
'Tabungan' IHSG Sudah Habis, Saatnya Berburu Lagi

Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah faktor yang bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona hijau. Pertama adalah "tabungan" kenaikan IHSG sepanjang 2018 yang sudah habis dan menjadi minus menjadikan harga aset menjadi lebih murah. Ini bisa dimanfaatkan investor untuk kembali berburu saham dan akan mendorong kenaikan IHSG.
Kedua adalah harga komoditas, terutama minyak. Harga si emas hitam mulai merangkak naik setelah terkoreksi akibat kekhawatiran melimpahnya pasokan minyak AS. Ini bisa menjadi angin segar bagi emiten pertambangan yang tengah mengalami tekanan jual.
Kenaikan harga minyak sejatinya masih rapuh, karena bagaimanapun pasokan minyak AS cukup melimpah. Pada pekan kedua Maret, cadangan minyak Negeri Paman Sam bertambah 5 juta barel, lebih tinggi dari estimasi pasar yaitu 2 juta barel.
Namun ada pula hal-hal yang bisa membuat IHSG kembali terperosok ke teritori negatif. Pertama tentu perkembangan di Wall Street, di mana dua dari tiga indeks utama mengalami pelemahan. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi bursa Asia, yang kemudian menular ke Indonesia.
Kedua adalah perkembangan dolar AS. Greenback yang sempat dalam mode defensif selama berhari-hari kembali menguat setelah investor investor kembali ke mata uang ini untuk mengamankan posisi jelang pertemuan The Federal Reserve/The Fed pada 21 Maret waktu setempat.
The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini, dan bila itu terjadi maka dolar AS akan terapresiasi. Oleh karena itu, investor mencari mata uang itu sekarang, sebelum nanti harganya naik.
Penguatan dolar akan berimbas ke pelemahan rupiah. Padahal rupiah sudah tertekan dari sisi perdagangan akibat defisit neraca perdagangan. Ini bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
Jelang pertemuan The Fed, investor asing juga sulit diharapkan untuk menopang IHSG. investor asing sepertinya akan cenderung bermain aman dengan menghindari aset-aset yang berisiko. Ini juga bisa menjadi pemberat IHSG.
