Rekap Gaza 2025: Gencatan Senjata Rapuh ke Kehancuran Ekonomi Total
Mei: Lokasi Bantuan Berubah Jadi Titik Korban Massal
Pada Mei, distribusi bantuan dibuka kembali melalui titik-titik tertentu. Namun, situasi justru berubah menjadi tragedi baru. Lebih dari 21 peristiwa korban massal terjadi di sekitar lokasi distribusi bantuan.
Balita, remaja, lansia, hingga ibu-ibu termasuk di antara para korban luka. Banyak warga ditembak ketika mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan makanan bagi keluarga mereka. Rumah Sakit Lapangan Palang Merah di Rafah kewalahan menangani gelombang pasien dengan luka tembak, di tengah keterbatasan tenaga medis dan pasokan.
Juni: Rumah Sakit Lapangan Al-Mawasi Jadi Penyangga Terakhir
Menanggapi krisis medis, Bulan Sabit Merah Palestina mulai mengoperasikan Rumah Sakit Lapangan Al-Mawasi di barat Khan Younis. Fasilitas ini memiliki 60 tempat tidur, dua ruang operasi, unit gawat darurat, laboratorium, dan unit radiologi.
Pada hari pertama operasional, rumah sakit tersebut langsung menerima puluhan pasien dan berhasil melakukan tiga operasi bedah darurat. Kehadiran fasilitas ini menegaskan betapa mendesaknya kebutuhan layanan kesehatan di Gaza yang nyaris lumpuh.
Juli-Agustus: Kelaparan Capai Tingkat Bencana
Pada Juli, kekurangan gizi mencapai tingkat bencana, terutama di kalangan anak-anak. Tim medis Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan peningkatan tajam kasus malnutrisi akut.
Sejak Juli, Rumah Sakit Lapangan Palang Merah di Rafah merawat lebih dari 2.200 pasien dalam satu bulan, sebagian besar akibat luka tembak. Angka ini melampaui total pasien sepanjang 2024.
Puncaknya terjadi pada 22 Agustus 2025, ketika Integrated Food Security Phase Classification (IPC) secara resmi menyatakan kelaparan sedang berlangsung di Gaza.
September-Oktober: Upaya Damai dan Gencatan Senjata Baru
Tekanan global akhirnya mendorong perundingan baru pada September. Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar mengusulkan kesepakatan gencatan senjata yang lebih luas, mencakup pembebasan seluruh sandera, penarikan pasukan secara bertahap, serta mekanisme rekonstruksi Gaza.
Pada 10 Oktober 2025, gencatan senjata baru mulai berlaku. Hamas sepakat membebaskan 20 sandera yang masih hidup dan menyerahkan jasad 28 lainnya, sementara Israel melepaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina. Sebagian pasukan Israel ditarik, dan 200 personel internasional dikerahkan untuk memantau pelaksanaan kesepakatan.
Namun, implementasi kesepakatan berjalan tidak mulus. Insiden kekerasan sporadis masih terjadi, termasuk serangan mematikan di Rafah pada akhir Oktober.
(tfa/tfa)