
Newsletter
Hati-hati, Dolar AS Bisa Bangkit dari Kubur
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 July 2018 05:54

Namun investor perlu waspada karena dolar AS bisa saja bangkit dari keterpurukan. Pada pukul 04:22 WIB, Dollar Index mulai merangkak naik dengan penguatan 0,05%. Sepertinya dolar AS mulai bangkit dari kubur untuk membalas dendam.
Penguatan greenback didorong oleh tingginya permintaan pasar. Mengutip Reuters, nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS (net long us dollar position) pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.
Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil osisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish.
Ke depan, harus diakui bahwa memegang dolar AS memang menguntungkan. Data-data perekonomian AS juga mendukung pemulihan ekonomi. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya sepanjang 2018 sebesar 4,1%. Melesat dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yaitu 2,3%.
Oleh karena itu, masih besar kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi, atau total empat kali sepanjang 2018. Bertambah dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali. Ini dilakukan untuk mengerem laju perekonomian agar tidak terjadi overheating.
Kabar kenaikan suku bunga tentunya positif bagi mata uang, sebab nilainya akan naik seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar. Selain itu, kenaikan suku bunga juga bisa memancing arus modal sehingga memperkuat nilai mata uang.
Rupiah patut waspada dengan perkembangan ini. Jika dolar AS menguat dan rupiah tertekan, maka investor (utamanya asing) akan semakin meninggalkan Indonesia. Pasalnya, berinvestasi dalam aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang menguntungkan kala mata uang ini terdepresiasi karena nilainya akan turun. IHSG pun akan kena getahnya.
(aji/aji)
Penguatan greenback didorong oleh tingginya permintaan pasar. Mengutip Reuters, nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS (net long us dollar position) pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.
Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil osisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish.
Ke depan, harus diakui bahwa memegang dolar AS memang menguntungkan. Data-data perekonomian AS juga mendukung pemulihan ekonomi. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya sepanjang 2018 sebesar 4,1%. Melesat dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yaitu 2,3%.
Oleh karena itu, masih besar kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi, atau total empat kali sepanjang 2018. Bertambah dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali. Ini dilakukan untuk mengerem laju perekonomian agar tidak terjadi overheating.
Kabar kenaikan suku bunga tentunya positif bagi mata uang, sebab nilainya akan naik seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar. Selain itu, kenaikan suku bunga juga bisa memancing arus modal sehingga memperkuat nilai mata uang.
Rupiah patut waspada dengan perkembangan ini. Jika dolar AS menguat dan rupiah tertekan, maka investor (utamanya asing) akan semakin meninggalkan Indonesia. Pasalnya, berinvestasi dalam aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang menguntungkan kala mata uang ini terdepresiasi karena nilainya akan turun. IHSG pun akan kena getahnya.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular