Newsletter

Lagi-lagi Perang Dagang

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 March 2018 06:08
AS vs China dan Koreksi Wall Street
Foto: CNBC
Sementara Wall Street, terjadi koreksi di tiga indeks utama. Dow Jones Industrial Average turun 1%, S&P 500 melemah 0,57%, dan Nasdaq berkurang 0,19%. 

Wacana kebijakan bea masuk untuk produk-produk China demi melindungi kekayaan intelektual mulai berdampak luas, kali ini menghempas Wall Street. investor mulai mencemaskan potensi perang dagang antara Negeri Paman Sam vs Negeri Tirai Bambu. 

Investor pun melepas saham-saham emiten yang dinilai akan terdampak dari perang dagang ini. Contohnya Boeing, yang mengalami tekanan jual hingga harganya anjlok 2,5%. 

Pasar semakin cemas kala Larry Kudlow, calon Kepala Dewan Ekonomi Gedung Putih, menyatakan China pantas mendapat perlakuan keras dalam hal perdagangan. Calon pengganti Gary Cohn ini menilai China selama ini telah bermain curang. 

"Sejak lama China sudah tidak mematuhi aturan. Saya harus katakan, China perlu mendapat respons keras," tegasnya dalam wawancara dengan CNBC. 

Ketika perang dagang terjadi, maka yang paling terluka adalah ekspor AS karena dipersulit masuk ke China. Sedangkan China adalah mitra dagang utama AS. Pada 2017, China menduduki peringkat pertama di daftar mitra dagang AS dengan nilai US$ 636 miliar. 

Trump memang ingin memangkas defisit perdagangan AS dengan China yang tahun lalu mencapai US$ 375 miliar. Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih, menyatakan pemerintah AS menargetkan mengurangi defisit perdagangan sebesar US$ 100 miliar.  

Caranya dengan meminta China lebih banyak membeli produk AS seperti kedelai atau pesawat terbang. Atau China mesti membuat perubahan dalam kebijakan perdagangan mereka seperti memotong subsidi kepada BUMN atau mengurangi produksi baja dan aluminium. 

Rilis data ekonomi terbaru juga membebani Wall Street. Penjualan ritel AS periode Februari 2018 tercatat turun 0,1% secara month to month, tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yaitu tumbuh 0,3%. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan kendaraan bermotor dan bagiannya yang lebih rendah. 

Sudah tiga bulan berturut-turut penjualan ritel AS minus secara bulanan. Ini menandakan aktivitas ekonomi di sana belum pulih sepenuhnya. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS tidak sebaik perkiraan.

Dengan berakhirnya musim laporan keuangan (earnings season) di Wall Street, maka perhatian investor kini tertuju pada perkembangan di luar bursa. Data-data ekonomi maupun kebijakan pemerintah benar-benar menjadi sorotan. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular