Newsletter

Korea Membara

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 May 2018 05:56
Bara Korea Bikin Wall Street Merana
Foto: REUTERS/KCNA handout via Reuters/File Photo & REUTERS/Lucas Jackson/File Photo
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir di zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,3%, S&P 500 melemah 0,2%, dan Nasdaq terkoreksi 0,02%. 

Sentimen negatif di Wall Street datang dari Presiden AS Donald Trump yang membatalkan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Hal tersebut terungkap dalam surat dari Trump kepada Kim. 

"Amat disayangkan, berdasarkan kemarahan dan tindakan keras Anda, saya merasa bahwa saat ini belum pantas untuk mengadakan pertemuan yang sudah kita bahas sebelumnya. Dengan surat ini, kami memohon pengertian bahwa pertemuan di Singapura tidak akan dilakukan," tulis Trump dalam surat itu. 

Sedianya pertemuan bersejarah AS-Korea Utara akan dilakukan di Singapura pada 12 Juni mendatang. Namun Trump menegaskan hal itu sudah tidak relevan. 

"Jika Anda berubah pikiran dan ingin mengadakan pertemuan, tidak perlu ragu menghubungi atau menulis surat kepada saya. Dunia, khususnya Korea Utara, telah kehilangan kesempatan besar untuk menuju perdamaian dan kemakmuran. Kesempatan yang terlepas ini menjadi saat yang memprihatinkan dalam sejarah," tutup Trump dalam suratnya. 

Trump sepertinya kecewa dengan sikap Pyongyang yang emosional menanggapi latihan militer gabungan AS-Korea Selatan beberapa waktu lalu. Bahkan Korea Utara menyatakan siap untuk melakukan perang nuklir jika dibutuhkan, dan menyebut Wakil Presiden AS Mike Pence sebagai orang bodoh. 

Sebelumnya, Pence menyebut bahwa Korea Utara bisa bernasib sama seperti Libya jika Kim tidak setuju untuk berdialog. Choe Son Hui, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara, tidak terima negaranya disamakan dengan Libya.  

Menurut Choe, program nuklir Libya baru pada tahap awal saat dunia mendesak mereka untuk menghentikannya. Sementara Korea Utara sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun mengembangkan senjata nuklir. 

"Sebagai seseorang yang terlibat dalam diplomasi, saya tidak bisa menahan rasa terkejut. Begitu bodoh komentar yang keluar dari mulut seorang wakil presiden AS," tegas Choe. 

Dengan perkembangan ini, maka situasi di Semenanjung Korea kembali panas. Bahkan AS sudah siap melancarkan operasi militer jika Korea Utara sampai 'bentindak gegabah'. 

Trump sudah berbicara dengan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis untuk bersiaga jika situasi semakin tidak terkendali. AS juga mengklaim sudah mendapat dukungan dari Jepang dan Korea Selatan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

"Kami sudah siap, lebih dari yang sebelumnya," ujar Trump. 

Perkembangan ini membuat investor cemas. Tensi yang meninggi di Semenanjung Korea bisa berujung ke konflik bersenjata kapan saja. Satu risiko besar yang awalnya diharapkan sirna, kini muncul lagi dan bahkan semakin membara. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular