Perang Thailand-Kamboja Makin Gila, Trump Janji Turun Tangan Langsung
Jakarta, CNBC Indonesia - Thailand dan Kamboja kembali bentrok di perbatasan, saling menuduh satu sama lain menyerang area sipil. Di tengah memanasnya situasi, Presiden AS Donald Trump menyatakan akan melakukan panggilan telepon untuk menghentikan eskalasi dan mencoba mempertahankan gencatan senjata yang ia fasilitasi pada Juli lalu.
"Saya harus menelepon besok. Siapa lagi yang bisa menghentikan perang antara dua negara yang sangat kuat, Thailand dan Kamboja?" kata Trump dalam rapat umum di Pennsylvania, Selasa (9/12/2025) malam, seperti dikutip Reuters.
Bentrokan terbaru dimulai Senin dan berlangsung di beberapa titik perbatasan, termasuk dekat kompleks candi Preah Vihear. Namun, upaya diplomatik masih buntu.
Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow mengatakan kepada Reuters bahwa ia "tidak melihat potensi negosiasi," dan menilai situasi belum kondusif untuk mediasi. Sebaliknya, penasihat utama PM Kamboja Hun Manet mengatakan negaranya "siap untuk berbicara kapan saja."
Pemerintah Kamboja mengatakan posisi mereka tetap menginginkan perdamaian. Sementara dari pihak Thailand, juru bicara pemerintah mengaku tidak tahu apakah PM telah berbicara dengan Trump karena sedang berada di parlemen.
Di lapangan, tuduhan serangan terhadap area sipil meningkat. Militer Thailand menyebut roket BM-21 Kamboja jatuh di dekat RS Phanom Dong Rak, Surin, sehingga pasien dan staf harus dievakuasi. Mereka juga melaporkan penggunaan drone, roket, dan tank oleh Kamboja.
"Pasukan kami menghancurkan posisi anti-drone ... untuk mendukung operasi pembersihan," kata militer Thailand.
Sebaliknya, militer Kamboja menuduh Thailand menggunakan artileri, drone bersenjata, mortir terhadap permukiman sipil di Battambang, serta menyatakan jet tempur F-16 Thailand memasuki wilayah udara Kamboja dan menjatuhkan bom di dekat area penduduk.
Ketegangan makin meningkat setelah Thailand menangguhkan langkah de-eskalasi yang disepakati pada Oktober, menyusul insiden ranjau yang melukai seorang tentaranya. Bangkok menuduh Kamboja menanam ranjau baru, yang dibantah Phnom Penh.
Krisis ini terjadi setelah gencatan senjata rapuh pada Juli runtuh. Bentrokan lima hari pada Juli menewaskan sedikitnya 48 orang, menjadi salah satu yang paling mematikan dalam sejarah terbaru kedua negara.
Kedua pihak kini mengevakuasi ratusan ribu warga. Hingga Selasa malam, Kementerian Pertahanan Kamboja menyebut sembilan warga sipil tewas dan 20 luka parah sejak Senin. Thailand melaporkan empat tentara tewas dan 68 luka-luka.
(tfa)