Bos Bank BTN Buka-bukaan Siasat "Perang" Lawan Pandemi

Syahriza Sidik, CNBC Indonesia
06 October 2020 18:53
Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury (Dok. BTN)
Foto: Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury (Dok. BTN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank BUMN yang fokus pada pembiayaan perumahan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) akan menerapkan strategi diversifikasi pembiayaan di kuartal keempat tahun ini.

Selain fokus pembiayaan KPR yang selama ini jadi core business, bank yang didirikan dengan nama Postspaarbank di Batavia (Jakarta) pada 1897 ini juga mengincar pembiayaan di segmen konstruksi dan proyek-proyek BUMN.

Direktur Utama BTN, Pahala Nugraha Mansury mengatakan, secara proporsi, BTN masih tetap memprioritaskan pembiayaan untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 50-60%, kredit konstruksi 20% dan selebihnya proyek BUMN yang strategis sebesar 20%.

Saat ini, kata Pahala, BTN juga sudah mendapat penempatan dana dari pemerintah melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 10 triliun dalam dua tahap, masing-masing sebesar Rp 5 triliun.

Dengan demikian, diharapkan, emiten bersandi BBTN ini bisa mengakselerasi melalui penyaluran kredit tiga kali lipat dari yang ditempatkan pemerintah.

"Melalui dana tambahan Rp 5 triliun, total dana ditempatkan mencapai Rp 10 triliun, dengan ada tambahan tersebut, sesuai komitmen sampai akhir tahun penyaluran pembiayaan bisa melampaui Rp 30 triliun," kata Pahala Mansury, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, dalam program Power Lunch, bersama Aline Wiratmaja, Selasa (6/10/2020).

Bagaimana strategi BTN dalam menyalurkan kredit di kuartal keempat tahun ini dan proyeksi pembiayaan di sektor properti di tahun depan?

Berikut ini selengkapnya petikan wawancara dengan mantan Direktur Bank Mandiri dan Dirut Garuda Indonesia ini:

Seperti apa evaluasi BTN atas penempatan dana PEN tahap pertama?

Catatan dari kami, sampai dengan akhir September, sesuai dengan apa yang menjadi komitmen kami menerima dana PEN sebesar Rp 5 triliun sekitar Juli yang lalu, makan akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan sebesar Rp 15 triliun.

Dan ini sudah bisa kita lakukan, sampai akhir September lalu sudah mencapai Rp 15 triliun. Kita melihat cukup efektif penempatan dana yang dilakukan di bank-bank Himbara [Himpunan Bank-bank Milik Negara], khususnya di BTN dalam menggerakkan ekonomi dalam penyaluran pembiayaan.

Pada September, kami mendapatkan dana tambahan Rp 5 triliun, sehingga total dana ditempatkan mencapai Rp 10 triliun, dan untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah atas kepercayaannya.

Dengan tambahan tersebut, sesuai komitmen, sampai akhir tahun nanti penyaluran pembiayaan diperkirakan bisa melampaui Rp 30 triliun.

Sampai saat ini, pembiayaan KPR itu pertumbuhannya cukup baik, khususnya KPR subsidi dengan realisasi penyaluran kredit melampaui Rp 1,3 triliun dan total keseluruhan realisasi kredit kami sudah mencapai Rp 5 triliun sampai Rp 6 triliun.

Untuk penyaluran PEN tahap kedua apakah ada perubahan strategi?

Karena BTN memang fokus pada kredit perumahan, tentunya penekanan dan strategi penyaluran kami akan ditekankan ke penyaluran kredit perumahan.

Kami juga sudah menyampaikan ke pemerintah, untuk efek dari multiplier untuk kredit di sektor perumahan ini cukup baik. Pembangunan satu rumah itu butuh 5 tenaga, dan diperkirakan sektor perumahan tahun ini akan membangun sekitar 350 ribu 400 ribu rumah, baik rumah subsidi maupun tidak bersubsidi.

Ini bisa menciptakan lapangan kerja 1,5 - 2 juta tenaga kerja. Ini sejalan dengan apa yang menjadi tujuan PEN disalurkan ke sektor yang bisa memberikan multiplier effect, ini akan terus kami dorong.

Harapan kita, akhir tahun realisasi pembiayaan KPR subsidi bisa mencapai Rp 2 triliun perbulan, dan KPR non subsidi bisa mencapai Rp 1 triliun sampai Rp 1,2 trliun per bulan.

Di luar itu, kita juga akan lebih aktif dalam hal mendorong kredit konstruksi, karena selain mendorong demand KPR, kita lihat kebutuhan bagi sektor perumahan dapat pembiayan tambahan kredit konstruksi juga masih bisa ditingkatkan.

Sehingga di triwulan 4, selain KPR, ini kita akan banyak dorong kredit konstruksi. Sektor-sektor lain khususnya sektor kelistrikan atau sektor-sektor lain yang terkait dengan BUMN yang membutuhkan pendanaan.

Berapa besar porsi kredit konstruksi dan pendanaan dari BUMN?

Mungkin untuk kredit konstruksi mencapai 20 persen, BUMN 20-30 persen, yang paling besar KPR 50-60 persen masih fokus pada perumahan.

Penyaluran kredit perbankan September ini pertumbuhannya 0,6% yoy, apa terobosan BTN bisa tetap menyalurkan dana PEN sesuai target?

Pertama, kita berupaya penyaluran realisasi kredit subdidi bisa mendekati Rp 2 triliun per bulan sampai akhir tahun.

Kita berdiskusi dengan Kementerian PUPR, bagaimana bisa memberikan beberapa kemudahan, sehingga realisasi akad kredit untuk KPR subsidi bisa ditingkatkan. Kita juga kerja sama dengan PUPR seperti misalnya pembangunan jalan yang harus jadi, pemasangan listrik yang harus selesai, berkoordinasi dengan PLN.

Selain itu, mengenai kredit konstruksi, adalah melihat value chain atau perusahaan yang terkait sektor perumahan, tapi mungkin selama ini belum kita lakukan pembiayaan. Kita fokus pada pengembang, memberikan juga fasilitas kemudahan untuk itu.

Dengan adanya program PEN dengan adanya penjaminan, mudah-mudahan akan memberikan keyakinan kepada kami, khususnya para pengembang yang membutuhkan pembiayaan di bawah Rp 10 miliar.

Untuk di atas Rp 10 miliar, dengan program PEN, dipadankan dengan program jaminan dari pemerintah untuk sektor yang memiliki labour intensive. Kita juga perlu mendorong dari sisi supply kalau misalnya dari sisi permintaan KPR bersubsidi tinggi, tentu permintaan supply dari pengembang membutuhkan pembiayaan.

Selain itu, konsep value chain akan kita dorong, kita kerja sama BUMN lain, dengan PT Semen Indonesia, BUMN yang bergerak di industri semen, bagaimana bisa bekerja sama dengan para pengusaha yang bergerak di bidang bahan-bahan bangunan, semen khususnya, ini tentunya bisa berikan pendanaan khusus kalau misalnya butuh working capital.

Digitalisasi dan bisnis proses juga diharapkan akan cepat adanya penyaluran KPR kami, ini jadi strategi dan inisiatif yang akan kita lakukan.

Sektor properti tahun ini seperti apa dan proyeksi 2021?

Sampai saat ini, KPR rumah sederhana pertumbuhan masih cukup baik, diindikasikan KPR subsidi sampai September yoy masih tumbuh 5%, sementara KPR nonsubdisi belum ada pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya.

Rumah sederhana dengan nilai di bawah Rp 500 juta kondisinya masih cukup baik, karena sebagian besar menjadi rumah tinggal. Karena memang rumah menjadi kebutuhan dasar, sektor-sektor yang terkait kebutuhan dasar walau dalam kondisi pandemi demand masih dukup baik.

Adanya pertumbuhan masih dimungkinkan di tahun ini, ke depan saya dengar, kita baca dalam UU Cipta Kerja dan rencana pemerintah mendorong sektor perumahan sebagai sektor yang memiliki pengaruh yang cukup besar dari sisi intensitas tenaga kerja yang digunakan.

Dengan hal tersebut dan alokasi dana pemerintah yang lebih besar di tahun 2021 untuk penyaluran KPR bersubsidi, kita harapkan permintaan cukup baik di tahun mendatang.

Target bisnis dari BTN?

Harapan kita sampai akhir tahun kredit BTN bisa bertumbuh antara 3-4%, ini sesuai dengan apa yang kita masukan dalam rencana kerja tahun 2020. Ini merupakan revisi dari rencana kerja awal sebelum pandemi dengan estimasi pertumbuhan kredit 7-8%.

Untuk tahun 2021, kita proyeksikan kredit bisa pelan-pelan akan bisa pulih kembali, mungkin kalau ke level 10% masih agak sulit, kami perkirakan 7%-7,5% untuk penyaluran kredit di tahun 2021.

Seperti yang tadi disampaikan, kalau ada rencana penambahan jumlah kuota KPR bersubdisi di 2021 terealisir, kemungkinan besar ini akan bisa kita capai.

Seperti apa strategi BTN dalam menjaga kualitas aset?

Pertama, kita membagi membagi produk KPR sesuai dengan segmen yang akan dilayani. Saat ini sebagian besar yang kita layani KPR bersubdisi dengan skema FLPP dan SSB. Sementara untuk segmen yang memiliki risiko lebih tinggi, ini kita arahkan kepada produk yang kita katakan skema subsidi uang muka.

Kita juga mengharapkan nasabah memiliki tabungan 3 kali cicilan, sehingga ini mengurangi adanya risiko nasabah tidak memiliki dana cukup memenuhi kewajiban mereka.

Kedua, kita melakukan bundling produk. Kita membundling tabungan dan pembayaran gaji dengan kredit KPR. Ini bisa mengurangi adanya risiko.

Ketiga, bekerja dengan pengembang baik nasional maupun kategori rating platinum dan gold bisa menggarap program BTN Solusi. Selanjutnya verifikasi dengan cara-cara digital, ini bisa mengurangi risiko, dengan mekanisme digital bisa mengurangi kesalahan analis kami dalam hal memasukakan dana dan memperbaiki scoring model.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular