Newsletter

Tenang IHSG, Ini Hanya Ujian

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
20 March 2018 05:58
Tenang IHSG, Ini Hanya Ujian
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • IHSG masih melemah pada penutupan perdagangan kemarin.
  • Bursa utama Asia bergerak variatif.
  • Wall Street terkoreksi di atas 1%.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin. Sudah empat hari berturut-turut IHSG selalu ditutup negatif.

Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 0,24% ke 6.289,57. Sembilan sektor saham ditutup melemah, dipimpin oleh sektor aneka industri yang anjlok hingga 2,11%. Sementara satu sektor lainnya yaitu jasa keuangan berhasil ditutup naik 0,39%. 

Transaksi berlangsung sepi hanya Rp 7,45 triliun dengan volume sebanyak 10,32 miliar unit. Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 348.662 kali. Sebanyak 152 saham mencatatkan kenaikan harga, 195 saham melemah, sementara 225 lainnya stagnan. 

Di seluruh pasar, jual bersih investor asing mencapai Rp 1,1 triliun. ASII (Rp 316,52 miliar), BBCA (Rp 174,16 miliar), TLKM (Rp 143,24 miliar), HMSP (Rp 140,48 miliar), dan BMRI (Rp 118,73 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing. 

Pelemahan IHSG kemarin diwarnai oleh koreksi saham-saham big cap. Harga saham HMSP turun 2,06% lantaran belum ada tanda-tanda pemulihan penjualan. Survei penjualan ritel yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) periode Januari 2018 menunjukkan penurunan 1,8% secara year-on-year (YoY). Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan ritel bisa tumbuh 6,3%. 

Selain itu, saham ASII juga turun karena penjualan mobil yang kurang maksimal. Sepanjang Februari 2018, ASII tercatat menjual 45.219 unit mobil, turun hingga 18,34% dibandingkan Februari 2017. Turunnya penjualan membuat market share Astra juga tergerus dari 58% menjadi 48%. 

Kehadiran Mitsubishi Xpander disinyalir sebagai penyebab anjloknya penjualan mobil ASII, terutama di segmen Low Multi Purpose Vehicle (LMPV). Sepanjang bulan lalu, penjualan Mitsubishi meroket hingga 103% YoY menjadi 18.411 unit, ditopang oleh penjualan Xpander yang mencapai 7.400 unit. Penjualan Xpander berhasil mengungguli mobil sejuta umat andalan ASII yaitu Toyota Avanza yang terjual 6.773 unit. 
 

Sementara bursa Asia berakhir variatif alias mixed dalam rentang tipis. Indeks Nikkei 225 turun 0,9%, Strait Times terkoreksi 0,39%, dan Kospi melemah 0,76%. Namun, Shanghai Composite naik tipis 0,3%, Hang Seng menguat 0,04%, dan KLCI bertambah 0,08%. 

Sentimen positif dari penguatan Wall Street akhir pekan lalu tak mampu mengangkat kinerja bursa saham regional. Pelaku pasar nampak masih mengantisipasi pertemuan dewan gubernur the Federal Reserve/The Fed pada 20-21 Maret mendatang waktu setempat guna mengetahui arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) ke depan.
Dari Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,35%, S&P 500 melemah 1,42%, dan Nasdaq berkurang 1,8%. 

Sentimen dari The Fed masih membayangi investor di Wall Street. Entah bagaimana muncul kembali bayangan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan empat kali pada tahun ini, bukan tiga kal seperti yang diperkirakan. Bahkan tambahan satu kali kenaikan tidak hanya terjadi tahun ini, tetapi masih berlanjut ke 2019. 

Dalam risetnya, JPMorgan menyebutkan pasar sudah memperkirakan ada lima kali kenaikan The Federal Funds Rate pada 2018 dan 2019. Namun, ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan akan menjadi tujuh kali dalam periode tersebut. 

"Awalnya skenario terburuk adalah pada 2018 dan 2019 akan ada kenaikan lima kali. Namun skenario yang sama saat ini bisa menjadi tujuh kali. Pasar saham mungkin bisa menoleransi tambahan sekali kenaikan pada 2018, tetapi bila terjadi lagi pada 2019 maka itu bisa menjadi masalah," sebut riset JPMorgan. 

Selain itu, sentimen negatif lainnya datang dari risiko perang dagang yang ternyata masih membuat pasar grogi. Penerapan bea masuk untuk baja dan aluminium bisa membuat suasana pertemuan G20 di Buenos Aires (Argentina) menjadi mendung. 

Faktor lain yang menyebabkan koreksi Wall Street adalah anjloknya saham Facebook nyaris 7%. Penyebabnya adalah kebocoran data milik 50 juta pengguna yang digunakan oleh tim kampanye Presiden AS Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016 silam. Untuk perdagangan hari ini, mau tidak mau kabar buruk dari Wall Street akan mewarnai bursa saham Asia, dan bukan tidak mungkin Indonesia. Koreksi Wall Street bisa jadi virus yang menular ke Benua Kuning. 

Investor asing juga sepertinya masih belum bisa diharapkan untuk mengangkat IHSG. Fokus investor asing masih mengambil posisi jelang pertemuan The Fed. Mereka sebisa mungkin akan menghindari risiko (risk off), sehingga nampaknya aksi jual masih berlanjut. 

Harga komoditas juga belum memberi angin segar ke IHSG. Harga minyak bergerak melemah meski dalam rentang tipis, dipicu oleh kekhawatiran melimpahnya produksi AS. Produksi minyak di Negeri Paman Sam kini naik sekitar 20% dibandingkan pertengahan 2016 menjadi 10,38 juta barel/hari.  

Tidak hanya minyak harga komoditas lain pun bergerak turun. Mulai dari tembaga, timah, batu bara, sampai komoditas pangan seperti minyak sawit mentah (CPO), karet, dan kakao. Ini tentu bukan kabar baik untuk IHSG dan ekspor Indonesia. 

Sementara kinerja emiten yang dirilis kemarin memberikan sinyal yang mixed. Laba bersih MIDI turun 47,56%, sementara INDY berhasil mencetak laba setelah pada 2016 membukukan rugi bersih. Belum ada sinyal bullish yang nyata dari kinerja emiten. 

Sedangkan faktor-faktor yang bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona hijau adalah rilis kinerja korporasi hari ini yaitu BDMN, OCAP, BULL, dan BBNI. Bila hasilnya cukup solid maka akan menjadi suntikan energi bagi IHSG. 

Kemudian, harga aset yang sekarang semakin rendah juga bisa dimanfaatkan untuk aksi borong. Kini IHSG sudah mencatatkan pelemahan 1,04% sejak awal tahun. 

Namun meski sudah terkoreksi cukup dalam, sebenarnya valuasi IHSG masih tergolong mahal. Price to earnings ratio (P/E) IHSG masih cukup tinggi yaitu 18,07 kali. Bursa-bursa utama regional tidak ada yang punya P/E setinggi itu. 

P/E Straits Times adalah 11,64 kali, KLCI 16,68 kali, SETi 17,02 kali, Nikkei 225 15,5 kali, Hang Seng 13,49 kali, Shanghai Composite 14,91 kali, dan Kospi 12,1 kali. Oleh karena itu, sejatinya IHSG masih cukup rawan koreksi.

Sepertinya IHSG masih akan melalui ujian. Tinggal bagaimana ketenangan investor menghadapinya. Berikut peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BDMN (09.30 WIB).
  • RUPSLB OCAP (10.00 WIB).
  • RUPSLB BULL (10.00 WIB).
  • RUPS Tahunan BBNI (14.30 WIB).
  • Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas program bantuan pangan (10.00 WIB).
  • Penandatanganan nota kesepahaman antara Perum Bulog dengan Badan Pusat Statistik mengenai data pangan (10.00 WIB).
  • Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas sawit (16.00 WIB).
Berikut perkembangan sejumlah bursa utama:

 IndeksClose% Change% YTD
IHSG6,289.57(0.24)(1.04)
LQ451,036.12(0.11)(4.01)
DJIA24,610.91(1.35)(0.44)
CSI3004,074.350.441.08
Hang Seng31,513.760.045.33
Nikkei 225 21,480.90(0.90)(5.64)
Straits Times3,498.29(0.39)2.80

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,765.000.003.40
EUR/USD1.230.3914.99
GBP/USD1.400.6113.61
USD/CHF0.95(0.07)(4.82)
USD/CAD1.31(0.11)(2.09)
USD/JPY106.030.03(5.92)
AUD/USD0.77(0.03)(0.30)
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)62.26(0.14)28.97
Minyak Brent (USD/barel)65.94(0.23)27.86
Emas (USD/troy ons)1,317.710.326.94
CPO (MYR/ton)2,433.00(0.21)(17.22)
Batu bara (USD/ton)90.47(2.04)11.83
Tembaga (USD/pound)3.06(1.08)15.42
Nikel (USD/ton)13,569.00(0.05)34.29
Timah (USD/ton)21,000.00(0.12)3.19
Karet (JPY/kg)180.90(0.93)(31.99)
Kakao (USD/ton)2.460.00(2.46)15.15
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:

Tenor Yield (%)
5Y6.08
10Y6.73
15Y6.99
20Y7.34
30Y7.47
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

IndikatorTingkat
Kurs (19 Maret 2018)Rp 13.765/US$
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5,07%
Inflasi (Februari 2018 YoY)3,18%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2,19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1,7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11,6 miliar
Cadangan devisa (Februari 2017) US$ 128,06 miliar
 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular