
Newsletter
Bintang Hari Ini: Donald Trump
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 July 2018 05:44

Dari Wall Street, tiga indeks utama mencatatkan kinerja variatif sepanjang pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,15%, S&P 500 menguat tetapi nyaris stagnan di 0,02%, sementara Nasdaq turun 0,07%.
Seperti halnya di Asia, Wall Street juga terbeban oleh isu perang dagang. Apalagi akhir pekan lalu muncul kekhawatiran akibat komentar Presiden AS Donald Trump.
"Kita sudah kalah jauh (dalam hal perdagangan dengan China). Saya siap untuk menuju 500," tegas Trump dalam wawancara dengan CNBC International.
Trump memang sudah lama mengeluhkan defisit perdagangan AS dengan China, yang menurutnya sangat tidak adil dan melukai Negeri Paman Sam. Membanjirnya produk China di pasar AS dinilainya mengancam industri dalam negeri dan penciptaan lapangan kerja.
Oleh karena itu, Trump rajin mengancam dengan pengenaan bea masuk terhadap produk-produk China. Terakhir, AS mengenakan bea masuk 25% kepada 818 produk China senilai US$ 34 miliar.
Ancaman Trump berikutnya adalah dia siap menambah bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 500 miliar, itulah yang dimaksud dengan 500. Saat ditanya apakah Trump mengetahui bahwa tindakannya membuat pasar jatuh, eks taipan properti itu bergeming.
"Kalau memang terjadi, terjadilah. Saya tidak melakukan ini untuk politik," ujarnya.
Tidak hanya China, Trump pun 'menembakkan' keluhan ke segala penjuru. Di dalam negeri, korban terbarunya adalah The Fed.
Trump menilai pengetatan moneter oleh The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, dan itu membuat ekspor AS kurang kompetitif.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Di tengah pusaran badai yang dibuat Trump, Wall Street masih bisa terselamatkan oleh kinerja emiten yang solid. Akhir pekan lalu, raksasa teknologi Microsoft melaporkan laba pada kuartal II-2018 naik 10% menjadi US$ 8,8 miliar. Kenaikan laba tersebut didukung pendapatan yang kuat dari iklan pencarian internet, game, sistem operasi Windows, dan bisnis utama lainnya.
(aji/aji)
Seperti halnya di Asia, Wall Street juga terbeban oleh isu perang dagang. Apalagi akhir pekan lalu muncul kekhawatiran akibat komentar Presiden AS Donald Trump.
"Kita sudah kalah jauh (dalam hal perdagangan dengan China). Saya siap untuk menuju 500," tegas Trump dalam wawancara dengan CNBC International.
Trump memang sudah lama mengeluhkan defisit perdagangan AS dengan China, yang menurutnya sangat tidak adil dan melukai Negeri Paman Sam. Membanjirnya produk China di pasar AS dinilainya mengancam industri dalam negeri dan penciptaan lapangan kerja.
Oleh karena itu, Trump rajin mengancam dengan pengenaan bea masuk terhadap produk-produk China. Terakhir, AS mengenakan bea masuk 25% kepada 818 produk China senilai US$ 34 miliar.
Ancaman Trump berikutnya adalah dia siap menambah bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 500 miliar, itulah yang dimaksud dengan 500. Saat ditanya apakah Trump mengetahui bahwa tindakannya membuat pasar jatuh, eks taipan properti itu bergeming.
"Kalau memang terjadi, terjadilah. Saya tidak melakukan ini untuk politik," ujarnya.
Tidak hanya China, Trump pun 'menembakkan' keluhan ke segala penjuru. Di dalam negeri, korban terbarunya adalah The Fed.
Trump menilai pengetatan moneter oleh The Fed akan menghambat pemulihan ekonomi Negeri Adidaya. Kenaikan suku bunga yang diperkirakan mencapai empat kali sepanjang 2018 membuat dolar AS menguat sendirian, dan itu membuat ekspor AS kurang kompetitif.
"China, Uni Eropa, dan lainnya telah memanipulasi mata uang mereka dan suku bunga ditekan serendah mungkin. Sementara AS menaikkan suku bunga dan dolar AS semakin kuat, menyebabkan kita tidak kompetitif. Seperti biasa, bukan sebuah kesetaraan (level playing field)," cuit Trump melalui Twitter.
Di tengah pusaran badai yang dibuat Trump, Wall Street masih bisa terselamatkan oleh kinerja emiten yang solid. Akhir pekan lalu, raksasa teknologi Microsoft melaporkan laba pada kuartal II-2018 naik 10% menjadi US$ 8,8 miliar. Kenaikan laba tersebut didukung pendapatan yang kuat dari iklan pencarian internet, game, sistem operasi Windows, dan bisnis utama lainnya.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular