Filosofi Blockchain & Desentralisasi di Balik Nilai NFT

Rhein Mahatma, CNBC Indonesia
05 May 2021 16:28
Rhein Mahatma
Rhein Mahatma
Education Director di Vexanium Foundation, memiliki pengalaman lebih dari 8 tahun di industri startups & digital marketing... Selengkapnya
Blockchain
Foto: Ist

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Vexanium foundation sebagai penyedia layanan decentralized finance dan infrastruktur blockchain di Indonesia juga mempelajari dan mengimplementasikan trend blockchain di seluruh dunia, di mana di akhir 2020 dan awal 2021 dunia sedang dilanda trend NFT atau Non Fungible Token. Saat ini Vexanium telah memiliki kode open source standar NFT di Github supaya developer di Indonesia bisa mengimplementasikan NFT di berbagai industri di Indonesia.

Berikut ini adalah berbagai berita NFT yang kita dengar akhir-akhir ini :

Digital illustrator, Mike Winkelmann yang lebih dikenal dengan nama "Beeple" menjual kolase hasil karyanya selama 13 tahun dengan judul "everyday: seharga 69 juta USD.

Tweet pertama dari Jack Dorsey, founder Twitter "just setting up my twttr," yang dipublikasikan pada 21 Maret 2006 terjual seharga ekuivalen 2,9 juta USD

"Moment" atau highlight Le bron James nge dunk dengan melewati Nemanja Bjelica terjual di platform NFT NBA Topshot seharga 208 ribu USD

CryptoPunk #3100 terjual di kisaran harga 7,584 juta USD pada 11 Maret 2021

CryptoPunk #7804 terjual di harga ekuivalen 7,566 juta USD pada 10 Maret 2021.

CryptoPunk #6965 terjual di harga ekuivalen 1,6 juta USD pada 19 Februari 2021.

Sebenarnya fenomena apa yang kita lihat ini ? Untuk memahaminya, mari kita baca artikel ini.

Definisi non fungible token (NFT)

Non Fungible Token atau NFT adalah aset digital (token) yang setiap unitnya dibuat unik dan tidak bisa begitu saja dipertukarkan, berupa token kriptografi yang merepresentasikan ownership dari barang yang pada umumnya bersifat digital native.

Contohnya, menukar suatu rumah dengan rumah lain (non fungible) tidak seperti menukar rupiah dengan rupiah (fungible) lainnya. Rumah tidak bisa begitu saja ditukar karena memiliki banyak perbedaan elemen desain, material, sejarah dll.

NFT bisa juga disebut sebagai object digital yang memiliki consensus value, karena data kepemilikan dari pembeli NFT akan dicopy ke banyak verifikator yang disebut dengan block producer atau miner.

Contoh dari NFT antara lain crypto art, game assets, digital collectibles, nama domain, representasi real-world assets yang ditokenisasi.

Dalam contoh transaksi NFT di atas, konten-kontennya bisa diakses secara bebas di internet, Anda bisa memasang wajah Cryptopunk di wallpaper komputer Anda, yang dibeli mahal oleh pembeli NFT bukanlah kontennya, tetapi kepemilikan dari aset digital yang bersifat limited edition. Bukti kepemilikan ini dicatat dan diverifikasi di teknologi blockchain, yang merupakan teknologi yang sama digunakan di Bitcoin.

Masalah di bisnis model media internet

Di artikel CNBC saya sebelumnya "Blockchain Indonesia butuh local player" saya mengatakan bahwa "tokenisasi ownership" akan memiliki dampak besar sebagaimana "digitalisasi konten". Berikut ini sedikit penjelasan tentang konsep ownership di internet.

Internet memberikan kita "kelimpahan", banyak konten gratis yang dimonetisasi dengan bisnis model iklan. Namun karena karakter melimpah tersebut, jadinya barang digital tidak memiliki keunikan karena bisa dicopy tanpa batas.

Setiap hari miliaran gambar, video, lagu dan berbagai media lainnya dibagikan di media sosial. Ketika media tersebut dibagikan, sebenarnya para creator bukan hanya mengcopy file namun juga membagikan hak tertentu terkait lisensi konten Anda, kalimat ini saya ambil per awal April 2021 (bisa saja kedepannya akan berubah) dari term of service dari sosmed yang sudah pasti Anda pakai jika menghasilkan konten visual :

Anda dengan ini memberi lisensi kepada kami yang bersifat non-eksklusif, bebas royalti, dapat dipindahtangankan, dapat disublisensikan, dan berlaku di seluruh dunia untuk menghosting, menggunakan, mendistribusikan, mengubah, menjalankan, menyalin, menayangkan atau menampilkan secara publik, menerjemahkan, dan membuat karya turunan dari konten Anda

Lisensi konten Anda dibagikan kepada platform untuk dimonetisasi oleh mereka - termasuk men-sublisensikannya tanpa ijin Anda karena Anda sudah mengijinkannya di depan.

Hal ini memiliki keuntungan, platform memiliki kekuatan distribusi atau skala ekonomi yang dioptimasi untuk pendapatan iklan. Tetapi bukan rahasia lagi bahwa cara monetisasi seperti ini belum tentu selalu sejalan dengan harapan para kreator, dan disinilah masalahnya, sudah terlalu lama platform ini "memakan" terlalu banyak value yang dibuat oleh kreator konten dari memiliki ownership atau lisensi tersebut.

Berbeda dengan konsep media atau media sosial, teknologi blockchain meng-unlock bisnis model baru yaitu "ownership economy" di mana platform internet masa depan akan dibangun, dioperasikan di dimiliki secara langsung oleh user.

Contoh perbandingan pendapatan antara bisnis model internet dengan blockchain, adalah apa yang terjadi di kisaran minggu ke 3 Februari 2021, di mana musisi electronic music, Jacques Green menjual audio loop dan GIF dengan judul "Promise" seharga ekuivalen 16 ribu USD. Bandingkan dengan judul lagunya "Another Girl" yang mulai dipublikasikan pada 2011 (1 dekade!) memiliki 7 juta play di Spotify memberikannya pendapatan total $27,904 dari Spotify.

Tiered pricing di NFT

Menurut Andressen Horrowitz, investor blockchain & crypto terkemuka dunia, NFT bisa mendorong trend kreator memonetisasi fansnya secara langsung. Platform media social akan terus digunakan untuk membangun audience (walaupun bisa bertahap diganti oleh platform media social terdesentralisasi), namun creator bisa menggunakan metode NFT untuk menghasilkan uang.
NFT mengubah dunia creator economics dengan memungkinkan price tiering atau tingkatan harga berdasarkan antusiasme dari fans.

Di bisnis model iklan, pendapatan yang dihasilkan kurang lebih sama, setinggi apapun antusiasme dari fans.

Namun di NFT, seperti halnya produk blockchain/crypto, valuenya bisa dipecah-pecah menjadi sangat kecil, atau sangat besar tergantung level antusiasme dari fans. Kemampuan crypto memecah nilai ini memungkinkan creator meng-capture area yang lebih besar dari kurva demand.

Untuk lebih memahami kenapa NFT bisa memiliki nilai, mari kita lihat dulu filosofi dasar dari blockchain dan desentralisasi.

Memahami Filosofi blockchain dan desentralisasi

Teknologi blockchain seperti halnya Vexanium yang bersifat open source dan berbadan hukum Yayasan atau foundation non profit memiliki konsep terdesentralisasi, yang berarti tidak hanya dikontrol oleh satu pihak saja. Salah satu wujudnya adalah memiliki lebih dari 100 block producer (atau miner yang bisa dilihat di https://explorer.vexanium.com/producers) yang menjadi verifikator dan berperan sebagai decentralized data storage, juga terlibat dalam pengambilan keputusan strategis terkait platform dan mengajukan proposal perubahan parameter platform - sepanjang disetujui oleh BP lainnya. Hal ini disebut dengan "decentralized governance" Siapapun, termasuk Anda bisa menjadi block producer, tanpa izin ("permission less"), sepanjang memiliki dana untuk menyimpan token Vex.

Dalam teknologi blockchain, developer juga bisa tanpa seijin platform blockchain untuk membuat aplikasi diatas platform blockchain untuk melakukan interfacing ke database di blockchain dan bisa digunakan untuk mendisplay NFT, atau membangun analytics dari blockchain, bahkan melakukan fundraising dari venture capital tanpa harus memberikan kepemilikan saham atau apapun kepada platform - sepanjang Anda memiliki token dari platform Vexanium untuk membayar resource fee dari platform tsb yang biayanya amat sangat kecil, kisaran 10 rupiah untuk mengupload 1 NFT.

Ada beberapa contoh dari berbagai macam analytics blockchain yang tidak dibangun oleh core developer dari platform, kalau di Vexanium adalah monitor.databisnis.id, vexascan.com, kalau di NBAtopshot misalnya evaluate.market dan cryptoslam.io.

Hal ini membedakan teknologi blockchain dengan platform teknologi yang selama ini kita pakai yang bersifat sentralisasi dengan kepemilikan data terpusat. Jika Anda memiliki dana 10 atau 100 miliar lalu mengatakan ingin terlibat dalam pengambilan keputusan platform tersebut - tidak akan bisa.

Anda adalah developer dan ingin membangun aplikasi dengan memanfaatkan data yang ada di platform teknologi tersentralisasi, pada umumnya tidak bisa - kalaupun bisa akan ada sangat banyak batasan, termasuk bisa sewaktu-waktu aksesnya ditutup pemilik platform - salah satu sebabnya adalah karena pemilik platform ini bersifat for profit (atau "common enterprises") yang akan memaksimalkan profit dari data yang ada, kalau bisa menciptakan monopoli.

Di teknologi blockchain, platform blockchain atau pembuat aplikasi juga tidak bisa mengedit dan mendelete data Anda karena karakter blockchain yang hanya bisa ditambahkan. Bisa dibilang pemilik platform blockchain atau developer blockchain tidak bisa sewenang-wenang terhadap user.

Teknologi blockchain juga dikenal sangat sulit mati. Kalau di Bitcoin ada istilah "difficulty adjustment" yang berarti jika harga BTC lagi rendah (mencapai kisaran 3 ribu dollar per BTC di 2017 akhir) maka semakin mudah dan murah bagi miner untuk mendapatkan reward. Kalau di Vexanium, jika harga token VEX lagi murah, berarti semakin murah juga untuk semua orang berpartisipasi menjadi block producer - biaya server untuk menjadi block producer hanya kisaran 400 ribu s/d 1 jutaan per bulan.

Teknologi blockchain juga bisa dibuat tidak tergantung oleh CEO atau founder atau manajemen tertentu, lihat saja Satoshi Nakamoto yang tidak diketahui siapa, atau founder Sushiswap yang anonymous. Kepemimpinan dari CEO/founder digantikan oleh DAO atau Decentralized Autonomous Organization yang dijalankan oleh para miner, atau siapapun yang mau berkontribusi kepada ekosistem blockchain. Tugas dari CEO atau founder adalah membawa platform supaya bisa mewujudkan DAO.

Faktor - faktor di atas, membuat trust dan value terhadap barang digital yang di NFT kan lebih tinggi dari barang digital biasa, karena kepemilikan NFTnya dicatat dan terus hidup di dalam blockchain, pembeli tidak perlu takut kalau developernya bangkrut, atau aplikasinya tutup karena karakter blockchain yang memiliki difficulty adjustment dan tidak tergantung dari pihak developer terpusat.



(dru)

Tags

Related Opinion
Recommendation