Internasional

2 Tetangga RI Perang di Perbatasan, Trump Turun Tangan

luc, CNBC Indonesia
09 October 2025 16:06
Ketegangan kembali meningkat di perbatasan Thailand–Kamboja setelah polisi Thailand menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah warga sipil Kamboja pada Rabu (17/9/2025). (Tangkapan Layar Video Reuters/AKP)
Foto: Ketegangan kembali meningkat di perbatasan Thailand–Kamboja setelah polisi Thailand menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah warga sipil Kamboja pada Rabu (17/9/2025). (Tangkapan Layar Video Reuters/AKP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengirim surat kepada Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, menyerukan agar Thailand dan Kamboja segera menyelesaikan ketegangan perbatasan yang kembali memanas.

Surat tersebut, menurut Anutin, diterimanya pada Kamis (9/10/2025), dan menjadi bentuk lanjutan dari upaya diplomasi Trump setelah sebelumnya membantu menengahi gencatan senjata antara kedua negara.

"Presiden Trump telah mengirim surat kepada saya yang menyatakan keinginannya agar Thailand dan Kamboja bernegosiasi untuk menemukan solusi atas konflik tersebut," kata Anutin, dilansir AFP.

"Saya akan membalas surat itu dengan menyampaikan posisi kami... dan jika Kamboja bersedia mengikutinya, Thailand siap melanjutkan prosesnya," tambahnya.

Menurut Anutin, pemerintah Thailand membuka peluang dialog dengan syarat Kamboja terlebih dahulu menarik senjata berat dari wilayah perbatasan, menyingkirkan ranjau darat, menindak tegas jaringan penipuan daring lintas batas, dan memindahkan warga negaranya yang tinggal di kawasan yang diklaim Thailand sebagai wilayahnya.

Kamboja sendiri berpendapat bahwa warganya telah tinggal di desa-desa perbatasan yang disengketakan itu selama beberapa dekade.

Ketegangan antara kedua negara meningkat tajam pada Juli lalu dan berujung pada bentrokan militer paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 40 orang dilaporkan tewas dan sekitar 300.000 warga terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat pertempuran tersebut.

Setelah lima hari bentrokan, gencatan senjata berhasil dicapai dengan mediasi sebagian oleh Presiden Trump, yang kemudian mendapat pujian dari Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Ia bahkan menominasikan Trump untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian, dengan menyebut keberhasilannya sebagai "diplomasi inovatif" yang menghentikan pertempuran.

Namun sehari sebelum pernyataan Anutin soal surat tersebut, sang perdana menteri sempat tampak menepis kemungkinan keterlibatan lebih lanjut Trump dalam negosiasi. Ia menegaskan bahwa kepentingan nasional tetap menjadi prioritas utama Bangkok.

Ketika ditanya apakah nominasi Nobel untuk Trump akan membuat Kamboja lebih diistimewakan dalam pembicaraan damai, Anutin memberi jawaban tegas.

"Saya hanya peduli pada kepentingan Thailand, keselamatan rakyat kami, dan kedaulatan bangsa. Jika ada yang menang penghargaan itu... bagus untuk mereka, tapi itu tidak ada hubungannya dengan apa yang akan dilakukan Thailand."

Anutin juga mengingatkan bahwa meskipun Thailand dan Kamboja berbagi garis perbatasan, "mediatornya berada di benua lain."

Sementara itu, ketegangan di wilayah perbatasan barat laut Kamboja dan timur laut Thailand masih belum sepenuhnya reda. Kedua pihak saling menuduh melanggar gencatan senjata, dan pasukan di lapangan tetap dalam siaga tinggi.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Pecah Perang Baru, Militer 2 Tetangga RI Bentrok di Perbatasan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular