Newsletter

Bisakah Banteng Wulung Menyeruduk ke Zona Hijau?

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 May 2018 05:50
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mewaspadai kinerja Wall Street yang kurang ciamik. Biasanya pergerakan Wall Street akan memberi warna kepada bursa saham Asia, termasuk Indonesia.

Kemudian, pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan dialog perdagangan AS-China di Beijing yang masih berlanjut. Meski diperkirakan belum ada keputusan penting dalam pertemuan awal ini, tetapi berbagai kesepakatan dan komentar yang muncul tetap perlu disimak, karena bisa menentukan arah perdagangan global.

Jika AS masih kukuh pada pendiriannya dengan penerapan kebijakan yang cenderung proteksionistik, maka sulit untuk mencari solusi. Demikian pula apabila China tetap ogah menurunkan defisit perdagangannya. Oleh karena itu, perlu dicari jalan yang bisa menampung seluruh kepentingan, demi kebaikan dunia.

Harga minyak juga perlu mendapat perhatian, karena sering mempengaruhi IHSG. Saat ini harga si emas hitam bergerak naik didorong oleh kepatuhan para anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam memangkas produksi ditambah kekhawatiran pengenaan sanksi ekonomi kepada Iran.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan produksi minyak dunia pada April adalah 32 juta barel/hari. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 32,5 juta barel/hari. OPEC memang menerapkan kebijakan pemangkasan produksi hingga akhir 2018 untuk mencegah anjloknya harga minyak.

Sementara Teheran berkeras menolak perubahan atas perjanjian program nuklir yang dibuat dengan AS dan negara-negara barat pada 2015. “Iran tidak akan melakukan renegosiasi atas apa yang sudah disepakati dan dijalankan bertahun-tahun ini,” tegas Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, seperti dikutip dari Reuters.

Bahkan bila AS cs tetap ingin mengubah kesepakatan yang dibuat pada masa Presiden Barack Obama tersebut, maka Iran justru akan keluar. “Bila AS dan sekutunya mencoba merevisi perjanjian, maka salah satu opsi kami adalah keluar dari perjanjian itu,” kata Ali Akbar Velayati, Penasihat Senior Pemimpin Tertinggi Iran.

Trump berencana akan menentukan langkah selanjutnya pada 12 Mei mendatang. Eks taipan properti ini kerap kali mengatakan isi kesepakatan dengan Iran banyak mengandung kesalahan fatal, seperti dalam hal pengembangan program nuklir selepas 2025 atau keterlibatan Negeri Persia dalam konflik Timur Tengah. Oleh karena itu, Trump meminta harus ada perubahan mendasar atau AS akan menarik diri dari kesepakatan.

Jika kesepakatan ini gugur, maka kemungkinan besar Iran akan kembali mendapatkan sanksi embargo ekonomi atas tuduhan pengayaan uranium. Sanksi ekonomi tentu akan mempengaruhi produksi dan ekspor minyak Iran. Akibatnya, pasokan minyak dunia akan berkurang dan harga pun terkerek ke atas.

Kenaikan harga minyak merupakan sentimen positif bagi IHSG. Emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi investor kala harga minyak naik.

Lalu, perkembangan nilai tukar rupiah juga perlu mendapat sorotan. Dalam beberapa hari terakhir, tekanan terhadap rupiah menjadi beban berat bagi pasar saham.

Setelah beberapa waktu menguat tajam, kini dolar AS mulai jinak. Dollar Index, yang mengukur posisi dollar AS terhadap enam mata uang utama dunia, pagi ini turun 0,08%

Pelaku pasar sudah mulai move on dari hasil pertemuan The Fed, yang menjadi bahan bakar penguatan greenback. Kini, investor tengah memasang mode defensif sambil menanti rilis data angka pengangguran AS. Sikap hati-hati ini membuat tren bullish dolar AS terhenti.

Meredanya kekuatan dolar AS membuat rupiah berpeluang untuk kembali menguat. Selain itu, komitmen Bank Indonesia (BI) untuk selalu setia mengawal rupiah juga tidak bisa diragukan. Walau taruhannya adalah penurunan cadangan devisa, yang mungkin cukup besar.

Potensi penguatan IHSG juga bisa hadir dari koreksi yang terjadi beberapa waktu terakhir, yang membuat harga aset menjadi lebih terjangkau. Sejak awal tahun, IHSG sudah minus 7,82% sehingga kini harga saham menjadi murah dan siap untuk diborong. Aksi borong diharapkan bisa menjadi penopang penguatan IHSG.

Dengan dolar AS yang mulai jinak, harga minyak yang naik, sampai harga aset yang terjangkau membuat IHSG punya modal kuat untuk membalas koreksi yang terjadi. Namun jangan lupa bahwa koreksi Wall Street biasanya membawa aura negatif ke bursa saham domestik.

Apakah sang banteng wulung bisa menyeruduk ke zona hijau? Menarik untuk dinanti.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular