
Newsletter
Kabar Gembira untuk Kita Semua: Perang Dagang Mereda
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 March 2018 08:25

Untuk perdagangan hari ini, ada harapan IHSG bisa memutus tren koreksi dan berbalik menguat. Sentimen positif penguatan Wall Street bisa menjadi bensin bagi laju bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Meredanya kekhawatiran perang dagang juga menjadi kabar gembira. AS dan China yang membuka dialog membuat pasar bisa tenang, karena setidaknya satu hal yang membuat ketakutan besar bisa diselesaikan. Investor bisa melanjutkan aktivitas perdagangan tanpa rasa cemas.
Perkembangan nilai tukar dolar AS juga kondusif bagi IHSG. Greenback sepertinya masih melanjutkan tren pelemahan yang terjadi sejak kemarin. Aksi jual di pasar saham yang mulai berkurang menandakan risk appetite investor sepertinya sudah kembali. Investor sudah sudah berani ‘bermain’ dengan aset yang berisiko dan berangsur-angsur meninggalkan instrumen safe haven, salah satunya dolar AS.
Selain itu, penguatan poundsterling yang signifikan membuat dolar AS sedikit defensif. Apresiasi sterling didorong oleh keyakinan pasar bahwa Bank Sentral Inggris (BoE) akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Mei mendatang.
Depresiasi dolar AS dapat dimanfaatkan oleh rupiah untuk melanjutkan penguatan. Ketika rupiah menguat, diharapkan membawa dampak positif kepada IHSG.
Kemudian, koreksi yang terus-menerus berlangsung dalam beberapa waktu terakhir membuat harga aset di pasar saham Indonesia menjadi semakin terjangkau. IHSG saja sudah terkoreksi 2,45% sejak awal tahun. Investor bisa memanfaatkan peluang ini dengan melakukan aksi borong yang dapat memperkuat IHSG.
Namun, tetap ada risiko yang bisa menghambat laju IHSG hari ini. Pertama adalah harga minyak yang mulai terkoreksi setelah pekan lalu melonjak tajam. Pelaku pasar mulai merealisasikan keuntungan sehingga menekan harga si emas hitam.
Penurunan harga minyak bisa membuat persepsi terhadap saham-saham migas dan pertambangan menurun. Padahal sektor ini kerap kali menjadi motor penggerak IHSG.
Lalu, meski terus terkoreksi tetapi IHSG masih memiliki valuasi yang cukup mahal. Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG masih berada di 17,47 kali. Bursa utama kawasan tidak memiliki P/E setinggi IHSG.
Misalnya P/E Straits Times hanya 11,34 kali, KLCI 16,79 kali, SETi 17,04 kali, Nikkei 225 14,98 kali, Hang Seng 12,57 kali, SSEC 14,18 kali, dan Kospi 12,1 kali. Tingginya P/E IHSG dibandingkan bursa saham regional membuat ruang koreksi masih ada. (ray/ray)
Meredanya kekhawatiran perang dagang juga menjadi kabar gembira. AS dan China yang membuka dialog membuat pasar bisa tenang, karena setidaknya satu hal yang membuat ketakutan besar bisa diselesaikan. Investor bisa melanjutkan aktivitas perdagangan tanpa rasa cemas.
Perkembangan nilai tukar dolar AS juga kondusif bagi IHSG. Greenback sepertinya masih melanjutkan tren pelemahan yang terjadi sejak kemarin. Aksi jual di pasar saham yang mulai berkurang menandakan risk appetite investor sepertinya sudah kembali. Investor sudah sudah berani ‘bermain’ dengan aset yang berisiko dan berangsur-angsur meninggalkan instrumen safe haven, salah satunya dolar AS.
Selain itu, penguatan poundsterling yang signifikan membuat dolar AS sedikit defensif. Apresiasi sterling didorong oleh keyakinan pasar bahwa Bank Sentral Inggris (BoE) akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Mei mendatang.
Depresiasi dolar AS dapat dimanfaatkan oleh rupiah untuk melanjutkan penguatan. Ketika rupiah menguat, diharapkan membawa dampak positif kepada IHSG.
Kemudian, koreksi yang terus-menerus berlangsung dalam beberapa waktu terakhir membuat harga aset di pasar saham Indonesia menjadi semakin terjangkau. IHSG saja sudah terkoreksi 2,45% sejak awal tahun. Investor bisa memanfaatkan peluang ini dengan melakukan aksi borong yang dapat memperkuat IHSG.
Namun, tetap ada risiko yang bisa menghambat laju IHSG hari ini. Pertama adalah harga minyak yang mulai terkoreksi setelah pekan lalu melonjak tajam. Pelaku pasar mulai merealisasikan keuntungan sehingga menekan harga si emas hitam.
Penurunan harga minyak bisa membuat persepsi terhadap saham-saham migas dan pertambangan menurun. Padahal sektor ini kerap kali menjadi motor penggerak IHSG.
Lalu, meski terus terkoreksi tetapi IHSG masih memiliki valuasi yang cukup mahal. Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG masih berada di 17,47 kali. Bursa utama kawasan tidak memiliki P/E setinggi IHSG.
Misalnya P/E Straits Times hanya 11,34 kali, KLCI 16,79 kali, SETi 17,04 kali, Nikkei 225 14,98 kali, Hang Seng 12,57 kali, SSEC 14,18 kali, dan Kospi 12,1 kali. Tingginya P/E IHSG dibandingkan bursa saham regional membuat ruang koreksi masih ada. (ray/ray)
Next Page
Cermati Peristiwa dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular