Dari Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,35%, S&P 500 melemah 1,42%, dan Nasdaq berkurang 1,8%.
Sentimen dari The Fed masih membayangi investor di Wall Street. Entah bagaimana muncul kembali bayangan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan empat kali pada tahun ini, bukan tiga kal seperti yang diperkirakan. Bahkan tambahan satu kali kenaikan tidak hanya terjadi tahun ini, tetapi masih berlanjut ke 2019.
Dalam risetnya, JPMorgan menyebutkan pasar sudah memperkirakan ada lima kali kenaikan The Federal Funds Rate pada 2018 dan 2019. Namun, ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan akan menjadi tujuh kali dalam periode tersebut.
"Awalnya skenario terburuk adalah pada 2018 dan 2019 akan ada kenaikan lima kali. Namun skenario yang sama saat ini bisa menjadi tujuh kali. Pasar saham mungkin bisa menoleransi tambahan sekali kenaikan pada 2018, tetapi bila terjadi lagi pada 2019 maka itu bisa menjadi masalah," sebut riset JPMorgan.
Selain itu, sentimen negatif lainnya datang dari risiko perang dagang yang ternyata masih membuat pasar grogi. Penerapan bea masuk untuk baja dan aluminium bisa membuat suasana pertemuan G20 di Buenos Aires (Argentina) menjadi mendung.
Faktor lain yang menyebabkan koreksi Wall Street adalah anjloknya saham Facebook nyaris 7%. Penyebabnya adalah kebocoran data milik 50 juta pengguna yang digunakan oleh tim kampanye Presiden AS Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016 silam. Untuk perdagangan hari ini, mau tidak mau kabar buruk dari Wall Street akan mewarnai bursa saham Asia, dan bukan tidak mungkin Indonesia. Koreksi Wall Street bisa jadi virus yang menular ke Benua Kuning.
Investor asing juga sepertinya masih belum bisa diharapkan untuk mengangkat IHSG. Fokus investor asing masih mengambil posisi jelang pertemuan The Fed. Mereka sebisa mungkin akan menghindari risiko (
risk off), sehingga nampaknya aksi jual masih berlanjut.
Harga komoditas juga belum memberi angin segar ke IHSG. Harga minyak bergerak melemah meski dalam rentang tipis, dipicu oleh kekhawatiran melimpahnya produksi AS. Produksi minyak di Negeri Paman Sam kini naik sekitar 20% dibandingkan pertengahan 2016 menjadi 10,38 juta barel/hari.
Tidak hanya minyak harga komoditas lain pun bergerak turun. Mulai dari tembaga, timah, batu bara, sampai komoditas pangan seperti minyak sawit mentah (CPO), karet, dan kakao. Ini tentu bukan kabar baik untuk IHSG dan ekspor Indonesia.
Sementara kinerja emiten yang dirilis kemarin memberikan sinyal yang
mixed. Laba bersih MIDI turun 47,56%, sementara INDY berhasil mencetak laba setelah pada 2016 membukukan rugi bersih. Belum ada sinyal
bullish yang nyata dari kinerja emiten.
Sedangkan faktor-faktor yang bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona hijau adalah rilis kinerja korporasi hari ini yaitu BDMN, OCAP, BULL, dan BBNI. Bila hasilnya cukup solid maka akan menjadi suntikan energi bagi IHSG.
Kemudian, harga aset yang sekarang semakin rendah juga bisa dimanfaatkan untuk aksi borong. Kini IHSG sudah mencatatkan pelemahan 1,04% sejak awal tahun.
Namun meski sudah terkoreksi cukup dalam, sebenarnya valuasi IHSG masih tergolong mahal.
Price to earnings ratio (P/E) IHSG masih cukup tinggi yaitu 18,07 kali. Bursa-bursa utama regional tidak ada yang punya P/E setinggi itu.
P/E Straits Times adalah 11,64 kali, KLCI 16,68 kali, SETi 17,02 kali, Nikkei 225 15,5 kali, Hang Seng 13,49 kali, Shanghai Composite 14,91 kali, dan Kospi 12,1 kali. Oleh karena itu, sejatinya IHSG masih cukup rawan koreksi.
Sepertinya IHSG masih akan melalui ujian. Tinggal bagaimana ketenangan investor menghadapinya. Berikut peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BDMN (09.30 WIB).
- RUPSLB OCAP (10.00 WIB).
- RUPSLB BULL (10.00 WIB).
- RUPS Tahunan BBNI (14.30 WIB).
- Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas program bantuan pangan (10.00 WIB).
- Penandatanganan nota kesepahaman antara Perum Bulog dengan Badan Pusat Statistik mengenai data pangan (10.00 WIB).
- Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas sawit (16.00 WIB).
Berikut perkembangan sejumlah bursa utama:
| Indeks | Close | % Change | % YTD |
| IHSG | 6,289.57 | (0.24) | (1.04) |
| LQ45 | 1,036.12 | (0.11) | (4.01) |
| DJIA | 24,610.91 | (1.35) | (0.44) |
| CSI300 | 4,074.35 | 0.44 | 1.08 |
| Hang Seng | 31,513.76 | 0.04 | 5.33 |
| Nikkei 225 | 21,480.90 | (0.90) | (5.64) |
| Straits Times | 3,498.29 | (0.39) | 2.80 |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
| Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
| USD/IDR | 13,765.00 | 0.00 | 3.40 |
| EUR/USD | 1.23 | 0.39 | 14.99 |
| GBP/USD | 1.40 | 0.61 | 13.61 |
| USD/CHF | 0.95 | (0.07) | (4.82) |
| USD/CAD | 1.31 | (0.11) | (2.09) |
| USD/JPY | 106.03 | 0.03 | (5.92) |
| AUD/USD | 0.77 | (0.03) | (0.30) |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
| Komoditas | Close | % Change | % YoY |
| Minyak WTI (USD/barel) | 62.26 | (0.14) | 28.97 |
| Minyak Brent (USD/barel) | 65.94 | (0.23) | 27.86 |
| Emas (USD/troy ons) | 1,317.71 | 0.32 | 6.94 |
| CPO (MYR/ton) | 2,433.00 | (0.21) | (17.22) |
| Batu bara (USD/ton) | 90.47 | (2.04) | 11.83 |
| Tembaga (USD/pound) | 3.06 | (1.08) | 15.42 |
| Nikel (USD/ton) | 13,569.00 | (0.05) | 34.29 |
| Timah (USD/ton) | 21,000.00 | (0.12) | 3.19 |
| Karet (JPY/kg) | 180.90 | (0.93) | (31.99) |
| Kakao (USD/ton) | 2.460.00 | (2.46) | 15.15 |
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:
| Tenor | Yield (%) |
| 5Y | 6.08 |
| 10Y | 6.73 |
| 15Y | 6.99 |
| 20Y | 7.34 |
| 30Y | 7.47 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
| Indikator | Tingkat |
| Kurs (19 Maret 2018) | Rp 13.765/US$ |
| Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY) | 5,07% |
| Inflasi (Februari 2018 YoY) | 3,18% |
| Defisit anggaran (APBN 2018) | -2,19% PDB |
| Transaksi berjalan (2017) | -1,7% PDB |
| Neraca pembayaran (2017) | US$ 11,6 miliar |
| Cadangan devisa (Februari 2017) | US$ 128,06 miliar |