Newsletter

Bara Suriah Sampai Godaan Ambil Untung Jadi Risiko IHSG

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 April 2018 05:42
Suriah dan Suku Bunga Hantui Pikiran Investor Wall Street
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Dari New York, reli bursa Wall Street harus berakhir. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,9%, S&P 500 melemah 0,55%, dan Nasdaq berkurang 0,36%. Ada dua penyebab utama koreksi di Wall Street.

Pertama adalah investor mulai mencemaskan perkembangan di Suriah. Beberapa waktu lalu, sebuah serangan senjata kimia terjadi di Suriah. Kecurigaan langsung mengarah kepada rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. 

Amerika Serikat (AS), sang polisi dunia, tentu tidak tinggal diam. Presiden AS Donald Trump menegaskan akan ada pembalasan yang keras terhadap serangan tersebut.

Hubungan AS dengan Rusia dan Iran, pendukung al-Assad, ikut memanas. Situasi ini bisa mengarah ke konflik militer baru. 

Dalam cuitannya di Twitter, bahkan Trump tak segan bicara meluncurkan misil ke Suriah. Mantan pembawa acara The Apprentice ini juga mengingatkan Rusia agar tidak berkongsi dengan rezim al-Assad. 

"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua misil yang diarahkan ke Suriah. Bersiaplah, Rusia. Mereka (misil) akan datang. Baru dan 'pintar'. Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang yang membunuh rakyatnya dengan gas dan menikmatinya!" tegas Trump. 

Pelaku pasar khawatir konflik bersenjata AS- Rusia benar-benar akan meletus. Bila ketegangan fisik terjadi, maka dampaknya akan sangat luas. 

Penyebab kedua adalah kekhawatiran soal suku bunga acuan. Pada Maret, laju inflasi AS tercatat 2,4% year-on-year (YoY). Terakselerasi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,2% YoY. Oleh karena itu, yang muncul di benak investor adalah kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif.

Ditambah lagi Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam risalah rapat atau minutes of meeting bulan lalu mulai mencium pertanda percepatan laju perekonomian Negeri Paman Sam. Kekhawatiran pun semakin menebal.

"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu. 

Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.  (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular