Polling CNBC Indonesia

Dolar AS Tembus Rp 14.100, Perlukah BI Naikkan Bunga?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 May 2018 12:21
Dolar AS Tembus Rp 14.100, Perlukah BI Naikkan Bunga?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Suara pelaku pasar terpecah dalam menyikapi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate. Sebagian besar memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan, tetapi ada pula suara yang memprediksi suku bunga acuan akan dinaikkan. 

BI memulai Rapat Dewan Gubernur edisi Mei 2018 hari ini. Suku bunga acuan rencananya akan diumumkan esok hari. Dari 11 ekonom yang terlibat dalam penyusunan konsensus pasar, tujuh di antaranya memperkirakan BI masih akan bertahan dengan suku bunga acuan 4,25%.

Sementara empat lainnya meramalkan ada kenaikan 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%. Namun median dari data yang terkumpul adalah suku bunga acuan tetap di 4,25%.
 
InstitusiBI 7 Days Reverse Repo Rate (%)
ING4.25
ANZ4.25
Danareksa4.25
CIMB Niaga4.25
Moody's4.25
Maybank4.5
Standard Chartered4.5
BCA4.5
Mirae Asset4.25
Bank Permata4.25
Bank Danamon4.5
MEDIAN4.25
 
"Kami memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan. Kondisi makroekonomi masih relatif stabil, terlihat dari inflasi yang masih terkendali," kata Euginia Fabon Victorino, analis ANZ. 

Selain itu, lanjut Victorino, pertumbuhan ekonomi masih membutuhkan sokongan suku bunga. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 yang masih lesu, yaitu di 5,06%. Jauh di bawah konsensus pasar yang mencapai 5,18%. 

Apalagi, tambah Victorino, bisa dibilang pertumbuhan ekonomi kini bertumpu pada investasi karena konsumsi masih relatif stagnan dan net ekspor terancam karena impor yang melaju kencang. Pada kuartal I-2018, Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) 7,95%. Jauh membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 4,77%. 

Investasi yang kini menjadi motor pertumbuhan ekonomi tentu membutuhkan iklim yang kondusif. Salah satunya adalah suku bunga, yang jika naik maka justru kontrapduktif. 

Sementara Moody's Analytics dalam risetnya juga memperkirakan BI 7 days reverse repo rate masih bertahan di 4,25%. Moody's beranggapan konsumsi juga masih membutuhkan dukungan suku bunga. 

"Masalahnya adalah konsumsi masih tumbuh medioker, di bawah 5%. Jika BI menaikkan suku bunga, maka dampaknya adalah konsumsi akan semakin tertekan," tegas Moody's. 

Namun, Moody's juga melihat kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuan cukup besar. Meski langkah tersebut diperkirakan baru ditempuh pada kuartal III atau awal kuartal IV. 

Apabila BI benar menaikkan suku bunga acuan, Moodys menilai konsumsi akan sulit tumbuh tinggi. Dengan begitu, target pertumbuhan ekonomi 5,4% yang ditetapkan pemerintah hampir mustahil tercapai. 
 

Juniman, Ekonom Maybank, adalah yang memperkirakan kenaikan suku bunga bulan ini. Menurutnya, situasi global sangat menantang sehingga bisa berdampak negatif terhadap perekonomian domestik. Oleh karena itu, BI dipandang perlu membatasi agar risiko tidak melebar (containing risk) dengan cara menaikkan suku bunga acuan. 

"Ada potensi tantangan perekonomian global masih besar, dan berpotensi mendistrupsi kinerja domestik. BI tentu ingin agar stabilitas makroekonomi terjaga," sebut Juniman.

Tantangan dari sisi global, lanjut Juniman, utamanya adalah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang semakin nyata. Angka pengangguran AS periode April 2018 tercatat 3,9%, terendah dalam 18 tahun terakhir. Sementara laju inflasi yang diukur dari core personal consumption expenditure sudah mencapai 1,9%, sudah mendekati target The Federal Reserve/The Fed yaitu 2%. 

"Oleh karena itu, kami perkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan depan," ujar Juniman. 

Kenaikan suku bunga acuan di AS membuat mata uang Negeri Paman Sam menguat. Akibatnya, rupiah pun tertekan dan hari ini sudah menembus level Rp 14.100/US$, terlemah sejak 2015.

Depresiasi rupiah menjadi risiko besar bagi perekonomian domestik. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga acuan diperlukan agar risiko tidak semakin menyebar. 

Jadi, bagaimana BI?

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular