
Newsletter
Pidato Powell Sampai Ambil Untung Jadi Risiko IHSG
Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
28 February 2018 05:54

Dari Amerika Serikat (AS), pidato Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell membuat Wall Street terseret ke jalur merah. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,16%, S&P 500 melemah 1,27%, dan Nasdaq berkurang 1,23%.
Powell berpidato untuk kali pertama setelah menduduki kursi The Fed-1 menggantikan Janet Yellen. Dalam pidatonya, Powell menyatakan bahwa Negeri Paman Sam mengalami perkembangan ekonomi yang sangat positif baik dari segi inflasi, ketenagakerjaan, sampai kebijakan fiskal.
"Perkembangan yang terjadi sejak rapat Desember akan menjadi perhatian dan menjadi pijakan dalam kebijakan suku bunga yang baru. Kita melihat berbagai data, dan menurut saya akan menambah kepercayaan bahwa inflasi bergerak menuju targetnya. Kita juga melihat penguatan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal pun semakin stimulatif," papar Powell.
Seperti yang terjadi beberapa waktu terakhir, segala hal yang keluar dari The Fed langsung membuat pasar bereaksi. Dengan pernyataan Powell tersebut, pasar membaca bahwa The Fed membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali dalam tahun ini.
Pidato Powell membuat investor ramai-ramai meninggalkan pasar saham. Tujuannya ke mana lagi kalau bukan pasar obligasi. Imbal hasl (yield) obligasi pemerintah AS naik, meski tipis, ke level 2,9%.
Dolar AS pun terimbas dampaknya dengan mencatatkan apresiasi. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, menguat sampai 0,63% ke 90,41 poin.
Greenback memang membutuhkan kenaikan suku bunga untuk menjangkar inflasi mata uang tersebut. Kenaikan suku bunga yang lebih dari perkiraan akan semakin menambah energi bagi dolar AS untuk menguat.
Seiring penguatan dolar AS, harga komoditas pun berguguran. Harga minyak turun hingga lebih dari 1%. Harga emas dan sejumlah komoditas pertambangan pun ikut melemah. (aji/aji)
Powell berpidato untuk kali pertama setelah menduduki kursi The Fed-1 menggantikan Janet Yellen. Dalam pidatonya, Powell menyatakan bahwa Negeri Paman Sam mengalami perkembangan ekonomi yang sangat positif baik dari segi inflasi, ketenagakerjaan, sampai kebijakan fiskal.
"Perkembangan yang terjadi sejak rapat Desember akan menjadi perhatian dan menjadi pijakan dalam kebijakan suku bunga yang baru. Kita melihat berbagai data, dan menurut saya akan menambah kepercayaan bahwa inflasi bergerak menuju targetnya. Kita juga melihat penguatan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal pun semakin stimulatif," papar Powell.
Seperti yang terjadi beberapa waktu terakhir, segala hal yang keluar dari The Fed langsung membuat pasar bereaksi. Dengan pernyataan Powell tersebut, pasar membaca bahwa The Fed membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali dalam tahun ini.
Pidato Powell membuat investor ramai-ramai meninggalkan pasar saham. Tujuannya ke mana lagi kalau bukan pasar obligasi. Imbal hasl (yield) obligasi pemerintah AS naik, meski tipis, ke level 2,9%.
Dolar AS pun terimbas dampaknya dengan mencatatkan apresiasi. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, menguat sampai 0,63% ke 90,41 poin.
Greenback memang membutuhkan kenaikan suku bunga untuk menjangkar inflasi mata uang tersebut. Kenaikan suku bunga yang lebih dari perkiraan akan semakin menambah energi bagi dolar AS untuk menguat.
Seiring penguatan dolar AS, harga komoditas pun berguguran. Harga minyak turun hingga lebih dari 1%. Harga emas dan sejumlah komoditas pertambangan pun ikut melemah. (aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular