
Polling CNBC Indonesia
Konsensus Pasar: BI Diramal Naikkan Bunga Acuan ke 5%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2018 12:12

Sementara itu, kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) juga menyebutkan bahwa BI memang perlu menaikkan suku bunga acuan. Sebab, saat ini tren global adalah berakhirnya suku bunga rendah.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed menjadi yang terdepan dalam hal normalisasi kebijakan moneter. Tahun ini, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan sampai empat kali oleh The Fed semakin terbuka setelah dot plot (proyeksi suku bunga dari masing-masing The Fed negara bagian) edisi Juni 2018 menyebutkan median suku bunga pada akhir 2018 ada di 2,25-2,5%.
"Biaya untuk intervensi stabilisasi rupiah semakin mahal dan menguras cadangan devisa. Oleh karena itu, kami melihat BI harus menyamai kenaikan suku bunga The Fed yait empat kali sepanjang tahun ini. Dengan demikian, BI akan memberikansinyal yang kuat kepada pasar bahwa bank sentral berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," papar kajian LPEM FEB UI.
Namun ada pula suara yang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan. Moody's Analytics menjadi salah satunya.
"Kami tidak melihat BI akan menaikkan suku bunga lagi bulan ini. Namun kami akan terus memantau perkembangan," sebut kajian Moody's.
Alasan Moody's adalah BI sudah terlebih dulu menempuh kebijakan antisipatif (ahead the curve) dengan menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur tambahan pada 30 Mei lalu. Oleh karena itu, mungkin kenaikan lebih lanjut belum dibutuhkan mengingat selama Mei saja sudah terjadi dua kali kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed menjadi yang terdepan dalam hal normalisasi kebijakan moneter. Tahun ini, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan sampai empat kali oleh The Fed semakin terbuka setelah dot plot (proyeksi suku bunga dari masing-masing The Fed negara bagian) edisi Juni 2018 menyebutkan median suku bunga pada akhir 2018 ada di 2,25-2,5%.
"Biaya untuk intervensi stabilisasi rupiah semakin mahal dan menguras cadangan devisa. Oleh karena itu, kami melihat BI harus menyamai kenaikan suku bunga The Fed yait empat kali sepanjang tahun ini. Dengan demikian, BI akan memberikansinyal yang kuat kepada pasar bahwa bank sentral berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," papar kajian LPEM FEB UI.
Namun ada pula suara yang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan. Moody's Analytics menjadi salah satunya.
"Kami tidak melihat BI akan menaikkan suku bunga lagi bulan ini. Namun kami akan terus memantau perkembangan," sebut kajian Moody's.
Alasan Moody's adalah BI sudah terlebih dulu menempuh kebijakan antisipatif (ahead the curve) dengan menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur tambahan pada 30 Mei lalu. Oleh karena itu, mungkin kenaikan lebih lanjut belum dibutuhkan mengingat selama Mei saja sudah terjadi dua kali kenaikan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular