Newsletter

Celetukan Trump Bikin Pasar Gugup

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2018 05:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Edward Ricardo

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mewaspadai koreksi Wall Street. Biasanya performa Wall Street akan memberi warna kepada bursa Asia, termasuk Indonesia.

Pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan pembicaraan dagang AS-China. Dikhawatirkan komentar Trump yang kurang puas dengan perkembangan negosiasi bisa memantik emosi pihak China. Jika situasi kembali memanas, maka ‘gencatan senjata’ dalam perang dagang akan selesai dan kedua negara kembali saling serang dengan menaikkan tarif bea masuk.

Perang dagang adalah salah satu risiko besar yang dipantau oleh investor. Oleh karena itu, arah negosiasi yang sedang kurang bagus bisa menjadi pemberat bagi penguatan bursa saham Asia, yang bisa saja menular sampai ke Indonesia.

Perkembangan kurang enak di seputar rencana pertemuan AS-Korea Utara juga bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Apalagi kemudian isu ini juga menyeret nama China. Trump menduga sikap Kim Jong Un yang kembali keras kepada AS terjadi setelah Sang Pemimpin Tercinta bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.

“Presiden Xi adalah pemain poker kelas dunia,” ujar Trump dengan nada menyindir.

Bukan tidak mungkin Beijing juga akan panas mendengar celetukan Trump tersebut. Apabila China kemudian ikut campur dengan nada emosi, maka situasi bisa dipastikan semakin runyam. Pertaruhannya adalah perdamaian di Semenanjung Korea.

Sementara dari dalam negeri, belum ada sentimen atau rilis data yang bisa menggerakkan pasar. Namun masih patut dicermati bagaimana respons pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%.

Meski kenaikan ini sudah dieksekusi Kamis pekan lalu, tetapi dampaknya sangat minim (bila tidak mau dibilang hampir nihil). Suku bunga acuan selalu tidak mampu memberi warna dominan di pasar, selalu tertutup oleh sentimen eksternal.

Bahkan ada anggapan bahwa pasar agak merespons negatif kenaikan suku bunga acuan. Pasalnya, kebijakan ini ditempuh di tengah perekonomian Indonesia yang sebenarnya masih membutuhkan dukungan suku bunga.

Dalam kondisi suku bunga acuan yang lebih rendah seperti kemarin saja, pertumbuhan kredit baru di kisaran 8%. Jika suku bunga kredit naik akibat kenaikan suku bunga acuan, maka konsumen dan pelaku usaha akan berpikir ribuan kali sebelum mengajukan pinjaman ke bank. Akibatnya, profitabilitas bank dipertaruhkan.

Bisa jadi persepsi itu yang mendorong aksi jual investor asing terhadap saham-saham perbankan pada perdagangan kemarin. BBRI dilepas Rp 186,4 miliar, BMRI Rp 66,8 miliar, dan BBNI Rp 55,1 miliar.

Faktor domestik yang bisa diharapkan menjadi penyokong penguatan IHSG adalah harga aset yang sepertinya sudah murah. Sejak awal tahun, IHSG sudah anjlok 9,51% sehingga membuat harga aset semakin terjangkau dan siap diborong. Bila aksi borong terjadi, maka ada harapan IHSG bergerak ke zona hijau.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular