
Newsletter
Pekan Ini Milik Bank Sentral
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 March 2018 05:53

Sementara di Wall Street, tiga indeks utama mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,29%, S&P 500 menguat 0,17%, dan Nasdaq bertambah 0,003%.
Namun secara mingguan, Wall Street mengalami koreksi cukup signifikan. DJIA turun 1,57%, S&P 500 melemah 1,04%, dan Nasdaq berkurang 1,27%.
Faktor perang dagang dengan China menjadi salah satu perhatian investor. Selain itu, kegaduhan politik dalam negeri AS juga menjadi kekhawatiran.
Pekan lalu, Trump memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan menggantikannya dengan Mike Pompeo, eks Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA). Pompeo merupakan orang dekat sang presiden.
Trump juga dikabarkan akan memecat penasihat pertahanan Gedung Putih HR McMaster. Washington Post mengabarkan, ada beberapa kandidat pengganti McMaster seperti Keith Kellog yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dewan Pertahanan Nasional.
Menurut pemberitaan The Post, Trump menilai McMaster terlalu kaku. Setiap kali McMaster memberikan pengarahan juga dirasa terlalu lama.
Kegaduhan politik Negeri Paman Sam bertambah setelah New York Times melaporkan Kepala Badan Investigasi AS (US Special Counsel) Robert Mueller meminta dokumen-dokumen yang terkait dengan Trump. Termasuk dokumen yang mengaitkan Rusia dengan kemenangan Trump dalam pemilihan presiden.
Kementerian Keuangan AS diketahui memberikan sanksi bagi beberapa warga negara dan entitas asal Rusia terkait keterlibatannya dalam pemilihan presiden 2016 yang dimenangkan oleh Trump. Sanksi ini menutup akses terhadap properti yang berada dalam wilayah AS, serta melarang seluruh warga negara AS untuk melakukan transaksi dengan mereka. Pihak Rusia telah menegaskan akan mengambil langkah balasan terhadap sanksi dari AS ini.
Pekan ini, perhatian investor akan tertuju ke The Federal Reserve/The Fed yang akan menggelar pertemuan pada 21 Maret waktu setempat. Pasar memprediksi hasil pertemuan ini adalah kenaikan suku bunga acuan.
CME Group, yang menyediakan Federal Funds Futures (instrumen yang mempertaruhkan suku bunga acuan di AS), menyebutkan probabilitas kenaikan Fed Fund Rate pada pertemuan tersebut mencapai 94,4%. Pelaku pasar memperkirakan terjadi kenaikan suku bunga dari 125-150 basis poin menjadi 150-175 basis poin, atau naik 25 basis poin.
Sambil menunggu pertemuan The Fed, investor pun memburu dolar AS. Sejak akhir pekan lalu, mata uang ini bergerak menguat karena tingginya minat pelaku pasar.
Ketika suku bunga acuan AS naik, maka greenback (teorinya) akan menguat karena tekanan inflasi mata uang ini akan terjangkar oleh kenaikan suku bunga. Oleh karena itu, investor mengoleksi dolar AS sebelum harganya naik ketika suku bunga dinaikkan. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat terlebih dulu, mendahului kenaikan suku bunga (kalau terjadi). (aji/aji)
Namun secara mingguan, Wall Street mengalami koreksi cukup signifikan. DJIA turun 1,57%, S&P 500 melemah 1,04%, dan Nasdaq berkurang 1,27%.
Faktor perang dagang dengan China menjadi salah satu perhatian investor. Selain itu, kegaduhan politik dalam negeri AS juga menjadi kekhawatiran.
Pekan lalu, Trump memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan menggantikannya dengan Mike Pompeo, eks Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA). Pompeo merupakan orang dekat sang presiden.
Trump juga dikabarkan akan memecat penasihat pertahanan Gedung Putih HR McMaster. Washington Post mengabarkan, ada beberapa kandidat pengganti McMaster seperti Keith Kellog yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dewan Pertahanan Nasional.
Menurut pemberitaan The Post, Trump menilai McMaster terlalu kaku. Setiap kali McMaster memberikan pengarahan juga dirasa terlalu lama.
Kegaduhan politik Negeri Paman Sam bertambah setelah New York Times melaporkan Kepala Badan Investigasi AS (US Special Counsel) Robert Mueller meminta dokumen-dokumen yang terkait dengan Trump. Termasuk dokumen yang mengaitkan Rusia dengan kemenangan Trump dalam pemilihan presiden.
Kementerian Keuangan AS diketahui memberikan sanksi bagi beberapa warga negara dan entitas asal Rusia terkait keterlibatannya dalam pemilihan presiden 2016 yang dimenangkan oleh Trump. Sanksi ini menutup akses terhadap properti yang berada dalam wilayah AS, serta melarang seluruh warga negara AS untuk melakukan transaksi dengan mereka. Pihak Rusia telah menegaskan akan mengambil langkah balasan terhadap sanksi dari AS ini.
Pekan ini, perhatian investor akan tertuju ke The Federal Reserve/The Fed yang akan menggelar pertemuan pada 21 Maret waktu setempat. Pasar memprediksi hasil pertemuan ini adalah kenaikan suku bunga acuan.
CME Group, yang menyediakan Federal Funds Futures (instrumen yang mempertaruhkan suku bunga acuan di AS), menyebutkan probabilitas kenaikan Fed Fund Rate pada pertemuan tersebut mencapai 94,4%. Pelaku pasar memperkirakan terjadi kenaikan suku bunga dari 125-150 basis poin menjadi 150-175 basis poin, atau naik 25 basis poin.
Sambil menunggu pertemuan The Fed, investor pun memburu dolar AS. Sejak akhir pekan lalu, mata uang ini bergerak menguat karena tingginya minat pelaku pasar.
Ketika suku bunga acuan AS naik, maka greenback (teorinya) akan menguat karena tekanan inflasi mata uang ini akan terjangkar oleh kenaikan suku bunga. Oleh karena itu, investor mengoleksi dolar AS sebelum harganya naik ketika suku bunga dinaikkan. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat terlebih dulu, mendahului kenaikan suku bunga (kalau terjadi). (aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular