Polling CNBC Indonesia

Konsensus Pasar: BI Diramal Tahan Bunga Acuan di 5,25%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 July 2018 09:41
Konsensus Pasar: BI Diramal Tahan Bunga Acuan di 5,25%
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Bank Indonesia (BI) memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan. Bank sentral akan mengumumkan suku bunga acuan esok hari. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'.

Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
 

InstitusiBI 7 Day Reverse Repo Rate (%)
Moody's Analytics5.5
BCA5.25
Bank Permata5.25
Maybank Indonesia5.25
ING5.25
Trimegah5.25
Barclays5.5
UOB5.25
DBS5.25
Mirae Asset5.25
Bank Danamon5.25
Danareksa5.25
MEDIAN5.25
 
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memang tidak menutup peluang untuk menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut. Sebagai catatan, suku bunga acuan sudah naik 100 basis poin pada tahun ini. 

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian baik domestik maupun global, untuk memperkuat respons bauran kebijakan yang perlu ditempuh. Stance ya hawkish (cenderung ketat/naik), kan memperkuat," sebutnya kala itu. 

Namun, pelaku pasar menilai BI belum akan mengeksekusi kenaikan suku bunga pada bulan ini. Pasalnya, kenaikan suku bunga 100 basis poin pada tahun ini dikebut dalam waktu yang singkat. Perlu sedikit jeda sebelum kenaikan suku bunga berikutnya. 

"Kami memperkirakan BI menaikkan lagi suku bunga acuan sebesar 50 basis poin sampai akhir tahun, meski pekan ini sepertinya masih ditahan," sebut Radhika Rao, Ekonom DBS. 

Kenaikan suku bunga lebih lanjut, tambah Rao, memang tidak terhindarkan. Saat ini satu-satunya harapan untuk menopang nilai tukar rupiah adalah aliran modal portofolio di sektor keuangan alias hot money. Ekspor masih sulit diharapkan karena aura perang dagang yang semakin terasa dan penurunan harga minyak sawit mentah (CPO), komoditas ekspor andalan Indonesia. 

"BI perlu menaikkan suku bunga untuk menjaga rupiah dari volatilitas eksternal. Sebab, modal portofolio sangat dibutuhkan untuk menutup lubang di transaksi berjalan (current account)," demikian Rao. 

Sementara suara dari kubu yang memperkirakan kenaikan, ada Moody's Analytics. Lembaga ini meramal BI akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,5%. Menurut Moody's, saat ini BI menjadi salah satu bank sentral yang paling agresif karena derasnya aliran modal keluar (capital outflows). 

Di pasar saham, investor asing sudah membukukan jual bersih Rp 50,73 triliun sejak awal tahun. Sementara di obligasi negara, kepemilikan asing berkurang Rp 4,46 triliun dalam periode yang sama. 

Moody's menilai BI sudah cukup banyak melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi negara untuk meredakan tekanan terhadap rupiah. Namun rupiah masih saja cenderung melemah. Sejak awal tahun, rupiah melemah 5,6% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

"Rupiah mencapai titik terlemahnya sejak Oktober 2015, meski bank sentral sudah cukup agresif di pasar," sebut riset Moody's. Oleh karena itu, Moody's sampai pada kesimpulan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut sudah tidak bisa ditunda lagi.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular