
Newsletter
Perang Dagang Bikin Tegang
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 July 2018 05:40

Wall Street hari ini tidak beroperasi karena libur nasional AS memperingati Hari Kemerdekaan. Oleh karena itu, bursa Asia akan relatif aman dari risiko yang disebabkan oleh dinamika di Wall Street.
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Perkembangan perang dagang masih perlu menjadi perhatian.
Meski kemarin ada perkembangan positif, tetapi isu ini masih menjadi bara dalam sekam. Dia bisa muncul lagi sewaktu-waktu dan membuat pasar panik.
Terbaru, China mendesak Uni Eropa untuk membuat pernyataan bersama melawan AS. Namun Benua Biru kurang sepakat dengan ajakan kongsi dari China.
Dalam kunjungan ke Brussel dan Berlin, delegasi China yang termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He dan Penasihat Negara Wang Yi menawarkan aliansi. Sebagai imbalannya, China juga akan membuka pasarnya.
Namun para pejabat Uni Eropa menolak ide poros Beijing-Brussel tersebut. Dalam pertemuan China-Eropa pada 16-17 Juli mendatang, Brussel masih berharap akan ada komunike yang sifatnya lebih lunak dan tidak terlampau menyerang pihak lain.
"China ingin Uni Eropa berdiri bersama untuk melawan Washington, meminta kami untuk memilih kawan. Kami tidak mau, dan kami sudah sampaikan itu," menurut salah seorang diplomat Uni Eropa, dikutip dari Reuters.
Bahkan Uni Eropa sepakat dengan tudingan Trump bahwa selama ini China menutup pasarnya untuk perdagangan internasional. Selain itu, Trump juga menuduh China memanipulasi perdagangan sehingga ekspor mereka bisa dominan seperti sekarang.
"Kami sepakat dengan keluhan-keluhan AS terhadap China. Namun kami tidak setuju dengan cara AS mengatasinya," ujar diplomat lainnya.
Oleh karena itu, perkembangan perang dagang sepertinya layak untuk terus dimonitor. Apalagi besok adalah dimulainya penerapan bea masuk baru di AS dan China, yang bisa membuat perang dagang semakin sengit. Investor sepertinya masih akan dibuat cemas dengan apa yang terjadi esok hari tersebut.
Jika tensi masih tinggi, investor akan cenderung bermain aman dan meninggalkan instrumen berisiko apalagi di negara berkembang. Bursa saham Indonesia bisa menjadi salah satu yang ditinggalkan.
Namun, ada sentimen positif yaitu dari perkembangan nilai tukar dolar AS. Sepertinya greenback masih tertekan, karena Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,14% pada pukul 04:59 WIB.
Tutupnya pasar AS dijadikan kesempatan bagi investor untuk merealisasikan keuntungan. Termasuk keuntungan yang didapatkan dari reli dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini.
Kemarin, rupiah berhasil memanfaatkan situasi ini dengan membukukan penguatan. Bila penguatan rupiah berlanjut, maka bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Berinvestasi dalam aset berbasis rupiah akan menarik karena nilainya naik.
(aji/aji)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Perkembangan perang dagang masih perlu menjadi perhatian.
Meski kemarin ada perkembangan positif, tetapi isu ini masih menjadi bara dalam sekam. Dia bisa muncul lagi sewaktu-waktu dan membuat pasar panik.
Terbaru, China mendesak Uni Eropa untuk membuat pernyataan bersama melawan AS. Namun Benua Biru kurang sepakat dengan ajakan kongsi dari China.
Dalam kunjungan ke Brussel dan Berlin, delegasi China yang termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He dan Penasihat Negara Wang Yi menawarkan aliansi. Sebagai imbalannya, China juga akan membuka pasarnya.
Namun para pejabat Uni Eropa menolak ide poros Beijing-Brussel tersebut. Dalam pertemuan China-Eropa pada 16-17 Juli mendatang, Brussel masih berharap akan ada komunike yang sifatnya lebih lunak dan tidak terlampau menyerang pihak lain.
"China ingin Uni Eropa berdiri bersama untuk melawan Washington, meminta kami untuk memilih kawan. Kami tidak mau, dan kami sudah sampaikan itu," menurut salah seorang diplomat Uni Eropa, dikutip dari Reuters.
Bahkan Uni Eropa sepakat dengan tudingan Trump bahwa selama ini China menutup pasarnya untuk perdagangan internasional. Selain itu, Trump juga menuduh China memanipulasi perdagangan sehingga ekspor mereka bisa dominan seperti sekarang.
"Kami sepakat dengan keluhan-keluhan AS terhadap China. Namun kami tidak setuju dengan cara AS mengatasinya," ujar diplomat lainnya.
Oleh karena itu, perkembangan perang dagang sepertinya layak untuk terus dimonitor. Apalagi besok adalah dimulainya penerapan bea masuk baru di AS dan China, yang bisa membuat perang dagang semakin sengit. Investor sepertinya masih akan dibuat cemas dengan apa yang terjadi esok hari tersebut.
Jika tensi masih tinggi, investor akan cenderung bermain aman dan meninggalkan instrumen berisiko apalagi di negara berkembang. Bursa saham Indonesia bisa menjadi salah satu yang ditinggalkan.
Namun, ada sentimen positif yaitu dari perkembangan nilai tukar dolar AS. Sepertinya greenback masih tertekan, karena Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,14% pada pukul 04:59 WIB.
Tutupnya pasar AS dijadikan kesempatan bagi investor untuk merealisasikan keuntungan. Termasuk keuntungan yang didapatkan dari reli dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini.
Kemarin, rupiah berhasil memanfaatkan situasi ini dengan membukukan penguatan. Bila penguatan rupiah berlanjut, maka bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Berinvestasi dalam aset berbasis rupiah akan menarik karena nilainya naik.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular