Newsletter

Lagu Perang Dagang Kembali Berkumandang

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 May 2018 06:01
Wall Street Tertekan Isu Perang Dagang
Foto: REUTERS/Stephen Yang
Dari Wall Street, tiga indeks utama mengalami koreksi meski relatif terbatas. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,72%, S&P 500 turun 0,72%, dan Nasdaq berkurang 0,42%.

Sebenarnya Wall Street menguat pada sesi awal perdagangan, didukung oleh keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang menahan suku bunga acuan di 1,5-1,75%. Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar, sehingga mendapat respons positif. 

The Fed juga optimistis terhadap prospek perekonomian ke depan dengan laju inflasi yang moderat. Inflasi di Negeri Paman Sam diperkirakan berada di kisaran 2% hingga jangka menengah. 

Dalam hal ketenagakerjaan, The Fed juga cukup percaya diri. The Fed menyebutkan pertumbuhan jumlah pekerja cukup kuat secara rata-rata. 

Kesimpulannya, The Fed menyatakan perekonomian AS akan tumbuh dalam besaran yang moderat. Oleh karena itu, pelaku pasar bisa menghembuskan nafas lega karena untuk sementara sepertinya kenaikan suku bunga acuan masih sesuai dengan perkiraan, yaitu tiga kali. Dengan pertumbuhan ekonomi yang masih moderat (belum kencang), maka nampaknya pengetatan moneter ekstra belum terlalu dibutuhkan. 

Namun, sentimen positif dari pengumuman suku bunga acuan tergerus oleh Gedung Putih. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump berencana untuk melarang sejumlah perusahaan China untuk menjual perangkat telekomunikasi di Negeri Paman Sam. Kebijakan ini kemungkinan besar ditujukan untuk Huawei dan ZTE. 

Dasar dari pelarangan tersebut adalah soal keamanan nasional. Parlemen dan pemerintah AS sebelumnya mendesak agar perusahaan-perusahaan di sana tidak menjual produk Huawei atau ZTE karena bisa menjadi alat mata-mata.  

"Kami tidak bisa berkomentar mengenai individual perusahaan. Namun melindungi infrastruktur penting, termasuk produk yang terkait dengan infrastruktur itu, adalah hal mutlak dalam rangka melindungi keamanan nasional dan keselamatan publik AS," sebut Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, seperti dikutip Reuters. 

Jika kebijakan ini jadi diterapkan, maka lagu bernama perang dagang AS vs China akan kembali berkumandang. Ketika ancaman perang dagang semakin nyata, maka akan menjadi risiko besar bagi pasar keuangan global. 

Kini pasar tengah menantikan bagaimana perkembangan negosiasi perdagangan antara Washington dan Beijing. Delegasi dari AS akan mengunjungi China pada Kamis-Jumat waktu setempat untuk memulai negosiasi perdagangan. Sebelum ada kesepakatan yang substansial, sepertinya investor masih akan memasang mode defensif karena risiko perang dagang bisa muncul kapan saja. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular