
Newsletter
IHSG di Antara Perang Dagang, Semenanjung Korea, dan Kode BI
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 May 2018 06:03

Untuk perdagangan hari ini, koreksi Wall Street akhir pekan lalu bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Biasanya perkembangan di Wall Street akan memberi warna kepada bursa saham Asia, tidak terkecuali Indonesia.
Perkembangan perang dagang juga bisa menjadi sentimen negatif. AS yang bersiap memproteksi industri otomotifnya bisa membuat negara produsen seperti Jepang atau Korea Selatan terkena dampak. Bisa saja bursa Asia tertekan karena isu ini, dan ada kemungkinan menulari IHSG.
Namun ada secercah harapan kala muncul kabar bahwa AS berencana aka segera menghapus sanksi untuk ZTE. Mengutip Reuters, Presiden Trump bersedia menghapus sanksi bagi ZTE dengan sejumlah syarat. Dengan begitu, nantinya ZTE akan kembali bisa menjual produknya ke AS setelah sempat dilarang akibat pengiriman ilegal ke Iran dan Korea Utara.
"Saya telah membuka kembali (izin untuk ZTE) dengan jaminan keamanan yang ketat, perubahan manajemen dan dewan direksi, harus membeli komponen dari AS, serta membayar denda US$ 1,3 miliar," tegas Trump.
Pengampunan bagi ZTE bisa menjadi pintu masuk bagi negosiasi perdagangan yang lebih luas. Hal ini menandakan masih ada harapan perang dagang bisa berakhir, dan tentunya menjadi kabar gembira bagi bursa saham dunia, termasuk IHSG.
Namun, harga minyak bisa menjadi kabar kurang sedap bagi IHSG. Sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis light weet anjlok 4,9% sementara brent turun 2,7%. Hari ini bukan tidak mungkin harga si emas hitam kembali terkoreksi.
Pasalnya, Arab Saudi dan Rusia tengah membahas kemungkinan untuk mengurangi porsi pemangkasan produksi yang sudah berjalan sejak tahun lalu. Tujuannya adalah untuk mengompensasi jatuhnya produksi di Venezuela serta potensi distrupsi ekspor minyak dari Iran.
Venezuela tengah menghadapi krisis ekonomi-sosial-politik yang terbukti telah berdampak kepada produksi minyak. Selain itu, Caracas juga berada di ambang pengenaan sanksi ekonomi setelah kembali terpilihnya Presiden Nicolas Maduro untuk masa jabatan 6 tahun ke depan. Maduro memang dianggap ancaman oleh negara-negara barat.
Seperti halnya Venezuela, Iran juga kemungkinan akan dikenai sanksi oleh AS atas tuduhan pengayaan uranium. Ini karena AS di bawah pimpinan presiden Donald Trump menyatakan keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran yang dibuat pada masa pemerintahan Barack Obama 3 tahun silam.
Pengurangan pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia berarti pasokan minyak dunia akan bertambah. Kenaikan pasokan tentu menyebabkan harga turun.
Biasanya penurunan harga minyak bisa berdampak negatif terhadap IHSG. Emiten migas dan pertambangan menjadi kurang mendapat apresiasi kala harga minyak turun.
Selain itu, penguatan IHSG yang mencapai 3,33% sepanjang pekan lalu bisa menggoda investor untuk melakukan ambil untung. Meski secara year-to-date (YtD) IHSG masih terkoreksi 5,98%, tetapi keuntungan 3,33% bisa jadi sudah cukup bagi investor untuk dicairkan. Aksi borong pekan lalu bisa berubah jadi aksi jual, yang tentu akan menekan IHSG.
Sedangkan sentimen positif bagi IHSG bisa datang dari pengumuman BI yang secara mengejutkan akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei mendatang. RDG ini tidak menggantikan jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
"BI memutuskan untuk mengadakan RDG Bulanan tambahan pada Rabu, 30 Mei 2018. RDG Bulanan tambahan ini tidak menggantikan RDG Bulanan reguler yang tetap akan diselenggarakan sesuai jadwal. RDG Bulanan tambahan ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan," demikian pengumuman BI, akhir pekan lalu.
Pengumuman ini membuka peluang bahwa BI siap mengambil langkah tegas lanjutan untuk menyelamatkan rupiah. Meski pekan lalu terapresiasi, tetapi secara YtD rupiah masih anjlok 4% di hadapan dolar AS.
BI sudah menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate pada 17 Mei lalu. Namun kenaikan 25 basis poin menjadi 4,5% itu kurang manjur untuk meredam pelemahan rupiah.
Oleh karena itu, pelaku pasar pun menerka-nerka kemungkinan kenaikan lanjutan pada RDG insidentil pekan ini. Apalagi Perry sudah memberikan kode mengenai hal tersebut.
"Ruang untuk menaikkan pada RDG yang terjadwal Juni itu terbuka lebar. Tapi saya tidak ingin katakan itu sebagai rapat yang emergency. Fokus saya adalah segera dapat melakukan stabilisasi rupiah," kata Perry, akhir pekan lalu.
Kabar kemungkinan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut ini bisa berdampak positif bagi IHSG. Indonesia akan lebih bisa bersaing di kancah perebutan modal global, karena menawarkan suku bunga yang semakin menarik. Aliran modal portofolio ini bisa masuk ke pasar saham dan memperkuat IHSG.
Sementara dari luar negeri, ada perkembangan baru yang bisa menjadi harapan perdamaian di Semenanjung Korea. AS sedang mempertimbangkan untuk tetap mengadakan pertemuan dengan Korea Utara.
"Kami sedang melakukan pembicaraan yang produktif untuk mengadakan kembali pertemuan (dengan Korea Utara). Bila terwujud, maka kemungkinan masih diadakan di Singapura pada tanggal yang sama, 12 Juni, dan jika perlu diperpanjang melampaui tanggal tersebut," cuit Trump di akun Twitter @realDonaldTrump.
Delegasi AS telah bertolak menuju Pyongyang dan sepertinya membuahkan hasil positif. Trump pun semakin yakin bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan bersedia menemuinya di Singapura nanti.
"Tim kami sudah tiiba di Korea Utara untuk mengatur pertemuan antara Kim Joung Un dan saya. Saya sungguh percaya bahwa Korea Utara punya potensi luar biasa dan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi dan keuangan yang besar. Kim Jong Un sepakat dengan saya mengenai hal ini. Ini akan terjadi!" cuit Trump.
Perkembangan ini membuat harapan perdamaian di Semenanjung Korea kembali terbuka. Bila tidak ada pembatalan lagi, maka sentimen perdamaian ini akan menjadi dorongan luar biasa bagi bursa Asia, yang diharapkan bisa ikut dirasakan oleh IHSG.
(aji/aji)
Perkembangan perang dagang juga bisa menjadi sentimen negatif. AS yang bersiap memproteksi industri otomotifnya bisa membuat negara produsen seperti Jepang atau Korea Selatan terkena dampak. Bisa saja bursa Asia tertekan karena isu ini, dan ada kemungkinan menulari IHSG.
Namun ada secercah harapan kala muncul kabar bahwa AS berencana aka segera menghapus sanksi untuk ZTE. Mengutip Reuters, Presiden Trump bersedia menghapus sanksi bagi ZTE dengan sejumlah syarat. Dengan begitu, nantinya ZTE akan kembali bisa menjual produknya ke AS setelah sempat dilarang akibat pengiriman ilegal ke Iran dan Korea Utara.
"Saya telah membuka kembali (izin untuk ZTE) dengan jaminan keamanan yang ketat, perubahan manajemen dan dewan direksi, harus membeli komponen dari AS, serta membayar denda US$ 1,3 miliar," tegas Trump.
Pengampunan bagi ZTE bisa menjadi pintu masuk bagi negosiasi perdagangan yang lebih luas. Hal ini menandakan masih ada harapan perang dagang bisa berakhir, dan tentunya menjadi kabar gembira bagi bursa saham dunia, termasuk IHSG.
Namun, harga minyak bisa menjadi kabar kurang sedap bagi IHSG. Sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis light weet anjlok 4,9% sementara brent turun 2,7%. Hari ini bukan tidak mungkin harga si emas hitam kembali terkoreksi.
Pasalnya, Arab Saudi dan Rusia tengah membahas kemungkinan untuk mengurangi porsi pemangkasan produksi yang sudah berjalan sejak tahun lalu. Tujuannya adalah untuk mengompensasi jatuhnya produksi di Venezuela serta potensi distrupsi ekspor minyak dari Iran.
Venezuela tengah menghadapi krisis ekonomi-sosial-politik yang terbukti telah berdampak kepada produksi minyak. Selain itu, Caracas juga berada di ambang pengenaan sanksi ekonomi setelah kembali terpilihnya Presiden Nicolas Maduro untuk masa jabatan 6 tahun ke depan. Maduro memang dianggap ancaman oleh negara-negara barat.
Seperti halnya Venezuela, Iran juga kemungkinan akan dikenai sanksi oleh AS atas tuduhan pengayaan uranium. Ini karena AS di bawah pimpinan presiden Donald Trump menyatakan keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran yang dibuat pada masa pemerintahan Barack Obama 3 tahun silam.
Pengurangan pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia berarti pasokan minyak dunia akan bertambah. Kenaikan pasokan tentu menyebabkan harga turun.
Biasanya penurunan harga minyak bisa berdampak negatif terhadap IHSG. Emiten migas dan pertambangan menjadi kurang mendapat apresiasi kala harga minyak turun.
Selain itu, penguatan IHSG yang mencapai 3,33% sepanjang pekan lalu bisa menggoda investor untuk melakukan ambil untung. Meski secara year-to-date (YtD) IHSG masih terkoreksi 5,98%, tetapi keuntungan 3,33% bisa jadi sudah cukup bagi investor untuk dicairkan. Aksi borong pekan lalu bisa berubah jadi aksi jual, yang tentu akan menekan IHSG.
Sedangkan sentimen positif bagi IHSG bisa datang dari pengumuman BI yang secara mengejutkan akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei mendatang. RDG ini tidak menggantikan jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya.
"BI memutuskan untuk mengadakan RDG Bulanan tambahan pada Rabu, 30 Mei 2018. RDG Bulanan tambahan ini tidak menggantikan RDG Bulanan reguler yang tetap akan diselenggarakan sesuai jadwal. RDG Bulanan tambahan ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter terkini serta prospek ke depan," demikian pengumuman BI, akhir pekan lalu.
Pengumuman ini membuka peluang bahwa BI siap mengambil langkah tegas lanjutan untuk menyelamatkan rupiah. Meski pekan lalu terapresiasi, tetapi secara YtD rupiah masih anjlok 4% di hadapan dolar AS.
BI sudah menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate pada 17 Mei lalu. Namun kenaikan 25 basis poin menjadi 4,5% itu kurang manjur untuk meredam pelemahan rupiah.
Oleh karena itu, pelaku pasar pun menerka-nerka kemungkinan kenaikan lanjutan pada RDG insidentil pekan ini. Apalagi Perry sudah memberikan kode mengenai hal tersebut.
"Ruang untuk menaikkan pada RDG yang terjadwal Juni itu terbuka lebar. Tapi saya tidak ingin katakan itu sebagai rapat yang emergency. Fokus saya adalah segera dapat melakukan stabilisasi rupiah," kata Perry, akhir pekan lalu.
Kabar kemungkinan kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut ini bisa berdampak positif bagi IHSG. Indonesia akan lebih bisa bersaing di kancah perebutan modal global, karena menawarkan suku bunga yang semakin menarik. Aliran modal portofolio ini bisa masuk ke pasar saham dan memperkuat IHSG.
Sementara dari luar negeri, ada perkembangan baru yang bisa menjadi harapan perdamaian di Semenanjung Korea. AS sedang mempertimbangkan untuk tetap mengadakan pertemuan dengan Korea Utara.
"Kami sedang melakukan pembicaraan yang produktif untuk mengadakan kembali pertemuan (dengan Korea Utara). Bila terwujud, maka kemungkinan masih diadakan di Singapura pada tanggal yang sama, 12 Juni, dan jika perlu diperpanjang melampaui tanggal tersebut," cuit Trump di akun Twitter @realDonaldTrump.
Delegasi AS telah bertolak menuju Pyongyang dan sepertinya membuahkan hasil positif. Trump pun semakin yakin bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan bersedia menemuinya di Singapura nanti.
"Tim kami sudah tiiba di Korea Utara untuk mengatur pertemuan antara Kim Joung Un dan saya. Saya sungguh percaya bahwa Korea Utara punya potensi luar biasa dan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi dan keuangan yang besar. Kim Jong Un sepakat dengan saya mengenai hal ini. Ini akan terjadi!" cuit Trump.
Perkembangan ini membuat harapan perdamaian di Semenanjung Korea kembali terbuka. Bila tidak ada pembatalan lagi, maka sentimen perdamaian ini akan menjadi dorongan luar biasa bagi bursa Asia, yang diharapkan bisa ikut dirasakan oleh IHSG.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular