Newsletter

Bara Suriah Sampai Godaan Ambil Untung Jadi Risiko IHSG

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 April 2018 05:42
Bara Suriah Sampai Godaan Ambil Untung Jadi Risiko IHSG
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • IHSG menguat 0,56% pada perdagangan kemarin.
  • Bursa utama Asia mayoritas menguat.
  • Wall Street terkoreksi akibat kekhawatiran perkembangan di Suriah dan kenaikan suku bunga acuan. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada perdagangan kemarin. Untuk hari ini, waspadai potensi koreksi akibat pelemahan Wall Street sampai godaan ambil untung (profit taking). 

IHSG ditutup menguat 0,56% ke 6.360,93 poin pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi adalah Rp 7,88 triliun dengan volume sebanyak 9,27 miliar saham. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 431.690 kali. 

Secara sektoral, penguatan IHSG dipimpin oleh sektor jasa keuangan yang menguat sebesar 0,69% dan memberi kontribusi sebesar 12,7 poin dari total kenaikan IHSG. Kenaikan harga saham-saham bank yang masuk dalam kategori BUKU IV merupakan motor utama dari penguatan sektor jasa keuangan. BMRI menguat 2,22%, BBRI naik 1,96%, BNGA bertambah 1,26%, dan BBCA plus 0,11%. 

Selain sektor jasa keuangan, sektor industri dasar dan kimia juga menjadi penopang penguatan IHSG dengan penguatan 1.13%. Jika ditelisik lebih dalam, penguatan sektor tersebut didorong oleh kenaikan harga saham INTP yang mencapai 5,03%. 

Kondusifnya kondisi eksternal telah menumbuhkan kepercayaan diri investor untuk berburu di pasar saham dengan menyasar saham-saham emiten perbankan yang belum menunjukkan kenaikan yang signifikan sepanjang pekan ini. Investor juga nampak mengambil posisi sebagai antisipasi rilis laporan keuangan emiten perbankan yang tak lama lagi akan dimulai. 

IHSG bergerak senada dengan bursa saham regional yang juga ditutup di zona hijau. SSEC naik 0,56%, Hang Seng menguat 0,55%, Straits Times bertambah 0,39%, SETi plus 0,13%, dan KLCI tumbuh 0,48%. 

Sentimen eksternal memang sangat mendukung investor untuk melakukan aksi beli, yakni terkait dengan pidato Presiden China Xi Jinping di Boao Forum pada hari Selasa (10/4/2018). Xi mengungkapkan rencananya untuk semakin membuka perekonomian China kepada dunia. 

Guna mewujudkan hal tersebut, China berencana untuk menurunkan bea impor bagi mobil dan produk-produk lainnya secara signifikan. Lebih lanjut, China juga akan memberikan kepastian hukum terkait dengan kepemilikan kekayaan intelektual dari perusahaan asing yang berinvestasi di negaranya, serta memperbaiki iklim investasi bagi perusahaan asing. 

Presiden AS Donald Trump pun mengapresiasi pernyataan Xi. Melalui akun twitter @realDonaldTrup, eks taipan properti itu menyatakan gembira dengan perkembangan yang terjadi. 

"Sangat berterima kasih dengan pernyataan Presiden Xi mengenai tarif dan mobil. Juga mengenai penghormatan atas kekayaan intelektual dan transfer teknologi. Kita akan membuat kemajuan bersama!" cuit Trump.
Dari New York, reli bursa Wall Street harus berakhir. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,9%, S&P 500 melemah 0,55%, dan Nasdaq berkurang 0,36%. Ada dua penyebab utama koreksi di Wall Street.

Pertama adalah investor mulai mencemaskan perkembangan di Suriah. Beberapa waktu lalu, sebuah serangan senjata kimia terjadi di Suriah. Kecurigaan langsung mengarah kepada rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. 

Amerika Serikat (AS), sang polisi dunia, tentu tidak tinggal diam. Presiden AS Donald Trump menegaskan akan ada pembalasan yang keras terhadap serangan tersebut.

Hubungan AS dengan Rusia dan Iran, pendukung al-Assad, ikut memanas. Situasi ini bisa mengarah ke konflik militer baru. 

Dalam cuitannya di Twitter, bahkan Trump tak segan bicara meluncurkan misil ke Suriah. Mantan pembawa acara The Apprentice ini juga mengingatkan Rusia agar tidak berkongsi dengan rezim al-Assad. 

"Rusia berjanji untuk menembak jatuh semua misil yang diarahkan ke Suriah. Bersiaplah, Rusia. Mereka (misil) akan datang. Baru dan 'pintar'. Anda seharusnya tidak bermitra dengan binatang yang membunuh rakyatnya dengan gas dan menikmatinya!" tegas Trump. 

Pelaku pasar khawatir konflik bersenjata AS- Rusia benar-benar akan meletus. Bila ketegangan fisik terjadi, maka dampaknya akan sangat luas. 

Penyebab kedua adalah kekhawatiran soal suku bunga acuan. Pada Maret, laju inflasi AS tercatat 2,4% year-on-year (YoY). Terakselerasi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,2% YoY. Oleh karena itu, yang muncul di benak investor adalah kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif.

Ditambah lagi Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam risalah rapat atau minutes of meeting bulan lalu mulai mencium pertanda percepatan laju perekonomian Negeri Paman Sam. Kekhawatiran pun semakin menebal.

"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu. 

Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.  Untuk perdagangan hari ini, koreksi Wall Street akan menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Biasanya pelemahan atau penguatan Wall Street akan memberi warna pada bursa Asia, termasuk Indonesia. 

Perkembangan perang dagang AS vs China juga masih perlu dicermati. Meski Presiden Xi memberi angin segar, tetapi saga perang dagang masih jauh dari selesai. 

Shrikant Bhat, Analis Citi, menilai pidato Xi memang merupakan perkembangan positif. Namun kecil kemungkinan dapat langsung menyelesaikan masalah. 

"Akan butuh waktu cukup lama sampai negosiasi dilangsungkan. Hal ini bukan merupakan perbaikan yang memakan waktu singkat, bahkan butuh 3-6 bulan hingga permasalahan perang dagang ini dapat diselesaikan," jelas Bhat kepada CNBC. 

Pembacaan bahwa The Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga juga akan menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan sepanjang tahun ini.  

Artinya, selisih (spread) suku bunga dengan AS akan semakin sempit dan berinvestasi di Negeri Adidaya menjadi menarik. Ini akan memicu arus modal keluar dan menekan IHSG. 

Kemudian, penguatan IHSG yang telah terjadi selama tiga hari beruntun berpotensi mengundang hasrat investor untuk melakukan ambil untung. Apalagi secara year-to-date (YtD) kini IHSG sudah berbalik positif, meski masih tipis di 0,08%. Tetap ada keuntungan yang menggoda untuk dicairkan. 

Perkembangan di Suriah juga bisa menjadi pemberat IHSG. Bila eskalasi memuncak sampai ke pertikaian bersenjata, maka akan membuat investor panik dan meninggalkan instrumen berisiko di negara-negara berkembang. 

Namun di sisi lain, memanasnya situasi di Suriah menyebabkan harga minyak naik dan itu menjadi sentimen positif bagi IHSG. Saham emiten migas dan pertambangan berpotensi naik kala harga si emas hitam bergerak ke atas. 

Saat ini, harga minyak masih melanjutkan kenaikannya walau tidak setinggi kemarin. Dinamika di Suriah bisa mendorong AS keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran, yang juga merupakan pendukung pemerintahan al-Assad. Artinya, sanksi terhadap Iran bisa kembali diterapkan sehingga memukul industri minyak di Negeri Persia. 

Meski demikian, masih ada risiko koreksi harga minyak karena pasokan dari AS yang berlimpah. US Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak AS naik 3,3 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April. Capaian itu jauh melampaui ekspektasi analis yang memprediksi penurunan sebesar 189.000 barel. 

Hal lain yang bisa membantu IHSG adalah aksi emiten. Hari ini sejumlah emiten diagendakan menggelar RUPS Tahunan. Kabar baik dari sana, misalnya dividen, diharapkan bisa mendorong gairah pelaku pasar. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • RUPS Tahunan ANTM (09:00 WIB).
  • RUPS Tahunan BOLT (10:00 WIB).
  • Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas perberasan (11:00 WIB).
  • Rilis data klaim pengangguran AS dalam sepekan hingga tanggal 6 April (19:30).
Berikut perkembangan sejumlah bursa utama:

Indeks

Close

% Change

% YTD

IHSG

6,360.93

0.56

0.08

LQ45

1,047.07

0.72

(2.99)

DJIA

24,189.45

(0.90)

(2.14)

CSI300

3,938.55

0.29

(2.29)

Hang Seng

30,897.71

0.55

3.27

Nikkei 225

21,687.10

(0.49)

(4.73)

Strait Times

3,479.76

0.39

2.26


Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,747(0.09)3.64
EUR/USD1.240.1316.00
GBP/USD1.420.0713.11
USD/CHF0.960.07(4.54)
USD/CAD1.26(0.21)(5.11)
USD/JPY106.79(0.38)(2.03)
AUD/USD0.77(0.01)3.17

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)66.651.9425.49
Minyak Brent (USD/barel)72.031.3928.98
Emas (USD/troy ons)1,353.101.025.21
CPO (MYR/ton)2,399.00(0.17)(13.71)
Batu bara (USD/ton)92.70(0.34)10.16
Tembaga (USD/pound)3.11(0.70)22.23
Nikel (USD/ton)13,651.501.9541.04
Timah (USD/ton)20,875.00(1.44)7.58
Karet (JPY/kg)174.90(0.63)(34.00)
Kakao (USD/ton)2,539.002.0131.22

Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:  

Tenor Yield (%)
 5Y5.98
10Y6.59
15Y6.84
20Y7.24
30Y7.48
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:  

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5.07%
Inflasi (Maret 2018 YoY)3.4%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1.7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11.6 miliar
Cadangan devisa (Maret 2018)US$ 126 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular