
Bisakah Banteng Wulung Menyeruduk ke Zona Hijau?

Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif tetapi dalam rentang tipis. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,02%, S&P 500 terkoreksi 0,23%dan Nasdaq berkurang 0,18%.
Investor di bursa saham New York bergerak hati-hati karena kinerja emiten hari ini kurang memuaskan. Ditambah lagi pelaku pasar tengah menanti rilis data angka pengangguran yang akan keluar pada Jumat waktu setempat.
Saham Tesla anjlok 5,5% setelah sang CEO Elon Musk memotong pertanyaan para analis dalam earnings call. Pelaku pasar sepertinya memberi hukuman kepada saham Tesla atas sikap Musk yang kurang simpatik tersebut.
“Pertanyaan-pertanyaan ini begitu kering. Ini membunuh saya,” ujar Musk kala ditanya seputar kinerja mobil Tesla 3. Analis lainnya bertanya tentang kebutuhan modal Tesla ke depan, yang juga dipotong oleh pria berjuluk The Real Tony Stark itu.
Kemudian, data-data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan. Defisit neraca perdagangan AS turun dari Februari yang sebesar US$ 57,7 miliar menjadi US$ 49 miliar pada Maret. Sedangkan defisit perdagangan dengan China pun turun 11,6% ke US$ 25,9 miliar, yang mungkin bisa sedikit meredakan tegangnya hubungan dagang kedua negara.
Kondisi ketenagakerjaan AS pun semakin solid. Penerima tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 21 April turun 77.000 menjadi 1,76 juta. Ini merupakan titik terendah sejak 1973.
Penciptaan lapangan kerja pun semakin bertambah. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan perekonomian AS menciptakan 192.000 lapangan kerja pada April, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 103.000.
Namun, sekarang kabar baik bisa menjadi kabar buruk di Wall Street. Positifnya data-data ekonomi AS justru kerap direspons negatif oleh pelaku pasar.
Pasalnya, di setiap kabar baik itu terselip kekhawatiran perekonomian AS bergerak terlalu cepat (overheating). Jika ekonomi bergerak cepat, maka hasilnya adalah inflasi. Ketika inflasi melaju kencang, maka obatnya adalah kenaikan suku bunga acuan yang bila perlu secara agresif.
Inilah yang kemudian menjadi kekhawatiran pelaku pasar, terutama investor saham. Sebab, saham adalah instrumen yang optimal dalam lingkungan suku bunga rendah. Kenaikan suku bunga akan menjadi pukulan bagi pasar saham.
Faktor-faktor tersebut membuat investor bergerak dengan sangat hati-hati. Perhatian investor selanjutnya akan tertuju ke rilis data angka pengangguran. Pada Maret, angka pengangguran AS adalah 4,1%. Jika angka ini turun, maka lagi-lagi kabar baik malah akan menjadi kabar buruk.
