Newsletter

Saga Perang Dagang Belum Usai, Pantau Pidato Presiden China

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
10 April 2018 05:35
Berikut Sejumlah Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Untuk perdagangan hari ini, penguatan di Wall Street bisa menjadi sentimen positif bagi bursa Asia termasuk Indonesia. Optimisme Wall Street diharapkan bisa menular ke Benua Kuning. 

Harga minyak juga masih melanjutkan penguatannya dan berpotensi menjadi bensin untuk laju IHSG. Baik light sweet maupun brent naik sampai 2%. 

Selain karena isu perang dagang yang agak mereda, kenaikan harga minyak juga disebabkan perkembangan konflik di Suriah. Dalam cuitannya di Twitter kemarin, Trump secara tegas menyebut Presiden Suriah sebagai "binatang". Trump pun dan memperingatkan bahwa Suriah bersama sekutunya, Iran dan Russia, harus "membayar mahal" atas dukungannya kepada Pemerintah Suriah. 

Tak lama berselang dari cuitan Presiden AS tersebut, pangkalan udara Tiyas milik pemerintah Suriah dihantam oleh sejumlah peluru kendali. Rusia dan Suriah lantas menuding Israel sebagai pelaku serangan udara tersebut. Hingga saat ini, pihak Israel belum memberikan tanggapan. 

Pejabat resmi Negeri Paman Sam juga telah menyatakan tidak benar bahwa AS melancarkan serangan terhadap kubu-kubu militer pemerintah di Suriah. Namun demikian, dalam pertemuan kabinet kemarin, Trump menyatakan akan membuat "keputusan besar" terkait Suriah dalam waktu 24-48 jam, dan tidak menutup kemungkinan adanya aksi militer baru. 

Dari dalam negeri, rilis data penjualan eceran juga bisa menjadi snetimen positif bagi IHSG. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 1,5% secara year on year (YoY) pada Februari, jauh lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu terkontraksi atau minus 1,5% YoY.  

Peningkatan penjualan terutama terjadi pada sub-kelompok komoditas sandang yang naik 10,2% YoY. Sebagai tambahan, BI juga memperkirakan penjualan eceran akan terus meningkat Maret Bulan Maret 2018, dengan proyeksi IPR tumbuh sebesar 1,7% YoY. Data ini bisa menjadi sentimen positif bagi emiten-emiten barang konsumsi, manufaktur, sampai keuangan. 

Sementara faktor risiko yang bisa membuat IHSG tergelincir adalah perang dagang. Saat ini situasi boleh agak tenang, tetapi sekedar mengingatkan bahwa China masih agak panas dalam isu ini. 

Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan AS sepenuhnya bersalah atas friksi dagang yang terjadi saat ini. Geng bahkan menegaskan dalam kondisi sekarang tidak mungkin melakukan negosiasi. 

"Dalam situasi yang sekarang, kedua pihak semakin tidak bisa bernegosiasi. AS mengancam menerapkan sanksi, tetapi di saat yang sama mereka juga ingin berdialog. Saya tidak mengerti maksud mereka. Ini semua murni terjadi karena provokasi AS," tegas Geng, mengutip Reuters. 

Nada provokatif juga datang dari komentar Fan Gang, Direktur Institut Kajian Ekonomi Nasional yang juga anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral China (PBoC). Menurut Fan, sebaiknya China mulai mempertimbangkan untuk berinvestasi di aset lain di luar obligasi pemerintah AS. 

"Kami masih tergolong negara berpendapatan bawah, tetapi kami juga negara kaya sehingga perlu menggunakan modal dengan lebih baik. Daripada berinvestasi di surat utang AS, lebih baik menaruh dana di aset yang riil," tegas Fan, dikutip dari Reuters. 

Saat ini, China merupakan investor asing terbesar di pasar obligasi negara AS. Per Januari 2018, China memegang US$ 1,17 triliun obligasi AS dan berada di posisi pertama. Bila ancaman Fan benar-benar terwujud, maka pasar obligasi pemerintah AS (dan pasar keuangan global) akan runtuh karena ditinggal investor terbesarnya. 

Isu perang dagang masih bergulir dengan dinamis. Investor perlu memperhatikan berbagai perkembangan yang bisa menggerakkan pasar. Pidato presiden Xi hari ini bisa menjadi kunci pergerakan pasar. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular