Eks Diktator Arab Hidup Sunyi di Rusia, Mulai Dijauhi Lingkaran Putin
Jakarta, CNBC Indonesia - Setahun setelah meninggalkan Suriah menyusul runtuhnya kekuasaannya, mantan Presiden Bashar al-Assad kini menjalani kehidupan yang nyaris sepenuhnya terputus dari dunia politik di Rusia.
Laporan The Guardian menggambarkan bagaimana Assad hidup dalam pengawasan ketat, terpinggirkan dari lingkar kekuasaan Kremlin, dan berupaya membangun ulang kehidupan pribadi yang jauh dari sorotan publik.
Assad, yang selama puluhan tahun menjadi salah satu pemimpin terlama di Timur Tengah dan bertahan dari perang saudara berkat dukungan militer Rusia, disebut kini tinggal terutama di Moskow dengan sesekali berada di Uni Emirat Arab.
Kisah pengasingan Assad yang dicap diktator oleh banyak negara menegaskan betapa cepat relevansi politik dapat lenyap setelah kekuasaan runtuh, bahkan bagi figur yang sebelumnya dianggap penting dalam strategi kawasan. Laporan itu juga memberi gambaran tentang bagaimana Moskow memperlakukan sekutu lama yang tidak lagi dianggap berguna secara politik.
Meski Rusia menjamin keselamatan dan keamanan finansial Assad, pembatasan ketat diberlakukan atas gerak, komunikasi, serta keterlibatannya dalam aktivitas publik dan politik.
Sumber-sumber yang dekat dengan Kremlin mengatakan kepada The Guardian bahwa Assad kini tidak lagi memiliki bobot politik di Rusia.
"Putin memiliki sedikit kesabaran terhadap para pemimpin yang kehilangan kendali atas kekuasaan, dan Assad tidak lagi dipandang sebagai figur yang berpengaruh atau bahkan tamu yang menarik untuk diundang makan malam," kata salah satu sumber tersebut, sebagaimana dikutip kembali oleh Newsweek, Selasa (16/12/2025).
Assad dan keluarganya diyakini tinggal di Rublyovka, kawasan elite berpagar di barat Moskow yang dikenal sebagai hunian para pejabat tinggi dan pebisnis kaya. Kendati kondisi finansial mereka aman, kehidupan sehari-hari keluarga ini digambarkan berlangsung dalam isolasi hampir total.
"Ini kehidupan yang sangat sunyi. Dia sangat sedikit, kalaupun ada, berhubungan dengan dunia luar," kata seorang teman keluarga kepada The Guardian.
Kontak Assad dengan mantan pejabat rezim Suriah pun sangat terbatas. Ia disebut hanya berkomunikasi dengan segelintir mantan staf istana, tanpa peran apa pun dalam urusan politik Suriah atau regional.
Di luar politik, Assad dilaporkan kembali menekuni bidang yang pernah digelutinya sebelum terjun ke pemerintahan: oftalmologi. Ia juga tengah mempelajari bahasa Rusia.
"Dia sedang belajar bahasa Rusia dan menyegarkan kembali pengetahuannya di bidang oftalmologi. Itu adalah bidang yang ia cintai. Jelas, dia tidak membutuhkan uang. Bahkan sebelum perang di Suriah, dia secara rutin mempraktikkan oftalmologi di Damaskus," kata seorang sumber.
Pengamat menyebut, dalam jangka panjang, kalangan elite kaya Moskow bisa saja menjadi pasiennya, meski aktivitas profesional ini tetap berada di bawah pengawasan ketat otoritas Rusia.
Adapun keputusan Assad meninggalkan Suriah secara mendadak disebut memicu kemarahan di lingkaran dalam dan keluarga besarnya. Seorang teman Maher al-Assad, adik Bashar, mengatakan pelarian itu meninggalkan luka mendalam.
"Maher sudah berhari-hari menelepon Bashar, tapi dia tidak mengangkat. Dia bertahan di istana sampai detik terakhir... Justru Maher, bukan Bashar, yang membantu orang lain melarikan diri. Bashar hanya peduli pada dirinya sendiri," ujar sumber tersebut.
Beberapa anggota keluarga besar Assad juga dilaporkan kesulitan keluar dari Suriah. Mereka sempat ditolak masuk ke pangkalan udara Rusia di Khmeimim dan baru diizinkan pergi setelah adanya intervensi seorang pejabat senior Rusia.
Setibanya di Moskow, keluarga Assad disebut memusatkan perhatian pada kondisi istrinya, Asma al-Assad, yang menjalani perawatan leukemia. Penyakit tersebut kemudian dilaporkan stabil setelah mendapat perawatan eksperimental di bawah pengawasan layanan keamanan Rusia.
Meski ada upaya untuk kembali tampil di ruang publik, Assad tetap dilarang terlibat dalam kegiatan politik maupun media. Duta Besar Rusia untuk Irak, Elbrus Kutrashev, menegaskan pembatasan tersebut.
"Al-Assad boleh tinggal di sini, tetapi tidak dapat terlibat dalam aktivitas politik... Dia tidak memiliki hak untuk terlibat dalam aktivitas media atau politik," kata Kutrashev.
Di Rusia, Assad kini memusatkan hidupnya pada keluarga dan membangun rutinitas pribadi. Anak-anaknya beradaptasi dengan kehidupan baru di Moskow.
Putrinya, Zein al-Assad, 22 tahun, baru saja lulus dari MGIMO, universitas elite Rusia yang dikenal sebagai pencetak diplomat. Sementara putranya, Hafez al-Assad, hampir sepenuhnya menarik diri dari media sosial.
Â
(luc/luc)[Gambas:Video CNBC]