
Newsletter
Pekan Ini Milik Bank Sentral
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 March 2018 05:53

Untuk perdagangan awal pekan ini, Senin (19/3/2018), terdapat sejumlah sentimen yang bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona hijau. Pertama adalah aksi jual sepanjang pekan lalu sudah membuat IHSG minus 0,8% sejak awal tahun.
Harga aset kini lebih murah, dan bisa dimanfaatkan investor untuk kembali berburu saham. Ini bisa menjadi suntikan energi bagi IHSG.
Perkembangan harga komoditas juga sepertinya positif buat IHSG. Akhir pekan lalu, harga minyak naik seiring dengan penguatan Wall Street. Diharapkan penguatan ini bisa bertahan dan menjadi motor penggerak saham-saham migas dan pertambangan.
Namun, penguatan harga minyak sepertinya agak rapuh karena kenaikan permintaan dibarengi oleh bertambahnya produksi. Proyeksi International Energy Agency (IEA) menyebutkan permintaan minyak dunia tahun ini adalah 99,3 juta barel/hari, naik 1,53% dibandingkan 2017. Namun produksi naik 3,09% pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan produksi yang lebih kencang dibandingkan permintaan membuat kenaikan harga minyak akan sedikit terhambat.
Sementara faktor yang bisa membuat IHSG masih terjebak di zona merah adalah sikap investor (terutama asing) yang cenderung wait and see. Pekan ini akan ada dua pertemuan bank sentral besar, yaitu The Fed dan Bank Sentral Inggris (BoE).
Tidak hanya The Fed, BoE pun sudah siap untuk menerapkan kebijakan moneter ketat. Pada pertemuan sebelumnya, Gubernur BoE Mark Carney menyatakan sepertinya kenaikan suku bunga acuan tahun ini akan lebih awal dan lebih besar dibandingkan perkiraan.
Bank Indonesia (BI) pun akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur pada 21-22 Maret untuk memutuskan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate. Pasar melihat BI masih akan menahan suku bunga acuan di 4,25% dengan pertimbangan nilai tukar rupiah yang masih mengalami tekanan.
Perkembangan ini akan membuat investor bergerak waspada dan cenderung konservatif. Pelaku pasar akan memilih bermain aman dan menghindari risiko (risk off) sambil menunggu perkembangan selanjutnya. Pekan ini bisa dibilang miliknya bank sentral, karena pergerakan pasar akan ditentukan oleh arah kebijakan bank sentral.
Selain itu, meski secara umum IHSG sudah minus tetapi beberapa sektor masih membukukan penguatan sejak awal tahun. Bahkan di antaranya masih menyimpan penguatan yang cukup besar, seperti sektor pertambangan (14,47%).
Di luar pertambangan, sektor keuangan juga masih punya "tabungan" 2,22%, kemudian sektor properti 2,87%, agrikultur 1,25%, industri dasar 8,41%, perdagangan 0,19%, dan aneka industri 0,17%. Ini membuat aksi ambil untung masih menjadi risiko yang patut diwaspadai.
Investor juga perlu menyimak pergerakan saham WSKT. Terjadi insiden di proyek rumah susun perseroan di Pasar Rumput (Jakarta Selatan), yang memakan korban jiwa. Setelah kejadian ini, WSKT menghentikan sementara pembangunan proyek sambil melakukan investigasi.
Ini merupakan kesekian kalinya proyek WSKT mengalami insiden. Belum lama ini, pier head proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) runtuh dan melukai sejumlah pekerja. Kecelakaan ini menyebabkan proyek-proyek infrastruktur layang (elevated) di seluruh Indonesia sempat dihentikan sementara. (aji/aji)
Harga aset kini lebih murah, dan bisa dimanfaatkan investor untuk kembali berburu saham. Ini bisa menjadi suntikan energi bagi IHSG.
Perkembangan harga komoditas juga sepertinya positif buat IHSG. Akhir pekan lalu, harga minyak naik seiring dengan penguatan Wall Street. Diharapkan penguatan ini bisa bertahan dan menjadi motor penggerak saham-saham migas dan pertambangan.
Namun, penguatan harga minyak sepertinya agak rapuh karena kenaikan permintaan dibarengi oleh bertambahnya produksi. Proyeksi International Energy Agency (IEA) menyebutkan permintaan minyak dunia tahun ini adalah 99,3 juta barel/hari, naik 1,53% dibandingkan 2017. Namun produksi naik 3,09% pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan produksi yang lebih kencang dibandingkan permintaan membuat kenaikan harga minyak akan sedikit terhambat.
Sementara faktor yang bisa membuat IHSG masih terjebak di zona merah adalah sikap investor (terutama asing) yang cenderung wait and see. Pekan ini akan ada dua pertemuan bank sentral besar, yaitu The Fed dan Bank Sentral Inggris (BoE).
Tidak hanya The Fed, BoE pun sudah siap untuk menerapkan kebijakan moneter ketat. Pada pertemuan sebelumnya, Gubernur BoE Mark Carney menyatakan sepertinya kenaikan suku bunga acuan tahun ini akan lebih awal dan lebih besar dibandingkan perkiraan.
Bank Indonesia (BI) pun akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur pada 21-22 Maret untuk memutuskan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate. Pasar melihat BI masih akan menahan suku bunga acuan di 4,25% dengan pertimbangan nilai tukar rupiah yang masih mengalami tekanan.
Perkembangan ini akan membuat investor bergerak waspada dan cenderung konservatif. Pelaku pasar akan memilih bermain aman dan menghindari risiko (risk off) sambil menunggu perkembangan selanjutnya. Pekan ini bisa dibilang miliknya bank sentral, karena pergerakan pasar akan ditentukan oleh arah kebijakan bank sentral.
Selain itu, meski secara umum IHSG sudah minus tetapi beberapa sektor masih membukukan penguatan sejak awal tahun. Bahkan di antaranya masih menyimpan penguatan yang cukup besar, seperti sektor pertambangan (14,47%).
Di luar pertambangan, sektor keuangan juga masih punya "tabungan" 2,22%, kemudian sektor properti 2,87%, agrikultur 1,25%, industri dasar 8,41%, perdagangan 0,19%, dan aneka industri 0,17%. Ini membuat aksi ambil untung masih menjadi risiko yang patut diwaspadai.
Investor juga perlu menyimak pergerakan saham WSKT. Terjadi insiden di proyek rumah susun perseroan di Pasar Rumput (Jakarta Selatan), yang memakan korban jiwa. Setelah kejadian ini, WSKT menghentikan sementara pembangunan proyek sambil melakukan investigasi.
Ini merupakan kesekian kalinya proyek WSKT mengalami insiden. Belum lama ini, pier head proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) runtuh dan melukai sejumlah pekerja. Kecelakaan ini menyebabkan proyek-proyek infrastruktur layang (elevated) di seluruh Indonesia sempat dihentikan sementara. (aji/aji)
Next Page
Cermati Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular