah biangnya damai, sementara peperangan dengan Iran adalah biangnya perang," tegas Hassan Rouhani, Presiden Iran, dalam acara pembekalan kepada para diplomat, dikutip dari Reuters.
Trump membalas pernyataan itu melalui cuitan di Twitter. Bukan cuitan sembarang cuitan, karena ditulis dalam huruf kapital yang menandakan kemarahan.
"JANGAN PERNAH LAGI MENGANCAM AS ATAU ANDA AKAN MENGALAMI KONSEKUENSI YANG BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA. KAMI BUKAN LAGI NEGARA YANG BISA BERDIAM ATAS PERKATAAN ANDA YANG MENYEBARKAN KEKERASAN DAN KEMATIAN. WASPADALAH!" tegas Trump.
Namun sentimen memanasnya hubungan Washington-Teheran tidak bertahan lama. Kini investor lebih fokus ke isu kelebihan pasokan, yang akhirnya membuat harga minyak turun.
Arab Saudi dan sejumlah negara produsen minyak lainnya sedang menggiatkan produksi sebagai kompensasi jika pasokan dari Iran berkurang seiring sanksi yang kemungkinan dijatuhkan pada November. Kemudian cadangan minyak As juga diperkirakan naik, meski data resmi baru keluar pada Rabu waktu setempat. Menurut Genscape, salah satu trader minyak di AS, pasokan minyak ke penampungan Cushing (Oklahoma) terus meningkat sepanjang pekan lalu.
Persepsi kenaikan pasokan membuat harga si emas hitam merosot. Penurunan harga minyak juga bukan hal positif bagi IHSG. Sebab, emiten migas dan pertambangan akan kurang diapresiasi kala harga minyak turun.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular